KONDISI PERKERASAN EKSISTING
3 KONDISI PERKERASAN EKSISTING
3.1 Kasus Umum
Bab 6 Bagian 1 Struktur Perkerasan Baru menguraikan prosedur penentuan nilai CBR tanah dasar untuk penanganan tanah dasar termasuk untuk tanah ekspansif dan tanah lunak. Prosedur yang sama juga berlaku untuk pekerjaan rehabilitasi jalan. Akan tetapi, pada pekerjaan rehabilitasi adanya lapis perkerasan eksisting membuat penanganan lebih lanjut pada tanah dasar tidak diperlukan, kecuali untuk lokasi yang memerlukan rekonstruksi dan heavy patching. Daya dukung tanah dasar diukur dengan menggunakan:
(i) DCP pada periode terbasah sepanjang tahun; (ii) kelasifikasi tanah seperti ditunjukkan pada Bagan Desain-1 (Bagian 1) atau; (iii) nilai CBR laboratorium (4 hari rendaman) pada contoh tanah dengan kepadatan
lapangan. Struktur dan karakteritik lapis perkerasan eksisting dapat juga ditentukan dengan survei kondisi dan analisis test pit atau coring, atau dengan analisis perhitungan mundur (back calculation) data lendutan. Nilai CBR yang diperoleh dari analisis lendutan dengan perhitungan mundur perlu divalidasi dengan analisis test pit dan/atau DCP pada periode basah.
Nilai CBR tanah dasar eksisting dan ketebalan sisa lapis perkerasan eksisting merupakan masukan yang penting untuk penggunaan bagan desain. Data ini juga diperlukan dalam prosedur Desain Mekanistik Empiris atau prosedur empirisdengan structural number.
Tanah dasar dan ketebalan perkerasan eksisting sangat beragam, sehingga harus dibagi dalam segmen-segmen yang homogen. Nilai karakteristik yang digunakan dalam perencanaan sesuai prinsip-prinsip yang sama seperti untuk analisis tanah dasar perkerasan baru, sebagai berikut:
a) Koefisien variasi segmen yang homogen = (standar deviasi CBR)/(CBR rata-rata), dan tidak boleh melebihi 0,3.
b) CBR karakteristik = CBR rata-rata – 1,28 x standar deviasi.
c) Ketebalan sisa perkerasan eksisting sesudah penanganan yang lain = ketebalan sisa rata-rata – 1,28 x standar deviasi.
3.2 Jalan Dengan Lalu Lintas Lebih dari 10 Juta ESA4
Data lendutan maksimum dianggap tidak cukup memadai untuk desain overlay atau rekonstruksi dengan beban lalu lintas rencana melebihi 10 juta ESA4. Analisis lengkung lendutan dan informasi test pit menghasilkan desain perkerasan yang lebih baik dengan menggunakan metode desain mekanistik.
Ketentuan berikut harus diperhatikan:
a) Modulus atau koefisien lapis material eksisting dan daya dukung tanah dasar harus diukur atau menggunakan nilai seperti dinyatakan dalam Bagian 1 (Bab 7 dan Lampiran C).
b) Untuk mengetahui perilaku tanah lunak akibat beban dinamis dibutuhkan penyelidikan tersendiri. Untuk desain awal, CBR untuk tanah dasar diatas timbunan rendah pada tanah lunak atau gambut digunakan nilai CBR maksimum dari uraian pada Bagan Desain 2 (Bagian 1 Bab 6) dan tidak menggunakan nilai CBR timbunan atau material lapis penopang.
c) Untuk lalu lintas 30 juta ESA4 dan dibutuhkan rekonstruksi, dapat dipertimbangkan penggunaan perkerasan kaku.
d) Jika perkerasan kaku digunakan diatas fondasi jalan tanah lunak maka perkerasan harus dibangun dengan lebar penuh. Sambungan memanjang antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur pada daerah badan jalan akan sulit dipelihara jika terletak diatas timbunan rendah diatas tanah lunak.
e) Jika beban lalu lintas rencana 10 – 30 juta ESA4 dan lendutan cukup besar, maka penggunaan overlay aspal modifikasi SBS (styrene butadiene styrene) dapat dipertimbangkan.
f) Jika lapisan tanah lunak cukup dalam dan bukti historis menunjukkan kerusakan berlebihan pada perkerasan eksisting, maka metode pendukung seperti cakar ayam atau micro pile dapat dipertimbangkan.
3.3 Survey kondisi dan koreksi perkerasan sebelum overlay
Sebelum merencanakan tebal overlay, harus dilakukan survei kondisi perkerasan. Perbaikan yang perlu dilakukan sebelum overlay tergantung pada jenis, tingkat dan luas kerusakan, serta jenis pelapisan yang dipilih.
Kerusakan perkerasan eksisting berupa kerusakan yang dapat dilihat secara visual. Apabila kerusakan pada perkerasan eksisting diperkirakan akan mempengaruhi kinerja perkerasan maka kerusakan tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum pelapisan. Sering terjadi kerusakan overlay terjadi akibat tidak diperbaikinya kerusakan perkerasan eksisting sebelum overlay.
Dari segi biaya, perencana perlu mempertimbangkan untung rugi (trade-off) antara biaya perbaikan sebelum pelapisan dengan jenis perkerasan overlay. Apabila kerusakan perkerasan eksisting cukup berat dan meluas, pelapisan dengan perkerasan kaku mungkin memerlukan biaya pre-overlay yang lebih rendah tetapi memerlukan biaya pelapisan yang lebih tinggi, dan sebaliknya dengan perkerasan lentur.
Survey drainase dan kerusakan akibat air, daur ulang perkerasan sebagai alternatif dari overlay dibahas secara khusus pada Bab 4.
3.3.1 Retak refleksi Jenis kerusakan yang sering terjadi setelah overlay adalah retak refleksi. Berbagai cara perlu
dipertimbangkan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya retak refleksi seperti pembongkaran dan penggantian lapisan retak, penambahan tebal, atau tindakan pengendalian lain seperti penggunaan Stress Absorbing Membrane Interlayer (SAMI) dan geotekstil.
3.3.2 Alur pada perkerasan aspal Penyebab alur pada perkerasan aspal perlu diketahui sebelum desain tebal overlay. Apabila
alur terjadi pada perkerasan eksisting diakibatkan oleh ketidakstabilan lapis aspal, overlay secara langsung bukan solusi yang tepat. Pengupasan (milling) harus dilakukan untuk mengupas lapisan yang tidak stabil yang menyebabkan alur.
3.3.3 Pengupasan lapis aspal permukaan Pengupasan sebagian lapis permukaan aspal eksisting dengan alat milling sebelum overlay
dapat meningkatkan kinerja overlay karena dapat menghilangkan retak dan lapisan aspal dapat meningkatkan kinerja overlay karena dapat menghilangkan retak dan lapisan aspal