PEMBAHASAN KASUS
B. PEMBAHASAN KASUS
Dari bab pembahasan ini, penulis akan membahas dari langkah I sampai dengan langkah VII dengan cara meliat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus pada Ny. M P4A0AH4 umur
43 tahun nifas post sectio caesari di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
1. Pembahasan pengkajian data subjektif Data subjektif adalah data yang diperoleh dari klien sebagai suatu
pendapat situasi atau kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatan, misalnya tentang nyeri, perasaan, ketakutan, kecemasan, frustasi, mual dan perasaan malu (Riwidikdo,2007)
Rangakaian pada pasien post SC dengan keadaan normla meliputi pengkajian secara umum, yaitu identitas pasien dan suami, riwayat kesehatan, riwayat pernikahan, kebiasaan sehari-hari pasien dan suami, riwayat kesehatan, kebiasaan sehari-hari pasien, pemeriksaan penunjang, adapun pengumpulan data pada studi kasus ini diperoleh Rangakaian pada pasien post SC dengan keadaan normla meliputi pengkajian secara umum, yaitu identitas pasien dan suami, riwayat kesehatan, riwayat pernikahan, kebiasaan sehari-hari pasien dan suami, riwayat kesehatan, kebiasaan sehari-hari pasien, pemeriksaan penunjang, adapun pengumpulan data pada studi kasus ini diperoleh
Pada kasus post SC menurut Bramantyo (2003), pada hari pertam setelah operasi SC pasien akn merasa letih dan bingung, dan timbul perasaan tidak nyaman karena nyeri didaerah luka, terutama setelah pengaruh obat biusnya hilang.
Pada Ny. M nifas post SC di RS PKU Muhammadiya Yogyakarta ini, penulis mendapatkan data subjektif dari hasil anamnesa dengan pasien, keluarga dan pengambilan data dari rekam medic pasien. Ditemkan keluhan pada Ny. M pada 1 jam post SC adalah pusing, nyeri pada luka oprasi, badan lemas, kaki ibu belum isa digerakan dan khawatir dengan keadaan bayinya karena belum melihat kondisi bayinya. Pada 7 jam post SC keluhan yang dirasakan ibu adalah nyeri pada luka bekas operasi, pusing, lemas dan ibu cemas karena belum menyusui bayinya. Pada hari pertama post SC keluhan yang ibu rasakan adalah nyeri luka post SC, ibu sudah tidak lemas dan pusing lagi, ibu sudah dapat miring kanan dan miring kiri. Pada hari kedua post SC ibu mengeluh masih terasa sedikit nyeri dan ibu sudah dapat bangun dan duduk ditempat tidur. Pada hari ketiga ibu sudah dapat berdiri dan berjalan, dan ingin segera pulang karena ingin merawat bayinya dirumah.
Pada pengkajian data subjektif ini kegiatan seperti konsumsi nutrisi, aktifitas menyusui, aktifitas merawat bayi, dan mobilisasi yang dilakukan pasien secara bertahap semakin meningkat setiap harinya dari hari ke nol sampai hari ke tiga pasca operasi sectio caesaria.
Pada pengkajian data subjektif ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yang ada karena mobilisasi ibu meningkat pada setiap hari.
2. Pembahasan data objektif Data objektif adalah data yang didapat melalui observasi dan dapat
diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium dan raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, berat badan, tingkat kesadaran (Riwidikdo, 2007)
Pemeriksaan data objektif meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaa fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus nifas post SC adalah perubahan fisik seperti terdapat sayatan pada perut pasien sehingga menimbulkan nyri tekan setelah efek biu hilang.
Pada Ny. M nifas post SC di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan hasil pengkajiandata objektif yaitu keadaan umum ibu Nampak baik, terpasang infuse RL + ceftria one 20 tts menit terpasang kateter dan bedrest ditempat tidur. Dari pemeriksaan Pada Ny. M nifas post SC di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan hasil pengkajiandata objektif yaitu keadaan umum ibu Nampak baik, terpasang infuse RL + ceftria one 20 tts menit terpasang kateter dan bedrest ditempat tidur. Dari pemeriksaan
Dri hasil pengkajian data objektif tidak ada kesenjangn antara teori dan kasus dalam pemeriksaan data objektif, karena pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan dara dan urune dalam batas normal.
3. Pembahasan analisis data Analisis data adalah kegiatan mengubah data dari hasil penelitian
menjadi informasi yang dapat difgunakan untuk mengambil kesimpulan dalam suatu penelitian. Adapun cara pengambil keputusan dengan cara hipotesis maupun dengan estimasi hasil (Nursalam, 2008).
Pada analisi data ada beberapa teori yang harus diperhatikan yaitu, pengertian sectio caesaria, pengertian nifas, tubektomi, mobilisasi dini dan juga data penunjang yang dapat menegakan diagnose pada kasus ibu nifas post SC.
Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim yang disebabkan karena bayi tidak bisa lahir pervaginam. Jadi seksio sesaria yaitu tindakan yang dilakukan untuk Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim yang disebabkan karena bayi tidak bisa lahir pervaginam. Jadi seksio sesaria yaitu tindakan yang dilakukan untuk
Masa nifas ( puerperium ) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu ( Ari Sulistyawati, 2009).
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan (BKKBN, 2010).
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin ditempat tidur dengan melatih bagian – bagian tubuh untuk melakukan peregangan. Mobilisasi dini segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan luka pada ibu post Sectio Caesarea (Setyowati, 2012).
Data penunjang pemeriksaan darah rutin serta kimia dalam urine keratin, SGOT, LDH, bilirubin, dan pemeriksan urine protein.
Berdasarkan hasil dari pengkajian adalah umur 43 tahun melhirkan
4 kali, belum pernah abortus, memiliki 4 anak hidup, serta anak yang ke 3 lahir melalui operasi sectio caesaria. Berdasarkan pemeriksaan fisik ibu dalam keadaan umum yang stabil dan mobilisasi yang bertahap sehingga analisa dari kasus Ny. M umur 43 tahun P4A0AH4 nifas post sectio caesaria dalam keadaan normal, analisa tersebut 4 kali, belum pernah abortus, memiliki 4 anak hidup, serta anak yang ke 3 lahir melalui operasi sectio caesaria. Berdasarkan pemeriksaan fisik ibu dalam keadaan umum yang stabil dan mobilisasi yang bertahap sehingga analisa dari kasus Ny. M umur 43 tahun P4A0AH4 nifas post sectio caesaria dalam keadaan normal, analisa tersebut
4. Pembahasan penatalaksanaan Penatalaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari
sebuah rencana matang dan terperinci ( Nurdin dan Usman,2008).
Penatalaksanaan dalam kasus ini terdiri dari perencanaan dan evaluasi tindakan. Menurut Varney (2007), perencanaan yang dilakukan yaitu observasi keadaan umum pasien, observasi tanda-tanda vital, observasi pengeluaran darah pervaginam, memberikan konseling edukasi tentang makanan yang mengandng banyak kalori dan protein, memberikan pengobatan dan anjuran memberikan pengobatan melalui kolaborasi dengan dokter spesialis obstetric gynekologi dalam pemberian terapi dan pemeriksaan lanjut dan melakukan cek labolatorium.
Selama perawatan koservatif, dilakukan observasi evaluasi sama seperti pada perawatan aktif terutama pada hari pertama pemeriksaan tanda vital pada setiap 2 jam dan selanjutnya setiap 4 jam hari pertama dan pada hari kedua sampi ke lima setiap 8 jam bila tidak ada komplikasi (Bramantyo, 2003).
Pada kasus Ny. M penatalaksanaan yang dilakukan adalah:
a. Melakukan observasi keadaan umum. Evaluasi : sudah dilakukan observasi keadaan umum ibu yang bertujuan untuk memantau perkembangan kesehatan ibu terutama hemodinamiknya yaitu ibu masih Nampak lemah, dan ibu merasa kaki serta tungkai masih belum bisa digerakan setelah operasi SC, tekanan darah 110/70 mmhg,
nadi 84 x/menit, RR : 21 x/menit dan suhu :36 0 C
b. Melakukan observasi pengeluaran lochea Evaluasi : sudah dilakukan observasi pengeluaran lochea yang bertujuan untuk mengetahui proses kembalinya alat – alat reproduksi yaitu lochea rubra, berbau amis (khas), perdarahan kurang lebih 20cc.
c. Melakukan observasi nyeri tekanan uterus. Evaluasi : observasi sudah dilakukan yang bertujuan untuk melihat kontraksi uterus pasien karena pada 1 jam pertama past pastum ,kontraksi uterus kuat dan teratur dan hasilnya ibu merasa nyeri pada perutnya terutama pada luka post oprasi SC.
d. Menganjurkan keluarga untuk selalu meberikan dukungan kepada ibu.
Evaluasi : keluarga mengerti dan selalu memberikan dukungan kepada ibu dengan selalu menemani ibu dan membantu kebutuhan yang diperlukan oleh ibu.
e. Menganjurkan ibu untuk istirahat. Evaluasi : ibu sudah dianjurkan untuk beristirahat dan ibu bersedia.
f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam memberikan terapi Evalusi : terapi sudah diberikan yaitu injeksi dexamethasone 1x 1 mg pada pukul 09.30 dan ceftriaxsone
2 x 1g pada pukul , 14.00, 22.00 WIB.
g. Observasi intake dan output Evaluasi : sudah dilakukan observasi intake dan output yaitu jumlah urine kurang lebih 760cc, tetesan infuse 20 x/menit cairan yang masuk 200 cc.
h. Memberikan konseling mengenai pengaruh tubektomi Evaluasi : konseling sudah diberikan yaitu tubektomi tidak mempengaruhi proses menyusui, tidak tergantung pada faktor senggama, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, tidak ada perubahn dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormone ovarium), berkurangnya risiko kanker ovarium, ibu akan nyeri bahu selama 12 – 24 jam setelah laparoskopi relative dialami karena gas CO2 atau udara dibawah diafragma, sekunder terhadap h. Memberikan konseling mengenai pengaruh tubektomi Evaluasi : konseling sudah diberikan yaitu tubektomi tidak mempengaruhi proses menyusui, tidak tergantung pada faktor senggama, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, tidak ada perubahn dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormone ovarium), berkurangnya risiko kanker ovarium, ibu akan nyeri bahu selama 12 – 24 jam setelah laparoskopi relative dialami karena gas CO2 atau udara dibawah diafragma, sekunder terhadap
i. Memberikan konseling dan melatih mobilisasi Evaluasi : konseling sudah diberikan yaitu pada hari
pertama ibu sudah harus belajar untuk miring kanan dan miring kiri dan jika sudah bisa ibu harus melanjutkan mobilisasi dengan duduk dan selanjutnya belajar untuk berjalan.
Keadaan umum pada Ny. M pada 1 jam pertama post SC dalam keadaan stabil, kesadaran lemah, tanda vital dalam batas normal, kaki belum bisa digerakan. Pada 07 jam post Sc didapatkan ibu sudah mulai sadar sepenuhnya, tanda vital dalam bata normal dan kaki, tungkai dan jari-jari kaki dapat digerakan. Pada hari pertama ibu dalam kesadaran yang composmentis, keadaan umum yang stabil, tanda vital dalam batas normal dan mobilisasi suda dapat miring kanan dan miring kiri serta asupan gizi yang baik. Pada hari ketiga pertama ibu dalam kesadaran yang composmentis, keadaan umum yang stabil, tanda vital dalam batas normal dan mobilisasi suda dapat miring kanan dan miring kiri serta asupan gizi yang baik dan teratur. Pada hari ketiga kesadaran dan keadaan umum ibu dalam keadaan yang stabil dan ibu sudah dapat duduk ditempat tidur. Pada hari keempat kesadaran dan keadaan umum ibu dalam keadaan yang stabil dan ibu sudah dapat berjalan.
Dalam kasus nifas post SC dengan tubektomi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta terdapat kesenjangan antara SOP rumah sakit ditunjang dengan teori yang ada mengenai masa puasa pasien pre operasi SC yang tercantum dalam SOP dan teori (Kasdu, 2003) yang berisi masa puasa pasian pre operasi Sc yaitu minimal 6 jam sedangkan dalam kasus pada pasien Ny. M di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pasien puasa ± 4 jam.
Untuk penatalaksanaan yang diberikan bidan pada pasien post SC sudah sesuai dengan wewenang bidan yang tercantum dalam SPK standar 14 yang bertujuan Komplikasi segera deteksi dan dirujuk, penurunan kejadian infeksi pada ibu dan bayi baru lahir, penurunan kematian akibat perdarahan pasca persalinan primer, pemberian ASI dimulai dalam 1 jam pertama sesudah persalinan dan juga sesuai keputusan mentri kesehatan No. 900 pasal 18 tentang pelayanan ibu nifas normal dan ibu nifas abnormal yang meliputi retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan.