MAHASISWA INDONESIA YANG STUDI KELUAR NEGERI PERANAN DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP

C. MAHASISWA INDONESIA YANG STUDI KELUAR NEGERI

Mahasiswa Indonesia yang studi keluar negeri disebut sebagai sojourn Ward, 2006 Mahasiswa Indonesia yang studi keluar negeri akan cenderung mengalami permasalaha-permasalahan semasa individu menjalai proses studi tersebut. Salah satu kendala yang dihadapi sojourn adalah permasalahan budaya. Menurut Argyle 1982 permasalahan lintas budaya muncul karena sojourners, imigran mengalami kesusahan dalam menyesuaikan diri adjustment di kehidupan sosial sehari-hari. Dan juga menurut Bochner 2001 Murid yang menjalani studi ke luar negeri study abroad akan mengalami dampak culture shock selama proses pencapaian tujuan dari akhir pendidikan mereka. Kingsley Dakhari 2006 menyatakan bahwa culture shock bukan kondisi medis ataupun istilah klinis. Culture shock merupakan sebuah cara untuk mendeskripsikan perasaan bingung dan gelisah yang dimiliki seseorang ketika meninggalkan budaya yang telah familiar dan tinggal di budaya baru. Beberapa dimensi budaya menurut Kinsgley Dakhari 2006 adalah cuaca, makanan, pakaian, bahasa, sekolah, masyarakat sekitar, nilai-nilai kebudayaan. Menurut Ward 2006 sojourn yang tidak berhasil beradaptasi di budaya baru akan mengalami dampak dalam penurunan nilai akademik, pencapaiaan self esteem yang rendah, dan memiliki lingkup pergaulan yang sedikit. Universitas Sumatera Utara

D. PERANAN DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP

PSYCHOLOGOICAL ADJUSTMENT PADA MAHASISWA INDONESIA YANG STUDI KELUAR NEGERI Individu yang memutuskan untuk ke luar negeri melanjutkan studinya akan menghadapi culture shock Ward, 2006. Sojourners yang kemudian mengalami culture shock akan melakukan psychological adjustment. Psychological Adjustment ini muncul karena sojourners berusaha mempertahankan budaya asalnya Leong, 2009. Sojourners Indonesia yang terutama melanjutkan studinya ke luar negeri menemukan banyak kesulitan. Budaya Indonesia cenderung memperhatikan kaidah-kaidah dan norma sosial, serta mementingkan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain Koentjaraningrat, 2001. Dimensi budaya yang diartikan dalam kalimat tersebut adalah cuaca, makanan, pakaian, bahasa, sekolah, orang-orang masyarakat sekitar, nilai nilai kebudayaan pada masyarakat pada umumnya Kingsley dan Dakhari, 2006. Sementara di negara barat cenderung mempertahankan nilai-nilai individualistik dan lebih menekankan pentingnya prestise dan penghargaan atas pencapainnya achievement. Syaifudin, 2006. Keberhasilan para sojourners dalam proses psychological adjustment ditentukan oleh faktor kepribadian. Faktor kepribadian merupakan salah satu determinan agar sojourners berhasil dalam penyesuaiaan dirinya Ward, 2006. Studi yang dilakukan oleh McRae dan Costa 2006 menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki skor Extroversion yang lebih tinggi lebih mampu berinteraksi dan membina hubugan lebih baik daripada mahasiswa yang memiliki Universitas Sumatera Utara skor Extroversion rendah. Individu dengan skor Extroversion yang lebih tinggi juga memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mencari dukungan sosial dari orang lain ketika menghadapi stress dibandingkan individu dengan skor Extroversion rendah. Skor Conscientiousness tinggi juga diasosiasikan dengan penerimaan oleh teman sebaya dan kualitas pertemanan yang lebih baik. Lebih lanjut lagi, McCrae dan Costa 2006 mengatakan bahwa dimensi Neuroticism pada big five merupakan aspek yang paling relevan dalam menentukan psychological adjustment individu yang bersangkutan. Lebih lanjut McCrae dan Costa 2005 juga menyebutkan sojourners yang memiliki skor Conscientiousness yang tinggi senantiasa aktif dalam mencari sumber informasi. Sehingga bagi sojourners dengan skor Conscientiousness ini diharapkan lebih reliabel dan terpercaya dalam menyerap dan memproses suatu informasi. Mereka dianggap lebih bisa diandalkan. Penelitian yang dilakukan Ward, Leong dan Low 2004 menghasilkan bahwa dimensi kepribadian Neuroticisim dan Extraversion lebih sering dihubungkan dengan psychological adjustment pada sampel sojourners. Serta dimensi kepribadian Agreeableness dan Conscientiousness juga dikaitkan dengan kesejahteraan psikologis pada sojourners. Kemudan penelitian oleh Bardi Ryff 2007 mengatakan bahwa faktor Extroversion dan Neuroticism secara konsisten dihubungkan dengan adjustment dan well-being. Penelitian tersebut sejalan dengan penjelasan McCrae Costa 2006, extroversion berhubungan positif dengan adjustment. Individu dengan tipe kepribadian yang extrovert lebih menyenangi berinteraksi sosial dengan orang Universitas Sumatera Utara lain dan mampu melakukan coping stress lebih efektif dibandingkan individu yang introvert terutama menjalani masa perkuliahan. Sebuah studi mengenai resiliensi juga mengaitkan dimensi kepribadian big five dengan individu yang memiliki skor tinggi untuk extroversion, neuroticism, openness, agreeableness dan conscientiousness. Mereka yang memiliki skor tinggi lebih resilien terhadap tantangan dan cobaan Rioli et al, 2002. Lounsburry, Saudargas, dan Gibson 2004 menemukan bahwa individu yang memiliki skor tinggi untuk Agreeableness, Conscientiousness, dan Neuroticism sangat jarang untuk drop out dari studinya. Hal yang sama juga berlaku untuk neuroticism dan conscientiousness sebagai prediktor terkuat untuk menjelaskan intensi mahasiswa untuk mengakhiri studinya. Faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa drop out juga dikaitkan dengan adjustment selama studinya. Dan yang terakhir Individu dengan skor tinggi untuk dimensi Extroversion mampu menangani masalah dengan cara yang positif dengan menggunakan strategi pemecahan masalah yang rasional serta mencari dukungan sosial Bakker et. al, 2006. Dimensi agreeableness yang tinggi akan berkontribusi pada kemampuannya beradaptasi di lingkungan baru. Individu dengan skor Openness to Experience yang tinggi berperanan pada kemampuan menggunakan coping mechanism yang efektif, seperti humor dan mereka beranggapan situasi yang stressful sebagai hal yang wajar dan tidak mengancam Bakker et. al,2006. Semua dimensi kepribadian pada big five adalah kesatuan kepribadian yang telah diteliti secara ekstensif dan berlaku untuk semua budaya Pervin, Universitas Sumatera Utara 2005. Berdasarkan semua penelitian yang dicantumkan diatas didapatkan hasil bahwa dengan pertimbangan teoritis yang memadai, setiap dimensi kepribadian yang tertuang pada big five dapat diasosiasikan dengan psychological adjustment pada sojourners.

E. HIPOTESA PENELITIAN