Depresi pada Pensiunan Pegawai

5. Depresi pada Pensiunan Pegawai

Menurut Soedaryono (1979) pegawai atau karyawan merupakan golongan masyarakat yang melakukan penghidupannya dengan bekerja dalam kesatuan organisasi, baik kesatuan kerja pemerintah, maupun kesatuan kerja swasta. Setiap pegawai baik negeri maupun swasta dikarenakan faktor usia, suatu saat akan mengalami masa pensiun. Dwidjosoesastro (dalam Satria, 2008) berpendapat bahwa pensiun merupakan pemberhentian yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang kepada pegawai dilingkungannya, karena sudah mencapai usia lanjut sehingga tidak lagi mampu bekerja dengan sempurna . Menur ut Mu’tadin (dalam Rosanti, 2010) masa pensiun merupakan tahapan penting dalam kehidupan pegawai, sebab dengan tibanya waktu pensiun berarti berakhir pula karir pegawai di bidang pekerjaan, berkurangnya penghasilan serta bertambahnya waktu luang yang terkadang terasa sangat mengganggu.

Mulyono (2011) menyatakan bahwa individu yang pensiun akan mendapatkan uang pensiun atau pesangon sampai meninggal dunia. Menurut Undang-Undang No. 11/1990, pensiun merupakan hak individu untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau sebab-sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Berbagai macam batas usia pensiun, tergantung pada jenis profesinya. Batas usia pensiun untuk PNS 56 tahun, guru 60 tahun, TNI 58 tahun, dan POLRI 60 tahun.

Menurut Hurlock (1999) individu yang berusia 60-70 tahun merupakan tahap akhir dalam rentang kehidupan, sehingga digolongkan dalam usia lanjut dini dan individu yang berusia 60 tahunan sudah termasuk dalam golongan usia tua. Individu akan menjadi semakin tua di usia limapuluhan hingga mencapai awal atau akhir usia enampuluhan. Suardiman (2011) mengungkapkan bahwa individu yang memasuki masa pensiun dengan usia 56 tahun digolongkan sebagai usia pralanjut, seperti pegawai negeri sipil non guru, sedangkan batas usia pensiun untuk profesi guru sudah termasuk dalam golongan usia lanjut.

Berdasarkan pandangan psikologi perkembangan, pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru atau merupakan akhir pola hidup (Schawrz dalam Hurlock, 1999). Transisi ini meliputi perubahan peran dalam lingkungan sosial, perubahan minat, nilai dan perubahan dalam segenap aspek kehidupan seseorang. Menurut Mulyono (2011) masa pensiun juga disebut sebagai suatu masa kritis dan suatu pengalaman yang terberat bagi para pensiunan baru karena terjadi berbagai perubahan dalam hidupnya.

Menurut Suardiman (2011) masa pensiun menyebabkan berkurangnya atau hilangnya peran individu yang menjadi bagian dari harga diri, biasanya diasumsikan sebagai proses menimbulkan stres yang berkontribusi pada menurunnya kesehatan fisik dan mental. Masa pensiun menyebabkan kontak sosial individu semakin berkurang, baik dengan teman sekerja, teman relasi, maupun dengan individu lain yang berada di luar rumah. Kondisi ini mendorong individu untuk menghindar dari lingkungan sosial dan menyebabkan psikisnya menurun bahkan depresi.

Depresi pada masa pensiun merupakan suatu kondisi emosional atau gangguan mood yang dirasakan individu saat memasuki masa pensiun yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, pesimistis, putus asa, nafsu bekerja dan bergaul kurang, tidak dapat mengambil keputusan, mudah lupa bahkan timbul pikiran untuk bunuh diri. Berbagai kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi di masa lampau, seperti perpisahan dan segala macam kehilangan, dapat memperburuk gejala kejiwaan individu, perubahan kesehatan fisik, gangguan penampilan peran sosial, dan depresi. Berbagai macam kehilangan yang dirasakan individu setelah memasuki masa pensiun yaitu kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan (Azizah, 2011).

Individu yang mengalami depresi di masa pensiun, juga disebabkan karena kondisi pikiran yang negatif serta tidak ada rasa semangat lagi setelah memasuki masa pensiun (Davidson & Neale, 2004). Pikiran negatif yang sering dirasakan, diantaranya karena berkurangnya finansial sehingga tidak bisa mencukupi Individu yang mengalami depresi di masa pensiun, juga disebabkan karena kondisi pikiran yang negatif serta tidak ada rasa semangat lagi setelah memasuki masa pensiun (Davidson & Neale, 2004). Pikiran negatif yang sering dirasakan, diantaranya karena berkurangnya finansial sehingga tidak bisa mencukupi

Individu yang telah memasuki masa pensiun dapat berdampak sangat luas bagi perkembangan kepribadian selanjutnya, termasuk dalam hal hubungan sosial dan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar. Individu yang memasuki masa pensiun dan masa usia lanjut akan mengalami penurunan pada fungsi biologis dan psikisnya, sehingga berpengaruh pada aktivitas dan kontak sosialnya. Hal ini menyebabkan individu merasa kesepian. Rasa kesepian sangat dirasakan bagi individu yang sebelumnya sangat aktif bekerja dan tidak siap menghadapi perubahan yang terjadi selama masa pensiun (Suardiman, 2011).

Berbagai perubahan yang terjadi pada masa pensiun, menuntut para pensiunan untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik. Aktivitas baru yang dilakukan memiliki peranan penting di masa pensiun dan dapat memberikan kepuasan hidup. Menurut Haditono (dalam Esteriana, 2004) pensiunan yang aktif akan lebih mudah memperoleh kepuasan hidup yang lebih tinggi dibandingkan pensiunan yang tidak aktif. Semakin berkurangnya aktivitas seseorang, maka hubungan sosial dengan individu lain pun juga berkurang, sehingga menyebabkan individu merasa kesepian, sedih, merasa tidak ada yang mempedulikan lagi dan merasa tidak berguna, serta mudah menyebabkan depresi.

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan depresi pada pensiunan pegawai adalah suatu gangguan Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan depresi pada pensiunan pegawai adalah suatu gangguan