ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh : Viarka Kresnawati

H 0305088

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM

DI KOTA SURAKARTA

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : Viarka Kresnawati H0305088 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA

yang dipersiapkan dan disusun oleh VIARKA KRESNAWATI

H 0305088

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: Februari 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Erlyna Wida Riptanti, SP, MP

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS NIP. 132 305 155

Setyowati, SP, MP

NIP. 19710322 199601 2 001

NIP. 19570104 198003 2 001

Surakarta, Februari 2010

Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA”. Skripsi ini sebagai syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan laporan penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan dari semua pihak, baik instansi maupun perorangan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS.

2. Ir. Agustono, M.Si selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis.

3. Ir. Sugiharti Mulya H, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan / Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian / Agrobisnis.

4. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP selaku Dosen Pembimbing Utama skripsi sekaligus Pembimbing Akademis yang telah mendampingi dan memberikan ilmu, saran dan masukan selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan.

5. Ibu Setyowati, SP. MP, selaku Dosen Pembimbing Pendamping, terima kasih atas nasehat, saran, kritik dan masukan-masukan, serta bimbingannya.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Endang Siti Rahayu, MS selaku dosen penguji yang memberikan masukan-masukan yang sangat berguna dalam memperbaiki skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta terutama Jurusan Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. Pak Samsuri dan Mbak Ira, atas segala bantuan administrasinya selama kuliah sampai penyusunan skripsi.

9. Kesbanglinmas serta Bappeda Kota Surakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

10. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Surakarta, Dinas Pertanian Kota Surakarta, BPS Kota Surakarta , dan instansi-instansi lain yang terkait dengan penelitian ini yang telah memberikan banyak informasi penting serta bantuan kepada penulis.

11. Orang tuaku tercinta Bapak Drs. Pramono, SU dan Ibu Sunarhayati terima kasih atas doa, dukungan, motivasi, kesabaran, kasih sayang, dan semua yang selama ini telah diberikan kepada penulis.

12. Kakak dan adik-adikku yang tersayang (Mbak Andryati Rika Puspitasari, SE, Sahasika Prabaswara, dan Parithustha Mahayati) terima kasih atas motivasi, doa, dan semangat yang telah diberikan.

13. Sahabatku dekatku Nia terima kasih atas motivasi, semangat, doa, dan persahabatan terindah yang telah diberikan selama ini.

14. Mas Ryan terima kasih atas semangat, motivasi, dan dorongan yang sudah diberikan selama ini.

15. Teman-temanku tersayang: Devi, Siti, Diana, Tria, Ana, Anis, Nurul, Nelly, Pandan, Niken, Pitri, dan Windarti terimakasih banyak untuk semua bantuan, motivasi, serta doanya.

16. Teman-temanku Agrobisnis 2005 yang terkasih yang telah memberikan pengalaman dan kebersamaan.

17. Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung dari semua pihak untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta,

Penulis

Tabel 20. Perkembangan Harga Beras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ...................................................................................

51 Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun

53 Tabel 22. Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kota Surakarta Tahun

1993-2007 ...................................................................................

55 Tabel 23. Perkembangan Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta Tahun

1992-2007 ...................................................................................

57 Tabel 24. Hasil Analisis Varian Variabel-Variabel yang Berpengaruh

1992-2007 ...................................................................................

60 Tabel 25. Hasil Analisis Uji t Masing-Masing Variabel Bebas ..................

Terhadap Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta .................

60 Tabel 26. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang

Berpengaruh Terhadap Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta .....................................................................................

65 Tabel 27. Nilai Elastisitas Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta.......

74

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva Permintaan ...............................................................

12 Gambar 2. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode

Hicks ................................................................................... 14 Gambar 3. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode

Slutsky ................................................................................. 15 Gambar 4. Kerangka Berpikir ...............................................................

22 Gambar 5. Grafik Perkembangan Permintaan Telur Ayam Di Kota

45 Gambar 6. Grafik Perkembangan Harga Telur Ayam Ras Di Kota

Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................

47 Gambar 7. Grafik Perkembangan Harga Telur Itik Di Kota Surakarta

Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................

49 Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Daging Ayam Ras Di Kota

Tahun 1992-2007 ................................................................

51 Gambar 9. Grafik Perkembangan Harga Beras Di Kota Surakarta

Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................

52 Gambar10. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Di Kota

Tahun 1992-2007 ................................................................

54 Gambar 11. Grafik Perkembangan Pendapatan Per kapita Di Kota

Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................

56 Gambar 12. Grafik Perkembangan Jumlah Toko Roti Di Kota

Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................

Surakarta Tahun 1992-2007 ................................................

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, dan jumlah toko roti.

Lampiran 2. Data harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, dan jumlah toko roti setelah ditransformasi ke bentuk Ln.

Lampiran 3. Perhitungan Angka Beban Tanggungan dan Sex Ratio Lampiran 4. Regression Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta Lampiran 5. Perhitungan Standar Koefisien Regresi Lampiran 6. Peta Kota Surakarta Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA Viarka Kresnawati H 0305088 RINGKASAN

Viarka Kresnawati. H 0305088. 2010. “Analisis Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta”. Skripsi dengan pembimbing Erlyna Wida Riptanti, SP, MP dan Setyowati, SP, MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menidentifikasi dan menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta serta menganalisis elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Metode dasar yang digunakan adalah metode diskriptif. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di Kota Surakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder time series selama 16 tahun. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dalam bentuk double logarithmic.

Hasil analisis menunjukkan model fungsi permintaan telur ayam di Kota Surakarta memiliki nilai R 2 adjusted sebesar 0,984 yang berarti 98,4% permintaan

telur ayam di Kota Surakarta dapat dijelaskan oleh variable bebas yang digunakan dalam model yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan jumlah toko roti., sedangkan sisanya sebesar 1,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Berdasarkan analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,000 yang berarti variabel-varabel bebas yang diamati secara bersama- sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta. Berdasarkan uji t menunjukkan bahwa harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata secara individu terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta pada tingkat kepercayaan 95%. Jumlah penduduk merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta karena mempunyai nilai standar koefisien regresi paling besar. Berdasarkan nilai elastisitas harga, permintaan telur ayam bersifat inelastis. Berdasarkan nilai elastisitas silang, telur itik dan daging ayam ras merupakan barang substitusi, sedangkan beras merupakan barang komplementer. Berdasarkan nilai elastisitas pendapatan, telur ayam merupakan barang normal.

DEMAND ANALYSIS OF CHICKEN EGGS IN SURAKARTA Viarka Kresnawati

H 0305088 SUMMARY

Viarka Kresnawati. H 0305088. 2010. “Demand Analysis of Chicken Eggs in Surakarta”. By guidance of Erlyna Wida Riptanti, SP, MP and Setyowati, SP, MP. Agriculture Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta.

The research aims are to identify and to analyze the variables that effect the demand for chicken eggs in Surakarta and to analyze the elasticity of demand for chicken eggs.

The basic method applied in this research is deskriptive. Research location is determined purposively in Surakarta. The data used secondary data time series for 16 years. Method of data analysis used in this study is a multiple linear regression in double logarithmic form.

The results of analysisi shows that the model egg demand function in Surakarta has adjusted R 2 value of 0,984 which means 98,4% demand for chicken

eggs in Surakarta can be explained by the independent variables used in the mode, consist of chicken eggs prices, prices of duck eggs, chicken meat prices, rice prices, populations, income per capita, and the number of bakeries, while the remaining 1,6% is explained by the other variables outside the model. Based on the analysisi performed F test can be seen that the significance of 0,000 which means that variable-free varabel observed simultaneously have real impact on demand for chicken eggs in Surakarta. Basedon t test shows that the chicken egg prices, prices of duck eggs, chicken meat prices, rice prices, populations, and income per capita have real impact individualy on the demand of eggs in surakarta on 95% of confidence level. The population is the most influential variable on the demand of chicken eggs in surakarta for the largest standard value of regression coefficient. Based on the valueof price elasticity, demand for chicken eggs is inelastic. Based on the cross elasticity value, duck eggs and chicken meat are are substitutes, while the rice is complementary goods. Based on the income elasticity value, chicken eggs is a normal.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris sehingga pertanian menjadi sektor yang utama bagi perekonomian negara Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam Indonesia yang sesuai untuk pertanian serta tanahnya yang subur. Selain itu negara Indonesia juga memiliki sumber daya alam yang sangat beragam. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Indonesia disebut sebagai negara agraris. Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima subsektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan (Soekartawi, 1999).

Salah satu subsektor pertanian yang mempunyai peranan cukup penting adalah subsektor peternakan, dimana komoditi peternakan sangat berperan dalam pemenuhan gizi nasional khususnya protein hewani. Kecenderungan peningkatan konsumsi bahan pangan sumber protein hewani yang berasal dari ternak telah mendorong subsektor peternakan menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru bagi sektor pertanian (Soedjana, 1997).

Banyak jenis usaha peternakan yang diusahakan masyarakat, salah satunya adalah peternakan ayam. Hasil dari peternakan ayam berupa daging dan telur. Telur ayam merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam dan menjadi bahan makanan yang akrab dalam kehidupan sehari-hari karena hampir tiap orang mengkonsumsinya sebagai bahan pangan.

Telur ayam merupakan salah satu bahan pangan yang banyak mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Telur ayam banyak mengandung berbagai jenis protein berkualitas tinggi termasuk mengandung

semua jenis asam amino esensial bagi kebutuhan manusia. Juga mengandung berbagai vitamin dan mineral, termasuk vitamin A, riboflacin, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, choline, besi, kalsium, fosfor dan potasium. Telur ayam juga merupakan makanan termurah sumber protein yang lengkap. Satu semua jenis asam amino esensial bagi kebutuhan manusia. Juga mengandung berbagai vitamin dan mineral, termasuk vitamin A, riboflacin, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, choline, besi, kalsium, fosfor dan potasium. Telur ayam juga merupakan makanan termurah sumber protein yang lengkap. Satu

Berdasarkan informasi mengenai gizi-gizi yang terkandung di dalam telur ayam, maka dapat diketahui bahwa telur ayam sangat bermanfaat bagi tubuh karena kandungan protein yang tinggi, khususnya protein hewani. Telur ayam digunakan sebagai bahan masakan, lauk pauk, bahan dasar pembuatan kue maupun makanan, dan menjadi salah satu bahan baku industri (mie telur). Kebutuhan akan telur ayam tidak hanya berasal dari rumah tangga, tetapi juga berasal dari warung-warung makan di pinggir jalan, rumah makan, hotel, catering, toko kue, perusahaan roti, dan industri mie.

Kota Surakarta merupakan kota kuliner karena hampir di setiap sudut kota banyak dijumpai pedagang makanan yang menjual berbagai macam makanan dan jajanan khas sehingga kuliner merupakan salah satu objek wisata yang menarik di Kota Surakarta. Salah satu jenis kuliner yang dijual di Kota Surakarta adalah kue/roti. Selain itu berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta jumlah toko roti dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Sedangkan dalam pembuatan roti, telur ayam dibutuhkan sebagai bahan baku dalam pengolahannya. Perkembangan jumlah toko roti dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta Tahun

2004-2007 Tahun

Jumlah Toko Roti (unit) 2004

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Ketahanan Pangan, tingkat konsumsi per kapita untuk telur ayam menunjukkan peningkatan dari tahun 2005-2008. Tingkat konsumsi perkapita untuk telur ayam di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Tingkat Konsumsi Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 2005-2008 Tahun

Tingkat Konsumsi Telur Ayam di Kota Surakarta (kg/ kap/ tahun) 2005

Sumber : Kantor Ketahanan Pangan Kota Surakarta, 2008 Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi perkapita telur ayam di Kota Surakarta dari tahun 2005-2008 menunjukkan peningkatan. Selain itu, jumlah penduduk dari tahun 2005-2007 juga cenderung menunjukkan peningkatan. Jumlah penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2004-2007 Tahun

Jumlah Penduduk (jiwa) 2004

515.372 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Sedangkan berdasarkan Laporan Akhir Departemen Pertanian (2005), permintaan telur ayam secara nasional meningkat sebesar 10,3% per tahun. Pertumbuhan permintaan tersebut berasal dari pertumbuhan penduduk sebesar 1,8% per tahun dan pertumbuhan konsumsi per kapita sebesar 8,1%. Sementara produksi telur ayam meningkat 9,95% per tahun selama periode 1969-1997 dan selanjutnya menurun menjadi 7,73% per tahun selama tahun 1997-2003. Sedangkan permintaan telur ayam secara nasional berdasarkan data Pusat Informasi Pasar (Pinsar) Unggas Nasional pada tahun 2008 adalah mencapai 920 ribu ton (Departemen Pertanian, 2009).

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta ”.

Perumusan Masalah

Telur ayam merupakan salah satu hasil peternakan yang mempunyai kandungan gizi berupa protein hewani yang bermanfaat bagi tubuh. Selain itu, harga telur ayam relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Akan tetapi permintaan telur ayam di Kota Surakarta sendiri berfluktuasi. Permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Perkembangan Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 2003-2007

Tahun Permintaan Telur Ayam (kg) 2003

2.695.806,03 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berfluktuasinya permintaan telur ayam di Kota Surakarta diduga dipengaruhi oleh variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, dan jumlah toko roti. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, juga perlu diketahui bagaimana elastisitas permintaan dari telur ayam itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Variabel-variabel apakah yang berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta ?

2. Bagaimanakah elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta ?

Tujuan Penelitian

Penelitian Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

2. Menganalisis elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Selain itu, penelitian ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang berkenaan dengan pemenuhan permintaan khususnya permintaan telur ayam.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi dan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.

II. LANDASAN TEORI

Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Suslinawati dan Masyhuri (2001) yang berjudul “Analisis Permintaan Telur Berdasarkan Jenis dan Strata Pendapatan di Kalimantan Selatan”, dapat diketahui bahwa permintaan telur ayam ras bersifat inelastis dan kurang responsif terhadap perubahan harga. Untuk permintaan yang inelastis, terjadinya perubahan harga telur ayam ras akan menyebabkan perubahan yang lebih kecil dalam jumlah telur ayam ras yang diminta. Elastisitas silang menunjukkan telur itik bersubstitusi dengan telur ayam ras secara signifikan. Elastisitas pendapatan untuk permintaan telur ayam ras menunjukkan bahwa telur ayam ras merupakan barang normal.

Menurut penelitian Wijayanti; Masyhuri; dan Ken Surtiyah (1999) yang berjudul “Analisis Konsumsi Pangan Hewani Pada Tingkat Rumah Tangga di Daerah Istimewa Yogyakarta”, menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan hewani pada tingkat rumah tangga di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi yang dianggap berpengaruh adalah pendapatan konsumen, harga barang itu sendiri, dan harga barang lain. Faktor pendapatan berpengaruh positif yang berarti jumlah konsumsi bahan makanan sumber protein hewani Menurut penelitian Wijayanti; Masyhuri; dan Ken Surtiyah (1999) yang berjudul “Analisis Konsumsi Pangan Hewani Pada Tingkat Rumah Tangga di Daerah Istimewa Yogyakarta”, menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan hewani pada tingkat rumah tangga di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi yang dianggap berpengaruh adalah pendapatan konsumen, harga barang itu sendiri, dan harga barang lain. Faktor pendapatan berpengaruh positif yang berarti jumlah konsumsi bahan makanan sumber protein hewani

Berdasarkan hasil penelitian Mubyarto, dkk pada tahun 1974 yang berjudul “Elatisitas Permintaan dan Penawaran Telur, Daging, dan Susu di Indonesia”, dari data Susenas II (1964/65), Susenas III (1967) dan Susenas IV ( 1969/70) diperoleh hasil perhitungan elastisitas pengeluaran daging dan telur dengan memisahkan antara penduduk kota dan penduduk pedesaan yang menunjukkan hasil yang elastis. Ini berarti bahwa untuk setiap kenaikan pendapatan (atau pengeluaran), maka permintaan akan daging dan telur naik

juga akan mengalami kenaikan (Mubyarto, 1989). Menurut penelitian Rismarini (2005) yang berjudul “Proyeksi Permintaan Telur Ayam Ras di Surakarta”, dalam menganalisis permintaan menggunakan fungsi double logarithmic. Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Surakarta adalah : harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita. Dari hasil analisis uji F menunjukkan bahwa variabel yang diamati secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Surakarta. Sedangkan pada uji t diketahui bahwa variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, dan jumlah pernduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Kota Surakarta pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan variabel harga daging ayam ras, harga beras, dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Kota Surakarta pada tingkat kepercayaan 95%.

Pada penelitian terdahulu memberikan sumbangan pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. Selain itu, pada penelitian

Rismarini (2005) model analisis yang digunakan untuk menganalisis permintaan adalah sama yaitu menggunakan fungsi double logarithmic.

Tinjauan Pustaka Telur Ayam

Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan (Anonim, 2008).

Menurut catatan Pelita ke tiga, penduduk Indonesia masih kekurangan protein hewani. Kekurangan ini dapat dicukupi dengan memperbanyak konsumsi daging, susu, dan telur. Tetapi jalan yang paling mudah dan cepat untuk mencukupi kekurangan protein hewani di negara kita adalah dengan meningkatkan produksi dan konsumsi telur. Peningkatan produksi telur sangat mudah dikerjakan dengan menggalakkan peternakan ayam jenis unggul (ayam ras) atau jenis unggas petelur lainnya misalnya itik alabio dan burung puyuh, pada masyarakat. Unggas relatif mempunyai siklus hidup yang pendek, jauh lebih pendek daripada siklus hidup ternak besar seperti misalnya lembu, domba ataupun ternak-ternak lainnya. Dalam waktu singkat, 5-6 bulan ayam sudah bertelur. Sementara sesudah produksi telurnya menurun, dagingnya masih dapat digunakan sebagai bahan makanan sumber protein dan lemak (Hadiwiyoto, S. 1983).

Telur merupakan salah satu bahan makanan yang paling praktis digunakan, tidak memerlukan pengolahan yang sulit. Kegunaannya yang paling umum untuk lauk pauk. Tetapi terkadang digunakan sebagai campuran/ ramuan obat-obatan tradisional. Dari segi lain, dipandang dari sudut pengolahan bahan makanan, telur merupakan bahan makanan yang Telur merupakan salah satu bahan makanan yang paling praktis digunakan, tidak memerlukan pengolahan yang sulit. Kegunaannya yang paling umum untuk lauk pauk. Tetapi terkadang digunakan sebagai campuran/ ramuan obat-obatan tradisional. Dari segi lain, dipandang dari sudut pengolahan bahan makanan, telur merupakan bahan makanan yang

Telur ayam merupakan yang paling umum dikonsumsi dan sangat bernutrisi tinggi. Telur ayam banyak mengandung berbagai jenis protein berkualitas tinggi termasuk mengandung semua jenis asam amino esensial bagi kebutuhan manusia. Juga mengandung berbagai vitamin dan mineral, termasuk vitamin A, riboflacin, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, choline, besi, kalsium, fosfor dan potasium. Telur ayam juga merupakan makanan termurah sumber protein yang lengkap. Satu butir telur ayam berukuran besar mengandung sekitar 7 gram protein. Kandungan vitamin

A, D dan E terdapat dalam kuning telur. Telur memang dikenal menjadi salah satu dari sedikit makanan yang mengandung vitamin D. Satu kuning telur besar mengandung sekitar 60 kalori dan putih telur mengandung sekitar 15 kalori. Satu kuning telur besar mengandung dua per tiga jumlah kolesterol harian yang dianjurkan yaitu 300 mg. Lemak dalam telur juga terdapat dalam bagian kuning telur. Satu kuning telur juga mengandung separuh jumlah choline harian yang dianjurkan. Choline merupakan nutrisi yang penting untuk perkembangan otak dan juga sangat penting untuk wanita hamil dan menyusui untuk memastikan perkembangan otak janin yang sehat (Santoso, 2007).

Teori Permintaan

Permintaan dalam terminologi ekonomi adalah jumlah yang diinginkan dan dapat dibeli konsumen dari pasar dalam berbagai tingkat harga, yang selalu dilibatkan dengan hubungan harga-kuantitas. Hukum permintaan mengatakan bahwa untuk barang normal ada hubungan terbalik antara harga dan kuantitas, yaitu apabila harga naik maka kuantitas yang ingin dibeli konsumen akan berkurang (Downey, 1992).

Permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu dan pasar tertentu pula. Atau dalam pengertian sehari-hari, permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta atau dibutuhkan. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang, dimana makin banyak jumlah penduduk maka semakin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis barang. Akan tetapi kenyataannya barang di pasar mempunyai nilai atau harga. Jadi permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh “daya beli” permintaan barang sehingga merupakan permintaan efektif (effeective demand). Sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut/potensial (absolut/potensial demand) (Sudarsono, 1985).

Konsep permintaan digunakan untuk mengukur keinginan pembeli dalam suatu pasar. Fungsi permintaan mengukur hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya

(Arsyad, 1995). Menurut Sudarman (2000), ada empat faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap komoditi tertentu pada suatu daerah. Empat faktor tersebut adalah :

a. Harga barang itu sendiri Sesuai dengan hukum permintaan, maka jumlah barang yang diminta akan berubah secara berlawanan dengan perubahan harga.

b. Harga barang-barang lain yang ada kaitannya dalam penggunaan

Barang-barang konsumsi pada umumnya mempunyai kaitan penggunaan antara yang satu dengan yang lain. Kaitan penggunaan antara kedua barang konsumsi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu saling mengganti (substituted relation) dan saling melengkapi (complementary relation). Dua barang dikatakan mempunyai hubungan yang saling mengganti apabila naiknya harga salah satu barang mengakibatkan naiknya permintaan terhadap barang yang lain. Sedangkan dua barang dikatakan mempunyai hubungan Barang-barang konsumsi pada umumnya mempunyai kaitan penggunaan antara yang satu dengan yang lain. Kaitan penggunaan antara kedua barang konsumsi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu saling mengganti (substituted relation) dan saling melengkapi (complementary relation). Dua barang dikatakan mempunyai hubungan yang saling mengganti apabila naiknya harga salah satu barang mengakibatkan naiknya permintaan terhadap barang yang lain. Sedangkan dua barang dikatakan mempunyai hubungan

c. Penghasilan (dalam arti uang) konsumen Faktor ini merupakan faktor penentu yang penting dalam permintaan suatu barang. Pada umumnya semakin besar penghasilan seseorang maka semakin besar pula permintaan seseorang terhadap suatu barang, demikian sebaliknya.

d. Jumlah konsumen Pada umumnya, jumlah konsumen sangat mempengaruhi jumlah permintaan terhadap suatu barang, semakin banyak jumlah konsumen, maka semakin banyak pula permintaan konsumen terhadap suatu barang, demikian pula sebaliknya.

Permintaan terbentuk atas faktor-faktor yang mempengaruhinya. Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan sekaligus merumuskan hubungan antara permintaan dengan variabel yang diduga mempengaruhinya adalah metode regresi non linear berganda dalam bentuk log ganda, disebut juga dengan model elastisitas konstan. Disebut dengan elastisitas konstan karena koefisiennya secara langsung dapat menunjukkan elastisitasnya. Bentuk fungsinya dituliskan sebagai berikut

X Y=β β1 0 1 X β2 2 Ut e

Fungsi tersebut berbentuk non linear sehingga agar dapat diestimasi harus ditransformasikan terlebih dahulu ke dalam bentuk double logarithmic, sehingga bentuknya menjadi sebagai berikut:

Ln Y = ln α + β 1 ln X 1 +β 2 ln X 2 + Ut (Sumodiningrat, 1994). Transformasi dalam bentuk log ganda seringkali akan mengurangi heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan karena transformasi yang memampatkan skala untuk pengukuran varietas, mangurangi perbedaan antara ke dua nilai dari 10 kali lipat menjadi 2 kali lipat. Misalnya angka

80 adalah 10 kali angka 8, tetapi ln 80 (= 4,3820) hanya 2 kali lipat besarnya ln 8 (= 2,0794). Manfaat yang lain dari transformasi log ganda 80 adalah 10 kali angka 8, tetapi ln 80 (= 4,3820) hanya 2 kali lipat besarnya ln 8 (= 2,0794). Manfaat yang lain dari transformasi log ganda

Kurva Permintaan

Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli (Sukirno, 2003).

Permintaan pasar (market demand) untuk suatu barang adalah kuantitas total suatu barang tersebut oleh seluruh pembeli potensial. Kurva permintaan pasar (market demand curve) menunjukkan hubungan antara kuantitas total yang diminta dengan harga pasar dari barang tersebut, ketika semua faktor lain dianggap konstan. Bentuk kurva permintaan pasar dan posisinya ditentukan oleh bentuk kurva permintaan setiap individu untuk produk yang diminta. Permintaan pasar tidak lebih merupakan efek kombinasi dari berbagai pilihan ekonomi konsumen (Nicholson, 2002).

Perubahan dalam jumlah yang diminta adalah pergerakan di sepanjang kurva permintaan tertentu yang mencerminkan perubahan dalam harga dan jumlah. Pergeseran dalam permintaan atau pergeseran dari satu kurva permintaan ke kurva lainnya, mencerminkan perubahan dalam satu atau beberapa variabel non harga dalam fungsi permintaan produk. Ketika permintaan berbanding terbalik dengan salah satu faktor seperti suku bunga, pengurangan faktor tersebut mengarah pada peningkatan permintaan dan kenaikan dalam faktor tersebut mengarah pada penurunan permintaan (Pappas dan Mark H, 1995).

Kemiringan (slope) dari suatu kurva permintaan menggambarkan besarnya perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat perubahan harga. Semakin landai suatu kurva permintaan semakin besar perubahan jumlah barang yang diminta jika harga naik atau turun.

Gambar 1. Kurva Permintaan

Dari gambar tersebut dapat diamati bahwa turunnya harga dari P 1 ke P 2 mempunyai pengaruh yang tidak sama terhadap jumlah barang yang diminta untuk kurva permintaan D 1 dan D 2 . Untuk kurva yang lebih curam, yaitu D 1 , jumlah barang yang diminta bertambah sebanyak Q 1 Q 2 , sedangkan untuk kurva permintaan yang lebih landai, yaitu D 2 bertambah sebanyak Q 1 Q 3 . jadi dapat disimpulkan bahwa semakin landai kurva permintaan semakin besar respon permintaan terhadap perubahan harga (Burhan, 2006).

Utililitas (Teori Nilai Guna)

Dalam membahas mengenai nilai guna perlu dibedakan di antara dua pengertian: nilai guna total dan nilai guna marginal. Nilai guna total mengandung arti jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marginal berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu. Hipotesis utama teori nilai guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal yang semakin menurun menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif yaitu apabila konsumsi ke atas barang Dalam membahas mengenai nilai guna perlu dibedakan di antara dua pengertian: nilai guna total dan nilai guna marginal. Nilai guna total mengandung arti jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marginal berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu. Hipotesis utama teori nilai guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal yang semakin menurun menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif yaitu apabila konsumsi ke atas barang

Secara teoritis derivasi permintaan (yang menunjukkan pengaruh perubahan tingkat harga terhadap jumlah yang diminta) dapat dipecah menjadi dua bagian yang dikenal dengan efek substitusi dan efek pendapatan. Pemecahan dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu Metode Hicks dan Metode Slutsky. Metode pertama adalah metode Hicks.

Gambar 2. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode Hicks Dari gambar 1 terlihat keseimbangan awal pada titik 1 (pada BL 1

dan IC 1 ). Misalkan tingkat harga X mengalami penurunan dan BL 1 berubah menjadi BL 2 . Keseimbangan akhir ada pada titik 3 dengan kurva indiferen yang lebih tinggi (disini keseimbangan konsumen meningkat, walaupun tingkat pendapatan nominal tetap karena pendapatan riil konsumen terhadap komoditas X naik).

Sebelum keseimbangan bergeser ke tititk 3, sebenarnya secara teoritis terlebih dahulu keseimbangan bergeser ke titik 2. Titik 2 menunjukkan persinggungan IC 1 dengan BL 2 ”. Pada keadaan tersebut komposisi X dan Y telah berubah. Fenomena ini menunjukkan antara titik

1 dan 2 sama tingkat kepuasannya (pada kurva indiferen yang sama) tetapi jumlah barang X yang dikonsumsi meningkat (sedangkan jumlah barang Y yang dikonsumsi turun). Keadaan ini terjadi karena harga barang X mengalami penurunan. Sehingga jelas konsumen mensubstitusikan barang

Y dengan barang X karena barang X lebih murah untuk satu tingkat kepuasan yang sama. Inilah yang dinamakan efek substitusi (es).

Selanjutnya perhatikan antara BL 2 dan BL 2 ” dimana kedua garis anggaran tersebut pararel, yang menunjukkan perubahan pendapatan. Perubahan pendapatan diperoleh karena perubahan harga komoditas X yang turun, jadi seolah-olah terjadi kenaikan pendapatan. Jadi perubahan keseimbangan dari titik 2 ke titik 3 disebabkan karena perubahan pendapatan, dan inilah yang dinamakan efek pendapatan (ed).

Selanjutnya metode kedua adalah Metode Slutsky.

Gambar 3. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode Slutsky Keseimbangan awal adalah pada titik 1. Jika harga X turun maka

garis anggaran BL bergerak dari BL 1 menjadi BL 2 . Perbedaan metode Slutsky dengan metode Hicks terletak pada analisis efek substitusi. Titik 1 (titik keseimbangan awal) setelah harga barang X turun, tetap dapat dikonsumsi tetapi dengan mempergunakan garis anggaran yang lebih

rendah yakni BL 3 . keseimbangan konsumen ada pada titik 4 dengan IC 4 . disini IC 4 lebih tinggi dari IC 1 pergeseran dari titik 1 ke titik 4 inilah yang merupakan efek substitusi menurut Slutsky. Jadi karena harga barang X turun, konsumen mengubah komposisi barang dengan memperbanyak

barang X (X 1 ke X 4 ) dan meningkatkan kepuasan IC naik walaupun sebenarnya baik posisi 1 dan 4 dibiayai dengan jumlah uang yang sama. Sama dengan metode Hicks, pergeseran titik 4 ke 3 menunjukkan efek barang X (X 1 ke X 4 ) dan meningkatkan kepuasan IC naik walaupun sebenarnya baik posisi 1 dan 4 dibiayai dengan jumlah uang yang sama. Sama dengan metode Hicks, pergeseran titik 4 ke 3 menunjukkan efek

Elastisitas Permintaan

Secara teori maupun dalam praktek sehari-hari analisis ekonomi adalah sangat berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana responsifnya permintaan terhadap perubahan harga. Oleh sebab itu perlu dikembangkan satu pengukuran kuantitatif yang menunjukkan sampai dimana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan. Ukuran ini dinamakan elastisitas permintaan (Sukirno, 2003).

Elastisitas dapat diukur dengan dua cara yang berbeda, yang disebut elastisitas titik dan elastisitas busur. Elastisitas titik mengukur elastisitas di titik tertentu di sebuah fungsi. Konsep elastisitas titik dipergunakan untuk mengukur pengaruh terhadap variabel dependen Y dari sebuah perubahan yang sangat kecil atau marginal dalam variabel independen X. Walaupun konsep elastisitas titik dapat sering kali memberikan perkiraan yang akurat dari pengaruh terhadap Y dari perubahan kecil (kurang dari 5 persen) dalam X, konsep ini tidak dipergunakan untuk mengukur pengaruh perubahan berskala besar terhadap Y, karena elastisitas umumnya bervariasi di titik-titik yang berbeda di sepanjang sebuah fungsi. Untuk menilai pengaruh perubahan berskala besar dalam X, konsep elastisitas busur dipergunakan. Elastisitas busur mengukur elastisitas rata-rata di sepanjang kisaran tertentu dari sebuah fungsi (Pappas dan Mark H, 1995).

Ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara permintaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya ialah elastisitas permintaan. Elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : Elastisitas harga Elastisitas pendapatan Elastisitas silang (Burhan, 2006).

Elastisitas Harga

Menurut Sudarman (2000), elastisitas harga adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumen, akibat adanya perubahan harga barang. Dengan kata lain elastisitas harga adalah perubahan proporsional dari sejumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan proporsional dari harga.

Angka elastisitas harga selalu bernilai negatif sehingga tanda di depan koefisien sering tidak ditulis. Elatisitas harga selalu bernilai negatif karena sifat variabel harga dan jumlah barang yang diminta bersifat terbalik. Kenaikan harga selalu diikuti dengan penurunan permintaan, dan sebaliknya (Firdaus, 2008).

Ukuran elastisitas yang paling luas dipergunakan adalah elastisitas harga dari permintaan, yang mengukur daya tanggap jumlah yang diminta terhadap perubahan dalam harga produk, dengan mempertahankan nilai semua variabel lainnya dalam fungsi permintaan konstan. Dengan menggunakan rumus elastisitas titik, elastisitas harga dari permintaan ditemukan sebagai berikut : perubahan persentase dalam jumlah εp = (Q)

perubahan persentase dalam harga (P) (Pappas dan Mark H, 1995).

Elastisitas Pendapatan

Koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang sebagai akibat daripada suatu perubahan pendapatan pembeli dinamakan elastisitas permintaan pendapatan atau secara ringkas elastisitas pendapatan. Untuk kebanyakan barang, kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan. Disini terdapat hubungan yang searah diantara perubahan pendapatan dan perubahan permintaan, dengan demikian elastisitas pendapatannya adalah positif. Barang-barang yang elastisitas pendapatannya adalah demikian dinamakan barang normal. Beberapa jenis barang mengalami pengurangan dalam jumlah yang dibeli apabila pendapatan bertambah, berarti perubahan pendapatan dan jumlah yang Koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang sebagai akibat daripada suatu perubahan pendapatan pembeli dinamakan elastisitas permintaan pendapatan atau secara ringkas elastisitas pendapatan. Untuk kebanyakan barang, kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan. Disini terdapat hubungan yang searah diantara perubahan pendapatan dan perubahan permintaan, dengan demikian elastisitas pendapatannya adalah positif. Barang-barang yang elastisitas pendapatannya adalah demikian dinamakan barang normal. Beberapa jenis barang mengalami pengurangan dalam jumlah yang dibeli apabila pendapatan bertambah, berarti perubahan pendapatan dan jumlah yang

Sesuatu barang dinamakan normal apabila ia mengalami kenaikan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan. Kebanyakan barang yang ada dalam masyarakat termasuk dalam golongan ini. Beberapa contohnya adalah pakaian, sepatu, berbagai jenis kendaraan, dan berbagai jenis makanan (Sukirno, 2000).

Elastisitas pendapatan dari permintaan mengukur daya tanggap permintaan terhadap perubahan dalam pendapatan, dengan mempertahankan pengaruh semua variabel lainnya tetap konstan. Membiarkan I untuk mewakili pendapatan, elastisitas titik dalam pendapatan didefinisikan sebagai berikut : Persentase Perubahan dalam Jumlah ε (Q)

I = Persentase Perubahan dalam Pendapatan (I)

Pendapatan dan jumlah yang dibeli umumnya bergerak dalam arah yang sama, yaitu pendapatan dan penjualan berkaitan secara langsung dan bukan secara terbalik (Pappas dan Mark H, 1995).

Elastisitas Silang

Koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain dinamakan elastisitas permintaan silang atau dengan ringkas elastisitas silang. Apabila perubahan harga barang Y menyebabkan permintaan barang X berubah, maka sifat perhubungan diantara keduanya digambarkan oleh elastisitas silang (Sukirno, 2003).

Dalam kehidupan nyata suatu barang konsumsi biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan barang lain dalam fungsinya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya beras dan jagung, keduanya merupakan bahan makanan yang dapat dipertukarkan. Oleh karena itu perubahan harga beras tidak saja Dalam kehidupan nyata suatu barang konsumsi biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan barang lain dalam fungsinya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya beras dan jagung, keduanya merupakan bahan makanan yang dapat dipertukarkan. Oleh karena itu perubahan harga beras tidak saja

X dan barang Y adalah komplementer (Mubyarto, 1989). Konsep elastisitas harga silang dipergunakan untuk meneliti daya tanggap permintaan akan satu produk terhadap perubahan dalam harga produk lainnya. Elastisitas harga silang diketahui dengan permintaan berikut ini :

Persentase Perubahan dalam Jumlah ε Y px = Persentase Perubahan dalam Harga X

dimana Y dan X adalah dua produk yang berbeda. Elastisitas harga silang untuk pengganti selalu positif, harga satu barang dan permintaan akan barang lainnya selalu bergerak dalam arah yang sama. Elastisitas harga silang adalah negatif untuk pelengkap, harga dan jumlah bergerak dalam arah yang berlawanan. Yang terakhir, elastisitas harga silang nol, atau dekat dengan nol, untuk barang-barang yang tidak berkaitan, variasi dalam harga satu barang tidak berpengaruh terhadap permintaan akan barang kedua (Pappas dan Mark H, 1995).

Kerangka Berpikir

Telur ayam merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam yang menjadi bahan makanan yang akrab dalam kehidupan sehari-hari karena hampir tiap orang mengkonsumsinya sebagai bahan pangan. Telur ayam juga mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh karena mengandung protein hewani. Selain kandungan gizi yang berguna bagi tubuh, telur ayam banyak dimanfaatkan untuk bahan masakan, lauk pauk, bahan baku pembuatan kue, bahan baku industri mie, dan lain-lain.

Permintaan merupakan jumlah barang atau komoditi yang diminta pada kurun waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang atau komoditi adalah harga barang itu sendiri, harga barang substitusi, harga barang komplementer, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita.

Perubahan permintaan telur ayam dianggap dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik dan harga daging ayam ras sebagai barang substitusi, harga beras sebagai barang komplementer, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan jumlah toko roti. Berikut merupakan penjelasan mengenai variabel-variabel yang dipilih dan dianggap mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

a. Harga telur ayam ras : Permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga dari barang itu sendiri. Sesuai dengan hukum permintaan yaitu semakin tinggi harga, maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya. Oleh karena itu, variabel harga telur ayam dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam.