Faktor Usaha Keluarga Kedekatan Dengan Tempat Kerja Ketidakmampuan Memperoleh Lahan Ditempat Lain

36 berkaitan dengan kelangsungan hidup sehari-hari. Sangat sedikit sekali atau bahkan hampir tidak ada pendapatan yang tersisa yang dapat diperuntukan untuk membangun perumahan mereka. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah ini harus dibantu membangun dan mengembangkan rumah, menyediakan infrastruktur dan dukungan bagi pendapatan. Masyarakat miskin selalu kesulitan kalau harus membayar cicilan perumahan dari penghasilan perbulannya. Yang menjadi kendala adalah bagaimana caranya agar mereka bisa mengembangkan rumah mereka agar menjadi hunian yang layak. Pembangunan rumah secara bertahap merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah perumahan bagi masyarakat miskin UNESCAP, 2008. Pembangunan rumah secara bertahap tersebut salah satunya hanya bisa dilakukan jika terjadi peningkatan terhadap penghasilan mereka.

2.3.3.3. Faktor Usaha Keluarga

Bagi masyarakat miskin rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal namun kadangkala juga difungsikan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan ekonomi atau usaha UNESCAP, 2008. Desakan kemiskinan kadangkala memaksa orang-orang melakukan diversifikasi pendapatan atau peningkatan pola keragaman pendapatan. Ketidakcukupan penghasilan utama dari kepala keluarga memaksa anggota keluarga lainnya menambah penghasilan melalui usaha keluarga dirumah demi memenuhi kebutuhan keluarga. Tidak jarang kita melihat rumah juga difungsikan sebagai tempat berjualan, industri kerajinan rumah tangga, usaha kue, dan usaha-usaha alainnya. Semua itu menuntut kebutuhan akan ruang tambahan.

2.3.3.4. Kedekatan Dengan Tempat Kerja

Ada kecenderungan masyarakat miskin memilih lokasi hunian yang dekat dengan tempat kerja. Hal ini semata-mata dilakukan untuk menekan pengeluaran untuk transportasi dan menghemat pemakaian waktu sehingga bisa diisi dengan usaha lain yang bermanfaat dan mendatangkan penghasilan tambahan Panudju, 1999. Jika mereka telah mantap menempati suatu lokasi yang dekat dengan 37 tempat kerja, mereka akan berusaha meningkatkan kualitas hunian mereka dengan melakukan pembangunan secara optimal sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.

2.3.3.5. Ketidakmampuan Memperoleh Lahan Ditempat Lain

Peningkatan pembangunan dan jumlah penduduk baik dipedesaan maupun diperkotaan telah menimbulkan tekanan terhadap penyediaan lahan. Ketimpangan antara jumlah permintaan dan penawaran telah memicu meningkatnya harga lahan Sastra dan Marlina, 2006. Harga lahan yang tinggi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk. Tingkah para pengusaha besar yang menguasai lahan dalam jumlah yang besar sebagai investasi jangka panjang karena harganya yang terus meningkat ikut memicu melonjaknya harga lahan Mas’oed, 2001. Kasus yang sama tidak hanya terjadi dikota besar seperti Jabotabek namun juga bisa kita jumpai di kota kecil sekalipun. Usaha menjadikan lahan sebagai investasi jangka panjang sekarang ini tidak hanya dilakoni pengusaha besar namun juga dilakukan masyarakat non pengusaha spekulan non profesional seperti guru, dosen, PNS, lurah, camat, bupati dan lain-lain dalam skala yang lebih kecil, namun secara komulatif hal ini akan memberikan dampak yang sangat besar Yunus, 2008. Golongan ini menjadikan pekerjaan berjualan lahan sebagai pekerjaan sampingan. Yang menerima dampak dari harga lahan yang semakin tinggi adalah masyarakat kecil. Keterbatasan kemampuan kemampuan masyarakat miskin dalam membeli harga lahan yang tinggi merupakan penghambat dalam pengembangan perumahan bagi mereka.

2.3.3.6. Status Lahan