Pengaruh Kereta Api Terhadap Perkembangan Industri

H. Pengaruh Kereta Api Terhadap Perkembangan Industri

Perkembangan industri gula swasta baru berkembang secara luas di Solo setelah tahun 1859. Liberalisme atau perizinan terhadap orang-orang Eropa untuk menanamkan modalnya di wilayah itu dan prospek yang menguntungkan dalam mengambil keuntungan yang mendorong perkembangan industri ini. Pada masa Mangkunegara IV industri gula dibangun pada 8 Desember 1862 bernama Colo Madu dengan menghabiskan dana sebesar f.400.000. Pada tahun 1860, di Solo sudah terdapat delapan pabrik dengan mengunakan tenaga air, sembilan lainnya digerakan

259 Ibid.

dengan kerbau. Termasuk pendirian industri gula di Tasik Madu yang selesai pembangunanya pada tahun 1874. 260

Sebelum adanya jalur kereta api yang menghubungkan antara Solo dan Sragen maka transportasi gula dari Tasik Madu ke ibu kota Sala mengunakan Cikar, sedangkan dari Solo ke Semarang menggunakan kereta api. Transportasi ini mengalami perubahan setelah dibuka jalur kereta api jurusan Sala-Surabaya sebagai bagian dari jalan kereta api Pemerintah bernama Staats Spoorswegen (SS) sejak tanggal 24 mei 1884. Setelah masuknya jalur kereta api antara Sala-Surabaya, maka produksi gula Tasik Madu yang akan dikirim ke Semarang tidak lagi diangkut dengan Cikar ke Solo, akan tetapi dengan mengunakan lori dari pabrik gula ke stasiun Kemiri yang jaraknya hanya 5 km ke arah utara. Lori dari pabrik gula ini baru dibangun setelah Mangkunegara IV wafat oleh pengantinya, Mangkunegara V. Loko pertama untuk menarik gerbong kereta pengangkut gula dibeli tahun 1883 dan sekaligus

membeli industri pabrik gula Kemiri dari pengusaha asing bernama d’Abo. 261 Transportasi lori juga terdapat di pabrik gula Colomadu yang

menghubungkan dari pabrik menuju sambungan kereta api Solo-Boyolali dan sampai pada halte trem Gembongan (Kartasura), yang kemudian diteruskan menuju gudang

penimbunan barang yang menunggu untuk segera diangkut ke pelabuhan. 262 Perkembangan kereta api yang masuk di Solo untuk yang semula untuk pengangkutan

gula menuju pelabuhan juga menyebabkan munculnya kereta lori sebagai gambaran moderenisasi dalam hal pengangkutan produksi di dalam industri gula yang digunakan untuk mengirim tebu dari perkebunan ke pabrik maupun mengirim hasil

260 Ibid, hal. 35-52.

261 Wasino, op. cit, hal. 53-55.

Kop surat pada pabrik gula Colomadu menunjukan jalur pengiriman gula dengan menggunakan kereta api, Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran, Arsip Mangkunegara nomer arsip

Gb. 60. Lori sedang mengangkut gula dari Gb. 59. Situasi lintasan Lori di pabrik Gula

perkebunan ke pabrik gula Tjeper (Klaten). Tjeper (Klaten). Tahun 1920. Sumber: KITLV.

tahun 1920. Sumber: KITLV

Sebelum jaringan kereta api yang menghubungkan antara Solo- Vorstenlanden tahun 1870 dan Solo-Surabaya yang dibangun pada tahun 1884 prasarana angkutan yang digunakan di Solo adalah jalan darat dan jaringan sungai lewat Bengawan Solo. Pada waktu itu industri pembuatan kapal atau perahu cukup maju di Solo karena perahu digunakan bukan hanya untuk mengangkut produk pertanian dari daerah sekitar kota ke pasar kota tetapi juga digunakan untuk mengangkut produk yang dihasilkan daerah ini ke Surabaya untuk diekspor. Namun dengan dibukanya jaringan kereta api Solo-Surabaya itu berdampak bukan hanya saja tidak berfungsinya angkutan sungai dari Solo ke Surabaya tetapi juga matinya industri

pembuatan kapal di Solo. 263

263 Sugianto Padmo, op. cit.

Gb. 61. Industri Gula Colomadu. Dibangun tahun 1862. Sumber: koleksi foto Rekso

Gb. 62. Industri Gula TasikMadu. Dibangun Pustoko.

tahun 1874. Sumber: koleksi foto Rekso Pustoko.

Gb. 63. Industri Gula Modjo Sragen. Sumber: Gb. 64. Industri Tembakau Klaten. Tahun 1925. Asia Major.

Sumber: Asia Major.

Sumber: Van Bruggen. M.P, Wassing. R.S, Djokja En Solo: Beeld van de Vorstenlenden, (Nederlands: Asia Major, 1998).

Perluasan jaringan kereta api di Solo yang semakin lengkap tidak hanya untuk mempermudah pengangkutan industri dalam kota Solo saja, akan tetapi juga membantu pengangkutan hasil produksi pada berbagai industri gula maupun perkebunan yang ada di sekitar daerah Solo. oleh sebab itu diberbagai pabrik gula yang ada di sekitar daerah Solo seperti di perkebunan gula di Gondang, Karanganom, Manisrenggo, Ceper, dan Gondangwinangun akan mengirim hasil produksi dengan armada grobag dari gudang ke stasiun kereta api di Sragen, Delanggu, Klaten, Srowot, dan Prambanan. Dari setasiun kecil ini komoditas dikirim ke setasiun Purwosari dan dari tempat ini komoditas itu kemudian dikirim ke pelabuhan Semarang dengan angkutan kereta api. Komoditas yang dihasilkan perusahaan perkebunan di Solo selain gula adalah tembakau, kopi, serat agave, dan beras. Mengingat komoditas tersebut Perluasan jaringan kereta api di Solo yang semakin lengkap tidak hanya untuk mempermudah pengangkutan industri dalam kota Solo saja, akan tetapi juga membantu pengangkutan hasil produksi pada berbagai industri gula maupun perkebunan yang ada di sekitar daerah Solo. oleh sebab itu diberbagai pabrik gula yang ada di sekitar daerah Solo seperti di perkebunan gula di Gondang, Karanganom, Manisrenggo, Ceper, dan Gondangwinangun akan mengirim hasil produksi dengan armada grobag dari gudang ke stasiun kereta api di Sragen, Delanggu, Klaten, Srowot, dan Prambanan. Dari setasiun kecil ini komoditas dikirim ke setasiun Purwosari dan dari tempat ini komoditas itu kemudian dikirim ke pelabuhan Semarang dengan angkutan kereta api. Komoditas yang dihasilkan perusahaan perkebunan di Solo selain gula adalah tembakau, kopi, serat agave, dan beras. Mengingat komoditas tersebut

seluruh elemen masyarakat di desa dan di kota yang ada. 264 Industri lainya yang muncul di kota Solo setelah industri gula yaitu industri

percetakan bernama NV. Kuntshandel en Handelsdrukkerij J. Sigrits dan Vogel van der Heijde en Co. Eigen Th Roeland Landbouw 265 . Kemudian Pabrik industri

pembuatan es juga sudah mulai didirikan di kampung Purwasari yaitu pabrik es Sari Petodjo yang dahulu bernama Pabrik es Solosche Ijsen yang dikelola oleh bangsa Cina dan kemudian dikelola oleh bangsa Belanda yaitu Tuan Watsch. selain pabrik es

Petodjo juga terdapat pabrik es lainnya yaitu Mineraalwaterfabriek. 266 Perusahaan es di kota Solo sampai pada tahun 1935 sudah mulai banyak berdiri dan kebanyakan

dididirikan oleh ethis Cina, sehingga ditemukan ada empat pabrik es yang berada di kota Solo dan satu berada di Klaten yaitu Perusahaan Es Petodjo, Tjian Nian Djoen,

Tan Kiong Djin (Klaten), Sie Dhian Ho dan Sun Lioeng. 267

264 Ibid.

265 Tiknopranoto dan Mardisuwignyo, op. cit, hal. 58.

266 Susanto, op. cit.

Dalam hal nama-nama perusahaan Es ethnis Cina di Solo tahun 1935. Koleksi Arsip Rekso Pustoko Pura Mangkunegaran. Kode Arsip D.75.

Gb. 65. Pabrik es Solosche Ijsen. Foto diambil tahun 1919. Sumber: koleksi foto Priambodo Prayitno. Di posting di www.djawa Tempo Doeloe.multiplay.com.

- Pada gambar diatas adalah pabrik industri es Solosche Ijsen “Poerwosari”

yang beralamat di Poerwosariweg (kini Jalan Brigjen Slamet Riyadi) no 437 yaitu di pojok Kabangweg (kini Jalan Sidomukti) di ujung perempatan Purwosari dekat Stasiun Purwosari di kota Solo. Pada awalnya pabrik tersebut menggunakan mesin uap untuk menggerakkan pompa panas yang digunakan buat produksi es batang. Di bagian depan dari pabrik terdapat pintu besar dimana gerobak dapat dimuati dengan es batang. Di depannya terlihat jalur kereta api yang merupakan sambungan dari jalur kereta api Solo-Yogyakarta. Pabrik es sudah dipugar, lalu gedung yang lama sekarang

sudah tidak dapat dikenali lagi. Pabrik es diberi nama baru yaitu “Sari Petojo”. 268