Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Depresi

C. Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Depresi

pada Pensiunan Pegawai

Secara teknis, pensiun merupakan berakhirnya masa kerja seseorang. Datangnya masa pensiun secara psikologis memberikan dampak yang berbeda- beda, yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup para individu yang pensiun. Perubahan yang dirasakan pada individu yang pensiun sangatlah drastis, yang tadinya bekerja secara aktif, setelah memasuki masa pensiun akan merasakan hampa karena tidak ada aktifitas yang harus dilakukan seperti saat masih bekerja. Dalam kenyataannya, individu yang pensiun ada yang menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan di hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (Azizah, 2011).

Masa pensiun dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap menghadapinya. Hal ini tergantung pada sikap individu yang bervariasi dalam menyesuaikan diri terhadap masa pensiun. Menurut Hurlock (1999) berbagai sikap individu terhadap masa pensiun, ada yang menunjukan rasa senang karena bebas dari tugas dan tanggungjawab dan juga ada yang selalu gelisah karena memikirkan sesuatu yang harus ditinggalkan, seperti pekerjaan.

Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Koenig, Goerge, dan Segler (dalam Papalia, 2009) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara agama dengan keadaan psikologis para lansia. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 responden yang berusia antara 55-80 tahun, perihal Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Koenig, Goerge, dan Segler (dalam Papalia, 2009) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara agama dengan keadaan psikologis para lansia. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 responden yang berusia antara 55-80 tahun, perihal

Menurut Partosuwido (1993) individu yang mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik. Mulyono (2011) mengungkapkan bahwa individu dapat menyesuaikan diri dengan baik karena ada aktivitas baru yang dilakukan setelah memasuki masa pensiun. Aktivitas maupun profesi baru tersebut harus bisa dipelajari, didalami dan dilaksanakan sebagai kegiatan pengganti rutinitas sehari-hari di masa pensiun, sehingga individu merasa mudah menyesuaikan diri dengan profesi baru tersebut dan terhindar dari gangguan depresi. Beberapa aktivitas lain seperti menyalurkan hobi, mengikuti kegiatan sosial dan lebih aktif dalam beribadah juga bermanfaat untuk mengisi waktu di masa pensiun.

Dalam hal ini ternyata tidak semua individu dapat menyesuaikan diri dengan baik dan berhasil. Individu yang pensiun termasuk dalam golongan masa usia tua, sehingga fisiknya semakin lemah, semakin banyak penyakit, cepat lupa, penampilan tidak menarik serta pertanda bahwa individu tersebut sudah tidak berguna dan tidak dibutuhkan lagi karena usia tua dan produktivitas makin

menurun. Pada kenyataanya, meskipun masa pensiun tidak lepas dari masa lanjut usia, dari beberapa individu yang pensiun sebenarnya masih bisa untuk melakukan aktivitas. Namun pemahaman tersebut tanpa sadar akan mempengaruhi persepsi individu menjadi negatif sehingga menyebabkan individu merasakan kesepian, kecemasan, harga diri rendah, Post Power Syndrom dan pada akhirnya mengalami depresi. Kegagalan dalam penyesuaian diri dapat menimbulkan emosi yang berubah-ubah, perasaan tidak aman, dan ketegangan yang mengganggu keseimbangan pribadi (Meichati, 1983).

Menurut Maramis (1995) permasalahan pada masa lanjut usia yang menarik adalah kurangnya kemampuan dalam menyesuaikan diri secara psikologis terhadap perubahan yang terjadi. Penurunan kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan dan stres lingkungan sering menyebabkan gangguan psikososial dan masalah kesehatan jiwa seperti depresi. Depresi juga disebabkan karena individu tersebut memiliki mental yang lemah dan harapan individu yang pensiun untuk mencapai kesejahteraan di masa tuanya yang sulit untuk dicapai, karena penyesuaian diri yang tidak dapat dilakukan dengan baik. Individu yang mengalami depresi pada umumnya ditandai oleh adanya perasaan sedih, sangat terpuruk, kehilangan minat dalam berbagai hal, sulit berkonsentrasi, berharap hal terburuk akan terjadi, dan bahkan mempertimbangkan untuk bunuh diri (Nevid, dkk. 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Nugrahaningsih (2006) menunjukkan bahwa terjadinya depresi pada lansia disebabkan karena adanya rasa kesepian.

Dalam hal ini, terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara rasa kesepian dengan kecenderungan depresi pada lansia, yaitu semakin tinggi rasa kesepiannya, maka semakin tinggi pula kecenderungan untuk mengalami depresi, begitupun sebaliknya yaitu semakin rendah rasa kesepiannya, maka semakin rendah pula kecenderungan untuk mengalami depresi. Individu lansia yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik akan mudah merasakan kesepian, terutama pada saat memasuki masa pensiun. Rasa kesepian muncul ditandai dengan adanya perasaan hampa dalam hubungan sosial terhadap lingkungannya, seperti perasaan terasingkan, ditolak, ditinggalkan, dikucilkan, bahkan adanya perasaan tidak berharga lagi. Rasa kesepian yang terjadi secara berlarut-larut pada lansia dapat menimbulkan stres yang berkepanjangan, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan depresi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua individu bisa mengahadapi berbagai perubahan yang terjadi pada masa pensiun. Peningkatan angka harapan hidup bagi individu yang pensiun, akan menyebabkan individu tersebut dapat hidup lebih lama atau dapat menikmati hidup lebih panjang. Bagi individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, maka dapat menikmati masa tua dengan hidup santai, tetapi bagi individu yang kehilangan aktivitasnya dan gagal dalam menyesuaikan diri dengan baik, maka akan mudah mengalami depresi.