Karakteristik Demografi Uji Hipotesa

antara intensitas nyeri fraktur antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah diberikan kompres dingin. Tabel 8. Hasil uji independent t-test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan kompres dingin N=8 Variabel Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol p value t Mean SD Mean SD Intensitas nyeri fraktur - Sebelum intervensi - Sesudah intervensi 5,25 2,13 1,04 0,84 4,75 4,38 0,89 0,92 0,317 0,000 1,038 -5,135

2. Pembahasan

2.1 Karakteristik Demografi

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden yang berhubungan dengan usia dari kedua kelompok intervensi dan kontrol, responden yang mengalami fraktur berusia rata-rata 28 tahun dan 31 tahun. Data demografi yang berhubungan dengan jenis kelamin pada kedua kelompok yang mengalami fraktur pada kelompok intervensi semua responden berjenis kelamin laki-laki 100 sedangkan pada kelompok kontrol juga mayoritas berjenis kelamin laki-laki 87.5. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa keseluruhan jumlah responden yang mengalami fraktur berada pada usia dibawah 45 tahun dan fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Pernyataan ini mendukung pendapat Reeves, Roux, dan Lockhart 2001 yang mengatakan bahwa fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan Universitas Sumatera Utara dengan umur dibawah 45 tahun yang sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau kecelakaan. Berdasarkan hasil penelitian tingkat nyeri fraktur yang dialami responden sangat bervariasi mulai dari tingkat nyeri ringan, nyeri sedang dan sangat nyeri. Terlihat bahwa skala intensitas nyeri fraktur bervariasi dimulai dari skala 4 sampai skala 7. Perbedaan tinggi rendahnya skala intensitas nyeri fraktur dirasakan seseorang tidak bisa menjadi indikator bagi yang lainnya karena sifatnya yang sangat pribadi. Pernyataan ini mendukung pendapat dari Mahon 1994 dalam Potter Perry 2005 yang mengatakan bahwa nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual dan berbeda pada setiap orang. Tingkat nyeri ini juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor psikis dimana nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis penderita, dan tidak mendapat penerangan yang baik tentang fraktur dan cara mengatasi nyeri fraktur.

2.2 Uji Hipotesa

Berdasarkan hasil penelitian skala intensitas nyeri fraktur pada kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberi kompres dingin selama 10 menit pada kondisi awal pre test didapat nilai rata-rata nyeri 5,25 SD=1,04 dan setelah 10 menit diberi kompres dingin didapat nilai rata-rata nyeri berkurang menjadi 2,13 SD=0,84, pernyataan ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sebesar 3,12. Dari hasil uji paired t test terdapat nilai p=0,000 p0.05 artinya terdapat perbedaan yang bermaknasignifikan pada penurunan intensitas nyeri fraktur pada kelompok intervensi sebelum dan sudah diberi intervensi kompres dingin. Sedangkan pada Universitas Sumatera Utara kelompok kontrol didapat nilai rata-rata nyeri 4,75 SD=0,89 dan setelah 10 menit diberi kompres air biasa di dapat nilai rata-rata nyeri 4.38 SD=0,92 pernyataan ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sebesar 0,37. Dari hasil uji paired t test diperoleh nilai p=0.080 p0,05 artinya penurunan intensitas nyeri pada kelompok kontrol tidak bermakna karena tidak diberi kompres dingin. Berdasarkan hasil uji independent t-test intensitas nyeri fraktur antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum diberikan kompres dingin menunjukkan perbedaan yang bermakna diketahui dari nilai p=0,317 p0,05, yang berarti bahwa intensitas nyeri fraktur pada saat sebelum diberikan intervensi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna karena dalam uji independent t- test ini yang penting adalah adanya perbedaan penurunan intensitas nyeri fraktur antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah diberi kompres dingin. Sesudah diberikan kompres dingin pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol diberikan kompres air biasa selama 10 menit diketahui nilai p=0,000 p0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri fraktur antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah diberikan kompres dingin. Dari hasil uji kedua statistik yang tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kompres dingin efektif terhadap penurunan intensitas nyeri fraktur pada pasien fraktur di Rindu B Rumah Sakit H. Adam Malik, Medan. Pernyataan di atas mendukung pendapat dari Stevens 2000 yang mengatakan bahwa pemberian unsur dingin pada tempat tertentu membawa Universitas Sumatera Utara Pada penelitian ini semua faktor yang dianggap berkontribusi terhadap nyeri diabaikan, Ini dikarnakan tidak semua faktor yang muncul bersamaan dengan nyeri fraktur dapat dihilangkan dengan kompres dingin. Semua responden pada penelitian ini sudah mendapat tindakan intervensi dari tenaga medis dan mengkonsumsi obat-obat penurun nyeri seperti analgesik sehingga semua responden berada pada intensitas nyeri sedang dan ringan bukan pada nyeri akut. akibat penyempitan pada pembuluh-pembuluh darah. Dengan cara ini terjadi pengentalan darah, dan ini dapat menghalangi atau membatasi penyebaran darah keluar dari pembuluh bila terjadi suatu bekuan. Sebagai akibat dingin rasa sakit sangat berkurang. Maka pemberian unsur dingin ini harus dilakukan berulang- ulang Stevens, 2000. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian quasi eksperimen ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pasien fraktur di Rindu B Rumah Sakit H. Adam Malik Medan. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan metode convenience sampling sehingga diperoleh 8 sampel dalam penelitian ini, dan dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan Juni 2010. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kompres dingin pada area fraktur yang berlawanan arah yang mengalami nyeri yaitu pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan dengan memberikan kompres air biasa, kemudian dilakukan pengukuran intensitas nyeri pada kedua kelompok sebelum dan sesudah intervensi dengan menggunakan skala pengukuran nyeri yaitu Skala Numerik Numerical Rating Scale. Skala tingkat intensitas nyeri ini 0-10, 0 berarti tidak ada nyeri dan 10 berarti nyeri hebat. Pengolahan data dilakukan dengan mengguanakan program aplikasi komputer untuk mengetahui hasil dari perhitungan statistik yaitu dengan uji paired t-test dan independent t-test. Universitas Sumatera Utara