Pengurus NISM di Jawa.

B. Pengurus NISM di Jawa.

Komisaris Umum: Residen Semarang. Wakil : Sekretaris Residen Semarang. Komisi Pejabat. Ketua : R. Bikcken hawer. Anggota : W. Corver, Jhr. A. Van lemek.

Dinas Kantor Utama.

a) Dinas Administrasi. Ketua Dinas : Mr. J. Dirkzwanger. Kepala Bagian : T. F. Van darssen. Wakil Inspektur Kelas Satu : Mr. A. Amberson. Kepala Keuangan : A. J. H. Boudier. Wakil Inspektur Kelas Dua : Mr. J. A. R. C. Ten Raa. Kepala Pengawas : G. W. A. Anthonijzs dan F. Conhius. Kepala Pembukuan : D. B. Struwe. Kepala Gudang : J. Kreune.

b) Dinas Bangunan dan Jalan. Ketua : Jhr. A. Van lemek. Kepala Bagian : D. C. Buurman. Insinyur Bangunan: F. A. Yepes, P. Binkhorst dan W. A. Slinkers.

Wakil Insinyur : J. A. Zwanger, G. B. Lauzada dan A. Meijer. Ahli Bangunan : E. Kliphuis, B. Heeff dan R. Engelberts.

c) Dinas Traksi dan Material. Ketua : W. Corver. Wakil : J. C. W. Herweyar. Insinyur Bangunan : A. I. Vanleer. Ahli Mekanik : G. T. H. Kroese.

d) Dinas Lalu Lintas dan Angkutan yang terdiri dari. Ketua : W. H. Hioolen. Wakil : M. G. Van Hecl. Ahli Mekanik : G. Th. Kroese. Pejabat Utama : H. A. Van Lockhorst dan M. Middelberg.

Wakil Inspektur Kelas Dua : A. J. W. Voster. 151

Gb. 25. Pegawai kereta api NISM Semarang Gb. 26 Pegawai kereta api di setiap Stasiun- yang bertempat di kantor Lawang Sewu

stasiun. Foto tahun 1933. (KITLV). (Hofendburd), Foto tahun 1929. (KITLV).

Pada dinas kereta api NISM di Jawa, setiap dinas mengurusi bagiannya sendiri sendiri namun saling berhubungan yaitu:

1. Dinas administrasi berhubungan dengan urusan personil, keuangan dan urusan umum.

151 Zulham Syamsudin, op. cit, hal. 57.

2. Dinas jalan dan bangunan kereta api, bertangung jawab terhadap jalan-jalan dan bangunan kereta api. Pembuatan jalan-jalan kereta api dan bangunan-bangunan, kesemuanya ditentukan oleh Directur Van Goverments Bedrijven yang juga menentukan pula lintasan rel yang dipasang, setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh Gubernur Jendral untuk jalur-jalur yang umum dan jika terjadi perubahan- perubahan pada bangunan-bangunan yang sudah ada maupun pendirian bangunan bangunan baru, harus mendapatkan persetujuan dari dinas ini.

3. Dinas traksi dan material bertugas mengurusi lokomotif, kereta api dan gerbong- gerbong serta semua alat maupun barang material yang digunakan oleh kereta api, serta pemeliharannya sehingga kereta api yang bersangkutan sewaktu-waktu dapat dijalankan dengan kecepatan yang sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.

4. Dinas lalu lintas dan angkutan, bertugas mengurusi pengangkutan barang maupun penumpang. Sebagai angkutan penumpang kereta api dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Biasanya bentuk pelayananya ini adalah kenyamanan penumpang, kecepatan, dan ketepatan waktu dari perjalanan dan keamanan di perjalanan. Sebagai angkutan barang, pihak kereta api di tuntut untuk menjaga

keamanan barang dari tempat asal hingga sampai tempat tujuan. 152 Keorganisasian maskapai negara SS berada di Bandung. Keorganisasian SS

cenderung lebih di instansikan dan setiap instansi memiliki kewenangan sendiri sendiri. Semuanya berada dibawah pengawasan pusat oleh inspektur Jendral yang berada di Bandung.

Periodisasi keorganisasian State Spoorswagen (SS) sebagai berikut:

152 Ibid.

1. Tanggal 6 April 1875, pemerintah Hindia Belanda menyatakan tanggal tersebut sebagai awal kehadiran kereta api pemerintah di tanah jajahan yang diurus oleh suatu jawatan yang dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal.

2. Tanggal 1 Maret 1885 Jawatan ini dihapus dan digabung dengan Departemen Van BOW atau Pekerjaan Umum.

3. Tanggal 1 Juli 1909, Jawatan Kereta Api dan tram Negara digabung dengan Departemen Perusahaan Negara (Gouvernement Bedrijven) yang dipimpin seorang Kepala Inspektur.

4. Tanggal 1 November 1917, kembali terjadi strukturisasi, sehingga dalam Dinas Kereta Api terdapat beberapa bagian yang masing-masing bagian dipimpin Kepala Bagian. Kepala eksploitasi Kereta Api dan tram dipimpin Direktur Perusahaan Negara yang memegang pimpinan dalam pemasangan, persediaan dan lingkungan eksploitasi jalan kereta dan tram. Sementara pengawasan umum terhadap kereta dan tram ditangani oleh Jawatan tersendiri. Sejak itu Jawatan yang menangani pengawasan umum telah melakukan pengawasan terhadap perusahaan kereta api milik pemerintah dan swasta. Pimpinan Jawatan yang mengawasi keseluruhan ini disebut Kepala Dinas Pengawasan Kereta Api dan Tram yang bernaung di bawah Departemen Perusahaan Negara.

5. Tanggal 15 Maret 1924, ketika Kepala Inspektur Dinas Pengawasan Kereta Api dan tram dipimpin oleh Ir Staargaard, dengan seijin Pemerintah Belanda melakukan pembagian wilayah pengawasan menjadi tiga: Eksploitasi Barat, Tengah, dan Timur. tapi pada awal pelaksanaannya Kepala Eksploitasi hanya sebagai pelaksana saja, yang tunduk kepada Kepala Inspektur di Bandung.

6. Tanggal 1 April 1934, kembali dilakukan reorganisasi dan restrukturisasi lagi yang diarahkan untuk menekan anggaran operasi. Dengan begitu Kepala Eksploitasi

memiliki kewenangan manajemen secara penuh. 153

7. Tanggal 8 maret 1942, kekuasaan Hindia Belanda terhadap perkeretaapian di Indonesia berahir, tergantikan oleh kekuasaan angkatan perang Jepang. Dikarenakan Belanda menyerah tanpa syarat sejak terjadinya serangan udara dari pasukan Jepang pertama kali pada tanggal 10 Januari 1942. Di bawah pemerintahan Jepang, nama instansi Negara SS tidak berubah. Kedudukan kantor

pusat SS di Jawa masih tetap berada di Bandung. 154 Jawatan kereta api NISM kemudian diganti dengan nama Rikuyu Sakyoku yang masih tetap berkedudukan di

daerah Semarang yang dijadikan sebagai kantor eksploitasi bagian tengah Jawa. Namun ketika pendudukan Jepang jalur Boyolali-Kartasura beserta jalur rel Solo- Yogyakarta di bongkar dan hanya tersisa rel yang ukuranya 1.067mm, keadaan tersebut hampir di seluruh Jawa dan pmengaktifkan rel yang berukuran 1.067mm. Rel tersebut digunakan Jepang untuk membangun jaringan kereta api di Negara

Thailand menuju Myanmar. 155 Perkembangan kereta api dikota Solo sangat penting tak hanya sebagai alat

transporasi saja, melainkan perkembangan jalur baru mulai melengkapi kota ini. Kondisi ini ditunjang dengan semakin meluasnya kebutuhan masyarakat Solo akan adanya transportasi kereta api, yang menjadikan semakin banyak juga permintaan akan pembangunan jalur baru demi kelancaran transportasi kereta api dan sekaligus membuka daerah pedalaman agar bisa terbuka akses antara daerah pedalaman dengan