Hak dan Kewajiban Pelaku Tindak Pidana Menurut Hukum Positif

berturut-turut. Membayar kifarat merupakan hukuman pokok yang dibebankan kepada pembunuh, sedangkan puasa merupakan hukuman pengganti apabila hukuman pokok tidak bisa dilaksanakan. Jika kita melihat realita sekarang ini, maka pelaksanaan kifarat dengan cara memerdekakan hamba sahaya atau budak sangat sulit diterapkan, khususnya di negara yang tidak ada hamba sahayanya. Apalagi kehidupan masyarakat modern menuntut dihapuskannya sistem perbudakan di permukaan bumi ini. Dengan demikian hukuman pokok tidak bisa dilaksanakan karena tidak ada hamba sahaya dan sebagai penggantinya yaitu melaksanakan puasa saja. Untuk merealisasikan kewajiban puasa yang dibebankan kepada pelaku tindak pidana pembunuhan tersalah memerlukan suatu penanganan secara khusus. Hal ini karena sanksihukuman puasa dua bulan berturut-turut merupakan suatu pekerjaan yang amat berat dan memerlukan keimanan yang mantap. Apabila pembunuh telah menyadari atas kesalahan yang diperbuatnya, tentu ia akan melaksanakan kewajiban puasa dengan konsekwen.

B. Hak dan Kewajiban Pelaku Tindak Pidana Menurut Hukum Positif

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang hak dan kewajiban pelaku tindak pidana, penulis terlebih dahulu akan membahas pengertian ataupun sebutan bagi pelaku tindak pidana. Sebutan pelaku tindak pidana ditemukan istilah tertuduh dalam ketentuan pasal 16 UU. No. 14 tahun 1970, sedangkan istilah tersangka, terdakwa dan terpidana menurut KUHAP dalam penjelasan umumnya menyebutkan bahwa: a. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. b. Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut atau diperiksa dan diadili di sidang pengadilan. c. Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 49 Istilah tersangka, terdakwa dan terpidana pada hakekatnya memiliki kesamaan istilah untuk sebutan pelaku tindak pidana, yang berbeda hanyalah dalam penggunaan istilah menurut ruang dan waktu atau keadaan, dengan demikian ketika pelaku tindak pidana sedang berada dalam tahap pemeriksaan permulaan atau awal disebut dengan istilah tersangka. Begitu pula ketika pelaku tindak pidana dalam tahap pemeriksaan dimuka hakim disebut dengan istilah terdakwa, sedangkan istilah terpidana yaitu ketika pelaku tindak pidana setelah menerima putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Setelah mengenal istilah-istilah yang dipergunakan untuk sebutan pelaku tindak pidana yang sesuai dengan situasi dan kondisi di mana 49 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, No. 81981 KUHAP , Jakarta: PT. Pradya Paramita, 1990, Cet. Ke-3, h. 7 pelaku tersebut berada. Maka kiranya kita mengetahui hak-hak apa saja yang dapat diperoleh untuk pelaku tindak pidana dari tahap penyidikan sampai ke tahap persidangan. Dalam pedoman pelaksanaan KUHAP dari Departemen Kehakiman yang membahas hak-hak tersangka, terdakwa dan atau terpidana ditegaskan antara lain: “Salah satu asas terpenting dalam hukum acara pidana ialah: “Asas Praduga tak bersalah” 50 Asas tersebut dimuat dalam pasal 8 Undang-undang Pokok Kekuasaan Kehakiman No. 14 tahun 1970. Atas dasar asas ini memberi kejelasan pada kita, bahwa setiap orang yang diperiksa pada tingkat penyidikan belumlah dapat dianggap bersalah. Oleh karenanya ia dihadapkan ke pengadilan dengan tujuan untuk didengar keterangannya, sehubungan dengan tindak pidana yang terjadi untuk mendapat bukti kebenaran. Bersumber pada asas tersebut, maka diatur proses ketentuan dalam proses peradilan pidana yang menjamin hak-hak tersangka atau terdakwa yaitu harus dianggap tidak bersalah sampai kesalahannya dibuktikan dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Sebagai konsekwensi asas praduga tidak bersalah terhadap pelaku tindak pidana, maka pelaku tersebut harus dijamin dan dilindungi hak-haknya Hak yang dikutif dalam “Black Law Dictonary” yang membahas tentang hak yang diartikan: Hak adalah “keadilan, kebenaran secara etika 50 Ibid, h. 257 atau sesuai dengan kepastian hukum atau dengan prinsip moral pengertian atau kumpulan dari prinsip moral yang membentuk sifat keadilan pada semua hukum yang berlaku, atau memberikan kadar etika dan prinsip-prinsip peraturan dalam hukum yang berlaku.” Dalam arti yang lebih sempit adalah “kepentingan atau hak kepemilikan atas suatu obyek, hak yang benar dan sah untuk memiliki, menggunakan atau mengalihkannya sebagaimana yang diinginkan .” 51 Adapun hak-hak yang dimiliki oleh pelaku tindak pidana dijelaskan dalam KUHAP sebagai berikut: 1. Hak untuk segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik pasal 50 1 Bahkan bagi pelaku tindak pidana yang ditahan dalam waktu satu kali duapuluh empat jam harus mulai diperiksa oleh penyidik, sesuai dengan pasal 122 KUHAP. 2. Hak segera diadili oleh pengadilan pasal 50 3 Alasan diberikannya hak kepada tersangka atau terdakwa dalam pasal 50 ayat 1, ayat 2 dan ayat 3 ini adalah untuk mencegah kemungkinan terkatung-katungnya nasib seorang yang disangka telah melakukan tindak pidana, terutama bagi yang dikenakan penahanan, jangan sampai terlalu lama tidak mendapat pemeriksaan, sehingga dirasa tidak adanya kepastian hukum, adanya perlakuan sewenang- 51 Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I., Analisis Dan Evaluasi Hukum Tentang Hak-hak Tersangka atau Terdakwa Dalam KUHAP , Jakarta: 2002, h. 66 wenang dan tidak wajar. Selain itu juga untuk mewujudkan peradilan yang dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. 3. Hak untuk mempersiapkan pembelaan pasal 51 a KUHAP Dengan diketahui serta dimengerti oleh orang disangka melakukan tindak pidana tentang perbuatan apa yang sebenarnya disangka telah dilakukan olehnya, maka dengan hak ini tersangka atau terdakwa akan merasa terjamin kepentingannya untuk mempersiapkan dalam usaha pembelaan. 4. Hak untuk diberitahukan dengan jelas tentang apa yang didakwakan atau disangkakan kepadanya pasal 51 b Tujuannya adalah untuk melindungi kemungkinan, seorang tersangka atau terdakwa diperiksa serta diadili di sidang pengadilan atas suatu yang disangkakan atau didakwakan kepadanya, tidak dimengerti atau diketahui olehnya. Sidang pengadilan adalah tempat terpenting bagi terdakwa untuk membela diri, sebab disanalah pelaku atau tersangka dengan bebas dapat mengemukakan sesuatu bagi pembelaannya, maka untuk kepentingan tersebut pengadilan mengadakan juru bahasa bagi terdakwa yang berkebangsaan asing atau orang yang tidak mengerti bahasa Indonesia pasal 53 KUHAP. 5. Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan penuntut umum pasal 52 KUHAP Hak ini memberikan kepada tersangka atau terdakwa pada tingkat penyidikan atau pengadilan harus dapat dijamin memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim. Tujuan dari hak ini adalah supaya pemeriksaan tidak menyimpang dari tujuan sebenarnya. Oleh karena itu tersangka atau terdakwa harus dijauhkan dari rasa takut, untuk itu wajib dicegah adanya paksaan atau tekanan terhadap tersangka atau terdakwa. 6. Hak untuk mendapatkan juru bahasa atau penterjemah dalam hal bisu dan tuli pasal 53 2 KUHAP Bagi tersangka atau terdakwa yang bisu dan tuli, maka ia berhak mendapatkan bantuan dari orang yang mengerti akan bahasa orang yang bisu dan tuli tersebut. 7. Hak untuk mendapatkan bantuan hukum dari penasehat hukum pada setiap tingkat pemeriksaan pasal 54,55 KUHAP Tersangka atau terdakwa berhak mendapatkan bantuan hakum dari seorang atau lebih penasehat hukumnya, selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan. 8. Hak untuk ditunjuk pembela dalam hal dakwaan dengan ancaman hukuman mati pasal 56 KUHAP Tujuan hak ini bagi tersangka atau terdakwa yang disangka atau didakwa telah melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati, atau pidana penjara 15 lima belas tahun atau lebih dan bagi yang tidak mampu, yang diancam pidana 5 tahun atau lebih dan tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, maka pejabat yang bersangkutan yaitu penyidik wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka dengan cuma-cuma. 9. Hak untuk menghubungi penasehat hukumnya pasal 57 1 KUHAP Tujuannya adalah bagi tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan. Berhak menghubungi penasehat hukumnya sewaktu-waktu kapanpun yang diinginkannya. 10. Hak untuk menghubungi perwakilan negaranya atau penasehat hukum bagi orang yang berkebangsaan asing pasal 57 2 KUHAP Hak ini ditujukan kepada tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang ditahan, berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan atau perwalian negaranya dalam menghadapi perkara. 11. Hak untuk menghubungi atau menerima kunjungan dokter pribadi pasal 58 KUHAP Tujuannya apabila tersangka atau terdakwa sakit dan ia sudah terbiasa diobati oleh dokter pribadinya itu maka tersangka atau terdakwa berhak untuk menghubungi dokternya itu. 12. Hak untuk diberitahu tentang penahanannya kepada sanak keluarganya pasal 59 KUHAP 13. Hak untuk menghubungi dan menerima kunjungan sanak keluarganya pasal 60, 61 KUHAP 14. Hak untuk mengirim dan menerima surat dari penasehat hukum dan sanak keluarganya pasal 62 KUHAP. 15. Hak untuk menghubungi dan menerima kunjungan rohaniawan pasal 63 KUHAP 16. Hak untuk diadili dalam sidang yang terbuka untuk umum pasal 64 KUHAP Tersangka atau terdakwa berhak untuk diadili dalam sidang pengadilan yang terbuka untuk umum, kecuali dalam hal tersangka atau terdakwa didakwa melakukan tindak pidana di bidang kesusilaan atau dalam hal terdakwanya masih anak-anakmasih dibawah umur. 17. Hak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi ahli dan atau seorang yang memiliki keahlian khusus pasal 65 KUHAP 18. Hak untuk tidak dibebani kewajiban pembuktian pasal 66 KUHAP 19. Hak untuk minta banding pasal 67 KUHAP Kecuali terhadap putusan pengadilan negeri yang membebaskan dari segala tuduhan atau melepaskan dari segala tuntutan hukum atau terhadap putusan pengadilan dalam pengadilan acara cepat. 20. Hak untuk mendapat ganti kerugian dan rehabilitasi pasal 68 KUHAP Bagi tersangka atau terdakwa berhak menuntut ganti kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakan tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan. 21. Hak untuk mendapatkan salinan dari semua berkas atau surat-surat perkara pasal 72 KUHAP. 52 22. Hak untuk segera menerima atau menolak putusan pengadilan. 53 23. Hak untuk mengajukan permintaan peninjauan kembali terhadap putusan pengadilan yang telah diperoleh kekuatan hukum tetap. Kecuali putusan bebas lepas dari segala tuntutan hukum. 24. Hak untuk memperoleh pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan. Demi tegaknya proses peradilan dalam suatu negara, maka hukum positif yang berlaku di Indonesia memberikan jaminan perlindungan Hak Asasi Manusia terhadap pelaku tindak pidana tersangka, terdakwa dan atau terpidana yaitu dengan memberikan beberapa hak yang telah disebutkan di atas. Hal ini dinyatakan dalam pedoman pelaksanaan KUHAP sebagai berikut: ”Sesuai dengan tujuan KUHAP yang lebih baik, yang memberi perlindungan kepada hak-hak asasi manusia dalam keseimbangan dengan kepentingan umum, maka dalam KUHAP ini terdapat perbedaan fundamental dengan HIR, terutama mengenai perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia.” 54 Perlu ditegaskan lagi bahwa tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati 52 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP No. 8 tahun 1981, Jakarta: PT. Pradya Paramita, 1990, Cet ke-3, h. 7 53 Darwan Print, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Jakarta: Djembatan, 1989, h. 21 54 Djoko Prakoso, Peranan Psikologi Dalam Pemeriksaaan Tersangka Pada Tahap Penyidikan , Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986, Cet. Ke-1, h. 87 kebenaran material, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat. Seperti yang sudah dijelaskan dengan tegas oleh Undang-undang Dasar 1945, bahwa negara Indonesia berdasarkan atas hukum Rechtsstaat tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka machtsstaat. Hal ini berarti bahwa R.I adalah negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, menjunjung tinggi hak- hak asasi manusia dan menjamin segala warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 55 Berkaitan dengan hak pelaku tindak pidana, maka dalam hukum positif ada aturan yang berhubungan dengan hak absolut, seperti hak pribadi manusia, hak mutlak keluarga, hak kebendaan dan lain-lain. Adanya tindak pidanakejahatan yang dilakukan seseorang menyebabkan pelakunya diancam dan dikenakan pidana atau hukuman sebagaimana ditetapkan dalam pasal 10 KUHP hukuman dibagi menjadi dua bagian yaitu hukuman pokok dan hukuman tambahan. 56 Hukuman pokok diperinci lagi menjadi empat macam dan hukuman tambahan menjadi tiga macam. Uraiannya adalah sebagai berikut: 55 Djoko Prakoso, Peradilan In Absensia Di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, Cet. Ke-1, h. 67 56 Prof. Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, Jakarta : Bumi Aksara, 1999, Cet. Ke-20, h. 5 a. Pidana Pokok 1 Pidana mati pasal 11 2 Pidana penjara pasal 12 ayat 1, 2, 3, 4, pasal 13, dan pasal 14. 3 Pidana kurungan pasal 21 4 Pidana denda pasal 30 1 dan pasal 403 b. Hukuman Tambahan 1 Pencabutan hak-hak tertentu pasal 35 2 Perampasan barang-barang tertentu pasal 39 ayat 1, 2, dan 3. 3 Pengumuman putusan hakim pasal 43, 67, 128, 206, 361, 377, 395,405 Apabila melihat pidana yang diatur dalam KUHAP, pelaku tindak pidana dapat dikenakan hukuman, seperti pelaku tindak pidana pembunuhan yang terdapat dalam ketentuan pasal 338, pasal 339, pasal 340 dan pasal 359 ada yang dikenakan pidana mati, pidana penjara dan pidana kurungan. Sebagaimana dalam rumusan pasal 338 pelaku tindak pembunuhan dikenakan hukuman penjara maksimal 15 tahun. begitu juga dengan pelaku tindak pencurian atau tindak pidana lainnya hukumannya diberikan berbeda-beda. Mengenai putusan pemidanaan dalam pasal 193 ayat 1 yang bunyinya sebagai berikut: “Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya maka pengadilan menjatuhkan pidana .” 57 Sedangkan pada Peradilan In Absensia pada perkara pelanggaran maka untuk tidak mengurangi hak asasi si terdakwa dalam putusan verstek putusan pengadilan tanpa hadirnya terdakwa, kepada terdakwa diberikan hak untuk mengadakan perlawanan verzet atas putusan pengadilan tersebut yang harus disampaikan dalam waktu 7 tujuh hari sesudah putusan diberitahukan secara sah kepada terdakwa. 58 Sehingga dengan adanya perlawanan dari terdakwa ini, maka putusan diluar hadirnya terdakwa menjadi gugur, walaupun juga apabila putusan setelah diajukannya perlawanan berupa pidana perampasan kemerdekaan, terhadap putusan tersebut terdakwa dapat mengajukan banding pasal 214 KUHAP ayat 4, 5, 6 dan 8. Apabila hakim telah menjatuhkan ponis terhadap pelaku tindak pidana terdakwa, maka pelaku tersebut harus diberitahukan apa saja yang menjadi haknya. Hal ini diatur dalam pasal 193 ayat 3 KUHAP sebagai berikut: “Segera sesudah putusan pemidanaan diucapkan, bahwa hakim ketua sidang wajib memberitahukan kepada terdakwa tentang apa saja yang menjadi haknya” yaitu: 57 KUHAP. op. cit., h 76 58 Djoko Prakoso, op. cit., h. 68 a. Hak segera menerima atau menolak putusan. b. Hak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima atau menolak putusan, dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang ini. c. Hak minta penangguhan pelaksanaan putusan dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang untuk mengajukan grasi, dalam hal ia menerima putusan. d. Hak untuk minta diperiksa perkaranya dalam tingkat banding dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang ini, dalam hal ini menolak putusan. e. Hak mencabut pernyataan sebagaimana dimaksud huruf a dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang. 59 Seorang pelaku tindak pidana disamping dia memiliki hak-hak yang harus dijamin dan dilindungi keberadaannya, dia juga memiliki kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan. Kewajiban-kewajiban tersebut adalah: 1. Tersangka wajib memenuhi panggilan untuk diperiksa oleh penyidik polisi atau diperiksa di muka persidangan pengadilan atau hakim. 2. Tersangka wajib mentaati perintah penangkapan oleh penyidik, perintah penahanan oleh penyidik atau oleh jaksa atau oleh hakim. 60 59 Ibid., h. 77 3. Terhukum wajib melaksanakan kewajiban eksekusi sesuai dengan aturan plinologi lapas Disamping kewajiban yang telah disebutkan di atas, seorang pelaku tindak pidana yang telah dijatuhi hukuman penjara wajib menjalankan segala pekerjaan yang dibebankan kepadanya berdasarkan ketentuan pelaksanaan pasal 29. 61 Pada zaman sekarang, waktu kerja yang diberikan kepada terpidana penjara banyak dipergunakan untuk memberi pendidikan, pembinaan dan hiburan kepada terpidana dengan tujuan untuk memperbaiki akhlak mereka, juga untuk memberi keterampilan supaya ketika mereka keluar bebas dari penjara, mereka bisa berloka karya dengan keterampilan yang mereka dapat selama di dalam penjara. Disamping itu mereka diberi kebebasan untuk menjalankan kewajibannya dalam beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan mereka masing-masing.

C. Tinjauan Pemidaan hukuman Menurut Hukum Islam dan Hukum