Gambar 4.7 Kurva hubungan antara I
a
kontrol bawah dengan jarak x
Berdasarkan hasil
data dan
perhitungan pada lampu kontrol, diketahui bahwa
kisaran intensitas
yang dapat
membuat reaksi fototaksis ikan menjadi positif,
sehingga memperoleh
hasil tangkapan tertinggi pada bagang adalah
antara 0.200-9.349 Wm
2
. Dengan kisaran data yang diketahui, maka dapat ditentukan
jarak lampu bawah air dari permukaan pada saat dicelupkan dalam operasi penangkapan
ikan.
Jangkauan lampu bawah air yang mengarah ke bawah lebih jauh daripada
lampu kontrol. Hal ini menjadi suatu pertimbangan untuk menentukan jarak
antara lampu bawah air terhadap permukaan air laut pada saat melakukan operasi
penangkapan ikan. Pada saat operasi penangkapan ikan, Lampu celup bawah air
dimasukkan ke dalam air sejauh 2 m dari permukaan air. Berbeda dengan Lampu
bawah air, dimasukkan ke dalam air hanya sekitar 0.3 m. Hal ini disebabkan karena
jangkauan cahaya pada lampu bawah air yang lebih jauh. Jika lampu bawah air
dimasukkan terlalu dalam, maka posisi ikan yang akan ditangkap juga jauh dari
permukaan, sehingga pada saat penarikan jaring, ikan masih memiliki peluang untuk
keluar dari areal jaring.
Jangkauan lampu bawah air yang mengarah ke samping lebih dekat daripada
lampu kontrol. Hal ini dapat diantisipasi dengan menambah jumlah lampu agar dapat
mencakup areal jaring pada saat operasi penangkapan.
4.3 Penggunaan Lampu Bawah Air pada Operasi Penangkapan Ikan
Operasi penangkapan ikan dengan bagang dilakukan pada malam hari. Keadaan
yang semakin gelap akan meningkatkan kinerja dari bagang yang menggunakan
cahaya sebagai alat bantu penangkapan. Pada penelitian ini digunakan Lampu bawah
air sebagai tambahan cahaya, agar cahaya dapat terfokus pada areal jaring dan
mencakup areal tangkapan jaring. Kegiatan penangkapan
ini disebut
dengan Experimental Fishing, yaitu kegiatan operasi
penangkapan ikan untuk menilai kinerja alat tangkap, guna dikembangkan sebagai alat
tangkap standar oleh masyarakat nelayan.
Suhu harus
diperhatikan dalam
penggunaan Lampu bawah air pada operasi penangkapan ikan, Suhu perairan bervariasi,
baik secara horizontal maupun vertikal. Secara horizontal suhu bervariasi sesuai
dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Variasi suhu
secara vertikal di perairan Indonesia pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga
lapisan, yaitu lapisan homogen mixed layer di bagian atas, lapisan termoklin di bagian
tengah dan lapisan dingin di bagian bawah. Lapisan homogen berkisar pada kedalaman
50 sampai 70 m. Pada lapisan ini terjadi pengadukan air yang mengakibatkan suhu
pada lapisan ini menjadi homogen, sekitar 28
C. Lapisan termoklin merupakan lapisan dimana suhu menurun cepat terhadap
kedalaman, terdapat
pada kedalaman
100 sampai 200 m, dengan suhu dapat turun menjadi sekitar 7
C. Lapisan dingin merupakan lapisan mulai stabil kembali,
terdapat pada kedalaman 200 m dengan suhu 5
C.
27
Suhu yang tidak sesuai dengan habitat ikan akan mempengaruhi sifat
fototaksis dari ikan tersebut. Ikan pelagis yang merupakan target tangkapan bagang
biasanya terdapat pada lapisan homogen.
Penggunaan Lampu
bawah air
dilakukan dalam 5 kali tahapan. Setiap tahapan dilakukan selama 3 hari dalam
1 minggu. Banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh bagang menjadi fokus utama
dalam pengujian ini.
Penggunaan lampu pada minggu ke-1 dilakukan dengan variasi 0 lampu, 2 lampu
dan 4 lampu. Hasil tangkapan dengan variasi tanpa lampu digunakan sebagai kontrol.
Pada variasi 0 lampu, cuaca dalam keadaan yang cukup baik. Keadaan air cukup tenang
dengan sedikit gelombang pada permukaan. Tangkapan I dilakukan pada pukul 23.00
– 02.30 WIB dengan suhu air sekitar 27
C. Tangkapan II dilakukan pada pukul 03.00
– 05.30 WIB dengan suhu air sekitar 26
C. Pada variasi 2 lampu, cuaca dalam keadaan
yang cukup baik. Permukaan air sedikit bergelombang. Tangkapan I dilakukan pada
pukul 22.00 – 02.00 WIB dengan suhu air
sekitar 27 C. Tangkapan II dilakukan pada
pukul 03.00 – 05.30 WIB dengan suhu air
sekitar 27 C. Pada variasi 4 lampu, cuaca
dalam keadaan yang cukup baik. Permukaan air lebih tenang. Tangkapan I dilakukan
pada pukul 23.00 – 02.30 WIB dengan suhu
air sekitar 27 C. Tangkapan II dilakukan
pada pukul 03.30 – 05.30 WIB dengan suhu
air sekitar 26 C.
Hasil tangkapan yang diperoleh antara lain ikan teri, ikan tembang, ikan
kembung dan rajungan. Hasil tangkapan pada minggu ke-1 dapat dilihat pada Tabel
4.8.
Penggunaan lampu pada minggu ke-2 dilakukan dengan variasi 0 lampu, 2 lampu
dan 4 lampu. Hasil tangkapan dengan variasi tanpa lampu digunakan sebagai kontrol.
Pada variasi 0 lampu, cuaca dalam keadaan kurang baik, dimana permukaan air sedikit
bergelombang. Tangkapan I dilakukan pada pukul 00.00
– 02.30 WIB dengan suhu air sekitar 27
C. Tangkapan II dilakukan pada pukul 03.00
– 05.30 WIB dengan suhu air sekitar 27
C. Pada variasi 2 lampu, cuaca dalam
keadaan kurang
baik, dimana
permukaan air
sedikit bergelombang.
Tangkapan I dilakukan pada pukul 00.00 –
02.30 WIB dengan suhu air sekitar 27 C.
Tangkapan II dilakukan pada pukul 03.00 –
05.30 WIB dengan suhu air sekitar 27 C.
Pada variasi 4 lampu, cuaca dalam keadaan kurang baik, dimana permukaan air sedikit
bergelombang. Tangkapan I dilakukan pada pukul 00.00
– 03.00 WIB dengan suhu air sekitar 27
C. Tangkapan II dilakukan pada pukul 03.30
– 05.30 WIB dengan suhu sekitar 26
C. Keadaan air yang kurang baik
membuat hasil tangkapan lebih sedikit dibandingkan dengan hasil pada minggu
ke-1. Hasil tangkapan yang diperoleh antara lain ikan teri, ikan kembung, cumi-cumi dan
rajungan. Hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Penggunaan lampu pada minggu ke-3 dilakukan dengan variasi 0 lampu, 2 lampu
dan 4 lampu. Hasil tangkapan dengan variasi tanpa lampu digunakan sebagai kontrol.
Pada variasi 0 lampu, cuaca dalam keadaan baik,
dimana permukaan
air tidak
bergelombang. Tangkapan I dilakukan pada pukul 00.00
– 02.30 WIB dengan suhu air sekitar 28
C. Tangkapan II dilakukan pada pukul 03.00
– 05.30 WIB dengan suhu air sekitar 27
C. Pada variasi 2 lampu, cuaca dalam keadaan baik, dimana permukaan air
tidak bergelombang. Tangkapan I dilakukan pada pukul 23.00
– 02.00 WIB dengan suhu air sekitar 27
C. Tangkapan II dilakukan pada pukul 02.30
– 05.30 WIB dengan suhu air sekitar 27
C. Pada variasi 4 lampu, cuaca
dalam keadaan
baik, dimana
permukaan air
tidak bergelombang.
Tangkapan I dilakukan pada pukul 23.00 –
02.30 WIB dengan suhu air sekitar 26 C.
Tangkapan II dilakukan pada pukul 03.00 –
05.30 WIB dengan suhu sekitar 26 C.
Hasil tangkapan yang diperoleh antara lain ikan teri, cumi-cumi, ikan
kembung dan rajungan. Hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Penggunaan lampu pada minggu ke-4 dilakukan dengan variasi 0 lampu, 2 lampu
dan 4 lampu. Hasil tangkapan dengan variasi tanpa lampu digunakan sebagai kontrol.
Pada variasi 0 lampu, cuaca dalam keadaan tidak baik, dimana permukaan air sangat
bergelombang.
Penangkapan hanya
dilakukan satu kali, yaitu pada pukul 01.00 –
04.30 WIB dengan suhu air sekitar 25 C.
Keadaan ini mengakibatkan hasil tangkapan yang diperoleh menjadi lebih sedikit. Pada
variasi 2 lampu, cuaca dalam keadaan baik, dimana permukaan air tidak bergelombang.
Tangkapan I dilakukan pada pukul 23.00
– 02.30 WIB dengan suhu air sekitar 27
C. Tangkapan II dilakukan pada pukul 03.00
– 05.30 WIB dengan suhu air sekitar 26
C. Pada variasi 4 lampu, cuaca dalam keadaan
baik, dimana
permukaan air
tidak bergelombang. Tangkapan I dilakukan pada
pukul 00.00 – 02.30 WIB dengan suhu air
sekitar 27 C. Tangkapan II dilakukan pada
pukul 03.00 – 05.00 WIB dengan suhu
sekitar 26 C.
Hasil tangkapan yang diperoleh antara lain ikan teri, cumi-cumi, ikan
kembung dan rajungan. Hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Penggunaan lampu pada minggu ke-5 dilakukan dengan variasi 0 lampu, 2 lampu
dan 4 lampu. Hasil tangkapan dengan variasi tanpa lampu digunakan sebagai kontrol.
Pada variasi 0 lampu, cuaca dalam keadaan tidak baik, dimana permukaan air sangat
bergelombang.
Penangkapan hanya
dilakukan satu kali, yaitu pada pukul 00.00 –
03.30 WIB dengan suhu air sekitar 25 C.
Keadaan ini mengakibatkan hasil tangkapan yang diperoleh menjadi sedikit. Pada variasi
2 lampu, cuaca dalam kurang baik, dimana permukaan
air sedikit
bergelombang.
Penangkapan hanya dilakukan satu kali, yaitu pada pukul 01.00
– 04.00 WIB dengan suhu air sekitar 25
C. Keadaan ini mengakibatkan
hasil tangkapan
tidak maksimal. Pada variasi 4 lampu, cuaca
dalam keadaan baik, dimana permukaan air tidak bergelombang. Tangkapan I dilakukan
pada pukul 23.00 – 02.00 WIB dengan suhu
air sekitar 26 C. Tangkapan II dilakukan
pada pukul 02.30 – 05.00 WIB dengan suhu
sekitar 26 C.
Hasil tangkapan yang diperoleh antara lain ikan teri, ikan rebon, cumi-cumi,
ikan kembung
dan rajungan.
Hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Hasil penangkapan
mulai dari
minggu ke-1 sampai ke-5 menunjukkan bahwa hasil tangkapan rata-rata dengan
0 lampu, 2 lampu dan 4 lampu secara berturut-turut adalah 135.9 kg, 183.9 kg,
370 kg. Hasil tangkapan yang paling banyak yaitu pada variasi 4 lampu. Hasil tangkapan
dengan variasi 0 lampu dan 2 lampu memiliki nilai yang hampir sama, sehingga
dapat dikatakan bahwa penagkapan dengan variasi 2 lampu tidak terlalu mempengaruhi
hasil tangkapan yang diperoleh. Berdasarkan pengujian ini, diketahui bahwa operasi
penangkapan pada bagang dengan variasi 4 lampu bawah air akan membuat reaksi
fototaksis ikan lebih positif, sehingga hasil tangkapan meningkat.
Tabel 4.8 Hasil tangkapan penggunaan Lampu bawah air pada operasi penangkapan
Minggu Jumlah
lampu Tangkapan I
kg Tangkapan II
kg Jumlah
kg
Teri Lain-
lain Teri
Tembang Rebon
Cumi- cumi
Lain- lain
Ke-1 0 buah
2 buah 4 buah
79 59
65 -
- -
- -
89 115
139 100
- -
- -
- -
3 2
3 197
200 257
Ke-2 0 buah
2 buah 4 buah
- 63
55.5 30
- -
89 78
120 -
- -
- -
- -
4.7 7
2 3
2
121 148.7
184.5 Ke-3
0 buah 2 buah
4 buah 91.5
72 96
3 3
3 180
186 418
- -
- -
- -
- 4.5
- -
- -
274.5 265.5
517
Ke-4 0 buah
2 buah 4 buah
47 75
89 3
2 2
- 144
184.5 -
- -
- -
- -
- -
- -
-
50 221
275.5
Ke-5 0 buah
2 buah 4 buah
34 80.4
100 3
4 3
- -
- -
- -
- -
513 -
- -
- -
- 37
84.4 616