Tabel 3. Distribusi, frekuensi, dan persentase karakteristik demografi responden N= 8
Karakteristik Demografi Kelompok
iIntervensi Kelompok Kontrol
Responden N
N 1.
Usia 15-24 tahun 4 50 2 25
25-34 tahun 2 25 3 37,5 35-44 tahun 1 12,5 2 25
45-54 tahun 1 12,5 1 12,5 Min= 17 Max= 46 Min=18 Max=45
Mean= 28,13 SD= 10,72 Mean=31,75 SD=9,7
2. Jenis Kelamin 8 100 7 87,5
3. Suku
Batak Jawa
Aceh 4
3 1
50 37,5
12,5 6
1 1
75 12,5
12,5
4. Diagnosa
Fraktur Tertutup Fraktur Terbuka
5 3
62,5 37,5
6 2
75 25
5. Pendidikan
SMA Perguruan Tinggi
7 1
87,5 12,5
6 2
75 25
6. Pekerjaan
Pegawai Negeri Wiraswasta
Pelajar Ibu Rumah Tangga
- 5
3 -
62,5 37,5
- 1
3 3
1 12,5
37,5 37,5
12,5
1.2 Hasil uji perbandingan pengukuran skala intensitas nyeri pasien fraktur sebelum dan sesudah intervensi kompres dingin pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Intensitas nyeri fraktur pada kedua kelompok diukur dengan menggunakan skala pengukuran nyeri yaitu skala numerik Numerical Rating
Scale dengan rentang skala 0-10, dimana 0 berarti tidak ada nyeri dan 10 berarti nyeri berat. Sebelum dilakukan uji perbandingan dengan menggunakan statistik t
Universitas Sumatera Utara
berpasangan, pada tabel 4 dapat dilihat kebermaknaan secara deskriptif yang menggambarkan penurunan skala intensitas nyeri fraktur. Terlihat pada tabel 4
bahwa penurunan skala intensitas nyeri yang terjadi pada kelompok intervensi, yaitu kelompok responden yang diberi kompres dingin diperoleh nilai rata-rata
mean intensitas nyeri fraktur sebelum intervensi sebesar 5,25 SD= 1,04 sedangkan sesudah intervensi 2,13 SD=0,84.
Table 4. Distribusi rata-rata skala intensitas nyeri fraktur sebelum dan sesudah intervensi kompres dingin pada kelompok intervensi N=8
Kelompok Intervensi Intensitas Nyeri Sebelum
Intervensi Intensitas Nyeri Sesudah
Intervensi Mean SD
Mean SD Kelompok I
5,25 1,04 2,13 0,84
Sedangkan untuk menguji kebermaknaannya agar diketahui perbedaan nyeri fraktur sebelum dan sesudah diberikan kompres dingin dilakukan uji
statistik t berpasangan paired t-test. Pada tabel 5 terlihat perbedaan nilai rata- rata antara pengukuran sebelum dan sesudah intervensi = 3,12 SD= 0,83. Hasil
ini menunjukkan bahwa intensitas nyeri fraktur pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah intervensi setelah pemberian kompres dingin selama 10
menit memiliki perbedaan yang signifikanbermakna. Hal ini didukung oleh nilai p yang diperoleh sebesar 0.000 maka dapat disimpulkan bahwa nilai p0,05.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil tersebut diketahui bahwa kompres dingin efektif terhadap penurunan intensitas nyeri pasien fraktur pada kelompok intervensi.
Table 5. Hasil uji paired t-test untuk perbedaan intensitas nyeri pasien fraktur sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi
N=8
Variable Mean df
T p value
Intensitas nyeri pasien fraktur
sebelum dan sesudah intervensi
3,12 10,59
0,000
Pada tabel 6 terlihat skala intensitas nyeri pada kelompok kontrol dengan nilai rata-rata intensitas nyeri fraktur sebelum dan sesudah intervensi sebesar 4,75
SD=0,89 sedangkan tanpa diberi intervensi setelah 10 menit 4,38 SD=0,92.
Table 6. Distribusi rata-rata skala intensitas nyeri fraktur sebelum dan sesudah diberi kompres air biasa pada kelompok kontrol N=8
Kelompo Kontrol Intensitas Nyeri
Sebelum Intervensi Intensitas Nyeri
Sesudah Intervensi Mean SD
Mean SD Kelompok II
4,75 0,89 4,38 0,92
Pada tabel 7 terlihat perbedaan nilai rata-rata antara pengukuran sebelum dan sesudah diberi kompres air biasa, setelah 10 menit 0,375 SD= 0,51. Dari
hasil uji paired t-test diperoleh nilai p sebesar 0,080 p0,05. Hasil ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa penurunan intensitas nyeri pasien fraktur pada kelompok kontrol tidak bermakna karena tidak diberikan kompres dingin.
Table 7. Hasil uji paired t-test untuk perbedaan nyeri fraktur sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol N=8
Variable Mean df
T p value
Intensitas nyeri fraktur sebelum
dan sesudah intervensi
0, 375 2,049
0,080
Untuk melihat perbedaan penurunan intensitas nyeri fraktur pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan dengan menggunakan uji
statistik independent t-test. Pada tabel 8 menunjukkan perbedaan penurunan intensitas nyeri fraktur
antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Intensitas nyeri fraktur pada kelompok intervensi sebelum diberikan kompres dingin memiliki nilai rata-
rata mean sebesar 5,25 SD=1,04 dan kelompok kontrol nilai rata-rata sebesar 4,75 SD=0,89 Dari hasil tersebut diketahui nilai p=0,317 sehingga dapat
disimpulkan p0,05 yang berarti bahwa intensitas nyeri fraktur pada saat sebelum diberikan intervensi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna.
Sedangkan rata-rata intensitas nyeri fraktur kelompok intervensi setelah diberikan kompres dingin selama 10 menit adalah 2,13 SD=0,84 dan rata-rata intensitas
nyeri fraktur kelompok kontrol dengan diberi kompres air biasa sesudah 10 menit adalah 4,38 SD= 0,92. Dari hasil tersebut diketahui nilai p=0.000
sehingga dapat disimpulkan p0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan
Universitas Sumatera Utara
antara intensitas nyeri fraktur antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah diberikan kompres dingin.
Tabel 8. Hasil uji independent t-test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan kompres dingin N=8
Variabel Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol p value t
Mean SD
Mean SD
Intensitas nyeri
fraktur -
Sebelum intervensi
- Sesudah
intervensi 5,25
2,13 1,04
0,84 4,75
4,38 0,89
0,92 0,317
0,000 1,038
-5,135
2. Pembahasan