BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bagan Apung bagang
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap pasif yang pengoperasiannya
dilakukan dengan
menurunkan dan
mengangkat jaring
secara vertikal.
Berdasarkan cara pengoperasian tersebut, maka bagan dikelompokkan ke dalam jaring
angkat liftnett.
1
Ada beberapa jenis bagan yang dioperasikan di Indonesia, diantaranya
bagan tancap, bagan rakit, bagan perahu dan bagan
apung. Seiring
berkembangnya teknologi, nelayan lebih menyukai bagan
apung karena dapat dipindah-pindahkan. Bagan apung bagang terdiri dari
rangkaian atau susunan bambu berbentuk segi empat dan jaring yang diikatkan pada
bambu. Bambu-bambu yang melintang dan menyilang
pada keempat
sisinya dimaksudkan untuk memperkuat berdirinya
bagang. Pada bagian tengah terdapat bangunan rumah kapal yang berfungsi
sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan. Di
atas bangunan bagang juga terdapat roller sejenis pemutar dari bambu yang berfungsi
untuk menarik jaring. Umumnya alat tangkap ini berukuran 8 x 8 m
2
.
7
Jaring yang digunakan adalah jaring yang disebut dengan Wareng dengan mata
jaring 0.4 x 0.4 cm
2
dengan posisi terletak pada bagian bawah bangunan bagang yang
diikatkan pada
bingkai bambu
yang berbentuk segi empat. Bingkai bambu
tersebut dihubungkan dengan tali pada keempat sisinya yang berfungsi untuk
menarik jaring. Pada keempat sisi jaring diberi pemberat yang berfungsi untuk
menenggelamkan jaring dan memberikan posisi jaring yang baik selama dalam air.
Jarak antara jaring dengan permukaan air y tergantung
pada kedalaman
daerah tangkapan yang ditentukan. Ukuran jaring
biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bangunan bagang. Contoh foto dan skema
bagian bawah bagan apung ditunjukkan oleh Gambar 2.1 dan 2.2.
8
Dalam operasi
penangkapan, kedalaman perairan rata-rata pemasangan
alat tangkap ini adalah 8 m, bahkan ada yang memasang pada kedalaman 15 m.
9,10
Sifat bagan apung yang dapat dipindahkan
membuat daerah operasi penangkapannya semakin luas.
1
Gambar 2.1 Bagan apung.
8
Gambar 2.2 Skema bagian bawah bagan apung
Operasi penangkapan pada bagang menggunakan alat bantu cahaya untuk
mengumpulkan ikan.
Keberhasilan penangkapan ikan sangat tergantung pada
intensitas cahaya dan arah pancaran cahaya yang terfokus pada jaring. Bagang lebih
efektif digunakan pada saat bulan gelap, sebab pada saat itu ikan-ikan akan tertarik
dengan cahaya lampu sehingga mendekati bagang dan berkumpul di bagian bawah
bagang.
2.2 LED Light Emitting Diode
Dioda pemancar cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED adalah suatu
semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika
diberi tegangan maju.
11
Gejala ini termasuk bentuk elektroluminesensi. LED merupakan
salah satu komponen yang sering digunakan sebagai display.
Perkembagan dalam ilmu material telah menghasilkan LED dengan warna
cahaya yang bervariasi. Warna LED infra merah, cahaya tampak dan ultraviolet
tergantung pada komposisi dan kondisi dari material semi konduktor yang dipakai.
Struktur LED dan fotonya ditunjukkan oleh Gambar 2.3.
11
a
b
c Gambar 2.3 LED.
11
a Struktur LED b Foto bentuk LED
c Foto LED yang menyala
Pada umumnya cahaya dihasilkan oleh LED pada range arus 5
– 20 mA, dengan tegangan sekitar 2 V, pada kondisi
arus maju. Pada tegangan mundur LED akan berfungsi sebagai zener, sehingga tetap
dalam keadaan mati.
11
LED dipasang seri dengan
hambatan dilakukan untuk
mencegah terjadinya kebakaran LED.
2.3 Cahaya
Cahaya merupakan suatu bentuk gelombang elektromagnetik yang dapat
merambat tanpa medium perantara. Cahaya digolongkan
pada beberapa
panjang gelombang dengan kisaran yang luas.
Cahaya tampak panjang gelombang berkisar 380-750
nm dan
frekuensi berkisar
3,87x10
14
- 8,35x10
14
Hz.
12,13
Cahaya menyebar
dalam bentuk
gelombang elektromagnetik dengan kecepatan pada
ruang hampa mencapai 299.792.458 ms. Hubungan antara warna dan panjang
gelombang cahaya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Warna dan panjang gelombang cahaya.
14
Warna Panjang gelombang
Ungu 380 - 450 nm
Biru 450 - 495 nm
Hijau 495 - 570 nm
Kuning 570 - 590 nm
Jingga 590 - 620 nm
Merah 620 - 750 nm
Kecepatan rambat cahaya pada suatu media seperti udara atau air lebih kecil
daripada di ruang hampa udara. Ketika cahaya merambat melalui suatu media
menuju media lainnya, frekuensi cahaya tersebut tidak berubah, tetapi perubahan
terjadi pada kecepatan rambat yang diikuti perubahan panjang gelombangnya, karena
perbandingan antara cepat rambat dan panjang gelombang harus selalu konstan.
15
Perbandingan antara cepat rambat dan panjang
gelombang ditunjukkan
pada Persamaan 2.1.
f = 2.1
Keterangan: f = frekuensi Hz v = cepat rambat ms
λ = panjang gelombang nm Dari enam warna cahaya Tabel 2.1,
cahaya warna biru dan hijau paling dalam menembus lapisan perairan, sementara
warna merah dan ungu terabsorpsi oleh air hanya beberapa meter setelah menembus
permukaan laut.
Intensitas cahaya adalah banyaknya pancaran cahaya yang jatuh pada suatu
permukaan bidang.
15
Intensitas cahaya sangat tergantung pada jenis sumber cahaya
dan jarak antara sumber cahaya dengan permukaan bidang. Semakin jauh jarak
sumber cahaya dengan bidang, maka intensitasnya semakin menurun. Pendugaan
nilai intensitas cahaya pada suatu kedalaman dapat ditentukan dengan Persamaan 2.2.
16
I
a
= I
u
e
-kx
2.2 Keterangan:
I
a
= Intensitas di air lux; I
u
= Intensitas di udara lux; e = Konstanta Euler sebesar 2,718;
k = Koefisien pemudaran air m
-1
; x = Jarak terhadap sumber cahaya m
Cahaya yang masuk ke dalam air mengalami penurunan intensitas yang jauh
lebih besar bila dibandingkan dengan udara. Hal tersebut terutama diakibatkan adanya
penyerapan cahaya oleh berbagai partikel dalam air. Kedalaman penetrasi cahaya
dalam laut tergantung beberapa faktor, antara lain absorpsi cahaya oleh partikel-
partikel air, panjang gelombang cahaya, kejernihan air, pemantulan cahaya oleh
permukaan air, serta lintang geografis dan musim
cahaya matahari.
17
Daya penglihatan ikan banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor tersebut.
18
2.4 Sensitifitas Ikan Terhadap Cahaya