Analisis Peran Serta Masyarakat Sekitar Kawasan

cii 2. Mengenai potensi wisata yang meliputi atraksi wisata, sarana wisata, aksesibilitas dan pelayanan mayoritas beranggapan bahwa potensi alam waduk Cacaban sangat prospektif tetapi belum didukung sarana prasarana, aksesibilitas dan pelayanan yang memadai sehingga perlu dikembangkan. 3. Dalam mengimplementasikan dokumen perencanaan yang sudah ditetapkan tidak mudah, biasanya terbentur pada keterbatasan anggaran, sementara anggaran dari APBD Kabupaten sangat terbatas dan belum mampu untuk memenuhi skala prioritas pembangunan yang sudah ditetapkan oleh karena itu, sepakat untuk tidak menutup dari kemungkinan masuknya investor dalam melakukan usahanya sepanjang tidak bertentangan dengan konsep pembangunan berwawasan lingkungan.

4.3 Analisis Peran Serta Masyarakat Sekitar Kawasan

Jumlah penduduk di sekitar waduk Cacaban sekitar 2.098 jiwa, meliputi Dukuh kalisusu 769 jiwa, Dukuh Sirampog 412 jiwa dan Dukuh Brengkok 917 jiwa, dimana 51 merupakan penduduk usia produktif. Dengan mata pencaharian sebagian besar bergantung pada sektor pertanian, sebagian sebagai nelayan dan pedagang. Potensi yang ada pada daerah ini terutama pada bidang pertanian, meliputi produksi tanaman pangan padi, jagung, ketela. Adapun masyarakat yang dijadikan responden untuk wawancara meliputi 15 orang petani, 15 orang nelayan, 15 orang pedagang dikawasan Waduk Cacaban dan 5 orang perangkat desa, dengan hasil wawancara sebagai berikut: 1. Masyarakat sekitar waduk merasa keberadaan waduk sebagai sarana irigasi sekaligus sebagai sarana wisata sangat bermanfaat baginya sehingga sangat berharap untuk dapat dikembangkan dan mereka siap untuk berperan serta ciii secara langsung maupun tidak langsung. Pengertian manfaat bagi masyarakat sekitar adalah apabila keberadaan waduk memberikan keuntungan secara langsung dan konkrit. 2. Pada umumnya masyarakat sekitar waduk tidak memahami adanya zonasi di kawasan waduk, mereka tidak tahu kalau pada bangunan utama waduk merupakan daerah yang terlarang untuk melakukan kegiatan umum dan pada kawasan suaka terlarang untuk melakukan kegiatan budidaya yang dapat merusak ekosistem. 3. Tidak semua masyarakat sekitar waduk tidak memahami artinya pelestarian sumber daya alam karena ada sekelompok orang yang sudah sangat sadar dan melakukan tindakan nyata berupa kegiatan penghijauan swadaya masyarakat yang sudah dilakukan sejak tahun 1977 dan data lima tahun terakhir dari penyuluh kehutanan di Cacaban, menunjukkan: ƒ Tahun 2002 melakukan persemaian dan penanaman 3.000 pohon jati, 2.500 asem jawa, 5.000 samanea saman dan 3.000 jambu biji yang ditanam disekitar Taman Wisata. ƒ Tahun 2003 melakukan persemaian dan penanaman 2.000 pohon nangka, 1.200 asem jawa, 1.500 samanea saman, 1.000 albasia dan 2.000 jati yang sebagian ditanam di kawasan lindung. ƒ Tahun 2004 melakukan persemaian dan penanaman 1.100 pohon asem jawa untuk penghijauan pulau. ƒ Tahun 2005 melakukan persemaian dan penanaman 1.000 pohon nangka dan 500 pohon samanea saman untuk penghijauan pulau. civ ƒ Tahun 2006 melakukan persemaian dan penanaman 4.500 pohon nangka untuk penghijauan pulau. Kegiatan swadaya masyarakat tersebut dimotori oleh salah seorang penyuluh kehutanan yang wilayah kerjanya meliputi kawasan wisata alam Waduk Cacaban dan Lembaga Swadaya Masyarakat Wahana Karyatama yang menaruh perhatian terhadap kelestarian alam. Dari uraian tersebut diatas sesuai dengan pendapat Made Sukarsa, 2000 bahwa masyarakat akan terdorong untuk berpartisipasi apabila mereka mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan akan memperoleh manfaat yang positif dari apa yang mereka lakukan.

4.4 Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Waduk Cacaban dalam