xxxviii berkaitan dengan fungsinya dan tidak menguibah benteng alam, kondisi
penggunaan lahan dan ekosistem alami yang ada, Kawasan lindung Meruapakan kawasan hutan lindung sebagai daerah tangkapan air atau catchment area dan
kawasan sabuk hijau atau green belt dan kawasan bebas merupakan kawasan yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan misalnya untuk kegiatan usaha dan
pariwisata, karena itu pada umumnya fungsi waduk dapat dikatakan bersifat serba guna dan pengelolaanya harus memenuhi unsur keserasian antar fungsi dalam
pencapaian tujuan Dirjen Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, 1983
2.2 Pengelolaan Waduk sebagai Sarana Irigasi
Pengelolaan waduk merupakan pengelolaan sumber daya alam khususnya sumber daya air, terkait aspek pengelolaan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu aspek pemanfaatan menggunakan sumber daya air yang tersedia dengan baik dan efisien, aspek pelestarian agar pemanfaatan dapat berkelanjutan
perlu dijaga kelestariannya baik dari segi jumlah maupun mutunya sehingga perbedaan debit air antara musim kemarau dan musim hujan tidak terlalu besar dan
aspek dan aspek pengendalian menghidarkan sumber daya air terhadap daya rusak berupa banjir maupun pencemaran. Dari ketiga aspek tersebut tidak boleh
dipisahkan karena apabila salah satu dilupakan akan mengakibatkan tidak lestarinya pemanfaatan air dan bahkan akan membawa dampak buruk Kodoatie, 2005.
Sebagai sarana irigasi, waduk berfungsi sebagai tempat penampungan air diwaktu hujan dan menyalurkannya sebagai irigasi bila dibutuhkan. Bila
pasokan air hujan sangat besar sehingga membahayakan keamanan waduk maka air tampungan dapat dikeluarkan dengan debit besar secara terkendali dan aman.
Pengamanan air waduk baik sebagai air irigasi dan keamanan waduk dikendalikan
xxxix oleh katup jarum dengan dukungan katup-katup lainnya, seperti katup kupu-kupu
dan katup terusan. Dalam mengoperasionalkan waduk untuk keperluan irigasi, besarnya debit air yang dikeluarkan oleh katup jarum, terukur melalui prosentase
pembukaan katup yang terdapat pada panel kontrol dan merupakan fungsi tinggi muka air, semakin besar presentase pembukaan katup akan semakin besar debet air
yang dialirkan. Bila kondisi saluran masuk banyak sampah dan ada kebocoran, maka debet air yang dialirkan secara nyata dapat diukur dengan AWLR Automatic
Water Level Recorder yang terdapat pada saluran keluaran dan ditransmisikan dalam bentuk grafik pada ruang kontrol Departemen Pekerjaan Umum, 1997.
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, sedangkan jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan
perlengkapannya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pemberian, penggunaan dan
pembuangan Kodoatie, 2005. Sistem irigasi di Indonesia pada umumnya tergantung pada cara
pengambilan air sungai untuk mengairi persawahan dan jaringannya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu irigasi teknis jaringan yang mendapatkan pasokan
terpisah dengan jaringan pembuang, dapat diukur, diatur dan terkontrol pada titik tertentu, Irigasi semi teknis pengaliran air ke sawah dapat diatur tetapi banyaknya
aliran tidak dapat diukur dan irigasi sederhana pengaliran air secara sederhana biasanya pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah desa sedangkan saluran
irigasi khususnya pada irigasi teknis menurut standar perencanaan irigasi KP-1, dibedakan menjadi saluran primer membawa air dari jaringan utama ke saluran
sekunder, saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak
xl tersier, saluran tersier membawa air dari petak terseir ke saluran kwarter dan
saluran kwarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier ke sawah-sawah.
2.3 Pemanfaatan Waduk sebagai Sarana Wisata