Batang Rel ke Tiga Antara Solo-Yogyakarta

C. Batang Rel ke Tiga Antara Solo-Yogyakarta

Dengan selesainya perjalanan lintas jalan kereta api milik NISM dari Jakarta (Batavia) sampai Bogor (Buitenzorg) dan antara jalur Solo-Yogyakarta, serta lintasan maskapai Negara SS dengan trayek Bogor-Maos (Cilacap), Yogyakarta-Maos serta

136 Handinoto, op. cit..

137 Ibid.

Surabaya-Solo, maka sejak tahun 1894 hubungan kereta api antara Jakarta dan Surabaya lewat Bogor-Bandung-Yogyakarta-Solo-Sidoharjo sudah terlaksana, namun di Yogyakarta dan Solo angkutan harus ganti gerbong atau kereta.

Kondisi ini disebabkan ruas jalan rel antara Solo dan Yogyakarta milik NISM yang mempunyai lebar 1435 milimeter, sedang jalur selebihnya milik maskapai Negara SS dengan lebar 1067 milimeter. Keharusan berganti kereta atau gerbong itu menimbulkan hambatan bagi angkutan. Di samping itu juga timbul kesulitan karena

adanya perbedaan peraturan-peraturan kedinasan antara NISM dan SS. 138 Pemikiran agar angkutan tidak perlu ganti gerbong atau kereta mulai

dilakukan, maka pada jalan rel milik NISM antara Solo-Yogyakarta yang mempunyai lebar 1435 milimeter boleh dipasang batang rel ke tiga, sehingga didapatkan kereta api SS yang seharusnya berjalan di rel berukuran 1067 milimeter bisa berjalan di rel

berukuran 1435. 139 Di sebelahnya ada rel dengan ukuran 600mm yang digunakan untuk transportasi kereta yang lebih kecil ukuranya misalnya pada kereta Lori untuk

pengangkutan tebu maupun hasil komoditi alam pedesaan. 140 Ada tiga macam ukuran rel kereta api (Spoorwidjte) di Jawa yaitu:

1. Breed Spoor atau lebar kereta api yang besar dengan ukuran 1.435mm.

2. Normal Spoor atau lebar kereta api yang biasa dengan ukuran 1.067mm.

3. 141 Smaal Spoor atau lebar kereta api yang kecil dengan ukuran 600mm.

138 Imam Subarkah, op. cit, hal. 12.

139 Ibid.

Agus Wihartomo Kusumo, 2007, “The Legacy of Wiliiem I”. Skripsi Jurusan Komunikasi Visual, Universitas Kristen Petra Surabaya, hal. 28-30.

141 Ibid.

Untuk pemasangan batang rel ke tiga ini, pada tanggal 14 Januari 1895 dicapai kesepakatan dengan pemerintah di Negeri Belanda, namun dengan syarat- syarat yang diajukan NISM, Syarat-syarat itu adalah:

1. Pemasangan batang rel ke tiga ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah.

2. Batang rel ketiga itu menjadi milik NISM.

3. Angkutan lokal antara Solo-Yogyakarta sampai Srandakan menjadi monopoli penuh NISM. 142

Gb. 19. Gambar di atas adalah rel double Gb. 20. Gambar diatas adalah dua rel yang antara rel kereta api NISM dan SS yang berada

menghubungkan jalur kereta api Solo- di tengah kota Yogyakarta yang melintasi kali

Yogyakarta (Kiri 600mm), sedangkan yang Tjode menuju stasiun Lempuyangan dan

(kanan 1435mm dan sisi kanan terdapat stasiun Tugu.

batang rel ke tiga yang berukuran 1067mm) Sumber: DrukVan G. Kolff. Nederlandsche

yang berada di jalur 1435mm. Indie . Waltervreden-Java. 1926. hal 146.

Sumber: Het Indische Spoor in Oorlogstijd hal 108. Agus wihartomo kusumo. 2007. Skripsi Komunikasi Visual. “The Legacy of Wiliiem

I”, Universitas Kristen Petra Surabaya. hal

Jalur yang sebelah kiri adalah jalur NISM 600mm, yang kanan 1435 dan ternyata di dalam rel 1435mm masih ada rel 1067 mm, jadinya di antara rel yang berukuran 1435 ada rel yang berukuran 1067 dan disebelahnya ada rel yang berukuran

600mm. 143 Batang rel ketiga ini berada di tengah tengah diantara rel 1435 milimeter yang ada di sepanjang jalur antara Solo-Yogyakarta. Sehingga kereta SS yang

142 Imam Subarkah, op. cit, hal. 13.

143 Agus Wihartomo Kusumo, op. cit.

mempunyai lebar lebih kecil dari NISM bisa melalui rel milik NISM. Rel ukuran 600mm ini digunakan pada kereta api lori biasanya untuk mengangkut tebu dari perkebunan setempat kemudian dibawa ke pabrik dan Lori tersebut digunakan juga sebagai pengangkutan gula dari pabrik menuju stasiun-stasiun setempat untuk diangkut sampai pelabuhan.

Dengan demikian, pihak NISM mendapat banyak keuntungan dari pemerintah dikarenakan jalur antara Yogyakarta-Solo menjadikan semua kereta api SS hanya boleh berjalan berlalu saja tanpa berurusan sedikitpun dengan angkutan lokal, sehingga angkutan komoditas ekspor yang sangat penting seperti tembakau dan gula yang banyak dihasilkan di daerah Vorstenlanden tetap berada ditangan NISM. Selain itu, kepada NISM diberikan izin untuk membangun lintas jalan rel Yogyakarta- Ambarawa melalui Magelang serta mendapat pinjaman dana tanpa kewajiban membayar bunga. Ini adalah dua hal yang sangat menguntungkan sekaligus kemenangan bagi NISM. Pemasangan batang rel ketiga selesai pada tanggal 15 Juli

1899 tetapi pengunanaanya baru terpakai sejak 1 Februari 1905. 144