Latar Belakang Masalah Hak dan Kewajiban Pelaku Tindak Pidana menurut Hukum Islam dan Hukum Positif

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT. sehingga dengan kekuasaan-Nya, diberikanlah manusia ruh, nafsu dan akal agar dapat hidup di muka bumi sebagai khalifah. Konsekwensi manusia disebut sebagai khalifah berarti dibebani suatu amanah untuk melaksanakan kewajiban. Dalam definisi hukum bahwa hukum itu selain memberikan kewajiban kepada manusia, juga memberikan beberapa hak dan sekaligus menjadi obyek hukum karena ia mempunyai kewajiban. Hak dan kewajiban itu timbul dari hubungan manusia dengan sesamanya dalam pergaulan hidup sehari-hari dan juga hubungan manusia sebagai makhluk yang memiliki kewajiban kepada Tuhannya sang Pencipta. Kalau kita cermati akhir-akhir ini, banyak sekali kejahatan yang terjadi dimana-mana dan banyak sekali tersangka atau pelaku kejahatan yang ditangkap karena perbuatannya itu. Tetapi ironisnya bila pelaku kejahatan itu adalah orang miskin atau orang kecil, ia diperlakukan sewenang-wenang oleh aparat hukum. Bahkan untuk mendapatkan bantuan hukum pun sangat sulit yang dikarenakan mereka tidak sanggup membayar para pengacara itu. Banyak sekali seorang pelaku tindak pidana yang diperlakukan secara tidak wajar, seperti main hakim sendiri, pemeriksaan yang lambat dan tidak bebasnya pelaku tindak pidana dalam memberikan keterangan yang disebabkan kebanyakan dari mereka merasa tertekan. Sedangkan dalam KUHAP sendiri memuat hak-hak tersangka antara lain yang termuat dalam pasal 52 yang berbunyi “Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik.” Melihat pasal 52 tersebut di atas, menunjukkan bahwa dalam KUHAP diatur tentang adanya hak dari tersangka atau terdakwa untuk diberitahukan untuk apa ia diperiksa sejak mulai diadakan pemeriksaan, pemberitahuan penangkapan itu harus dapat dimengerti oleh orang yang diperiksa kenapa dia ditangkap dan atas dasar apa dia ditangkap. Setelah tersangka atau terdakwa memahami tentang penangkapan itu, maka pemberitahuan itu harus dapat dimengerti oleh orang yang diperiksa tersangka atau terdakwa. Setelah tersangka atau terdakwa memahami pemberitahuan dan pernyataan pemeriksaan, ia masih diberikan hak untuk memberikan keterangan-keterangan secara bebas. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, para pelaku tindak pidana tersangka atau terdakwa merasa tertekan dan tidak punya kebebasan dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan dari penyidik ataupun hakim. Seperti dalam pemeriksaan seorang tersangka atau terdakwa dipaksa untuk mengakui perbuatan kejahatannya dengan cara disiksa secara pisik dipukul, ditendang dan dengan kekerasan lainnya dan mental ancaman atau kata-kata yang membuat takuttertekan para tersangka atau terdakwa sehingga dengan siksaan yang bertubi-tubi itu tersangka tidak kuat lagi menahan rasa sakit ataupun merasa takut dengan ancaman-ancaman itu sehingga ia mengakui perbuatannya. Padahal pelaku tindak pidana berhak untuk segera mendapatkan pemeriksaan, segera diadili atau memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim, juga berhak mendapatkan bantuan hukum secara cuma-cuma. Hal yang demikian sebenarnya tidak perlu terjadi kalau saja hak- hak pelaku tindak pidana itu mendapat perhatian dan perlindungan yang proporsional. Ada kesan bahwa nasib dan hak-hak pelaku tindak pidana kurang mendapat perhatian, dalam sistem hukum pidana di Indonesia, kita akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan hak-hak pelaku tindak pidana. Hal ini dirasa sangat penting di tengah semakin gencarnya persoalan Hak Asasi Manusia HAM, persamaan derajat di muka hukum. Maka perhatian dan perlindungan terhadap hak-hak pelaku tindak pidana mutlak perlu, sebab mereka adalah manusia yang memeliki kedudukan yang sama. Oleh karena itu, dengan adanya perhatian dan perlindungan kepada pelaku tindak pidana, kiranya apa yang menjadi harapan kriminologi untuk dapat menunjang pelaksanaan hukum pidana dan menyelaraskan undang-undang yang berlaku agar sesuai dengan perubahan dan perkembangan masyarakat. Hal tersebut juga didorong oleh pikiran untuk menumbuhkan masyarakat yang mewujudkan iklim keadilan sosial, yang nantinya dapat mengurangi terjadinya kesenjangan dan ketimpangan sosial. Sebagai manusia, pelaku tindak pidana perlu mandapatkan perlindungan hukum, kesamaan hak dan kewajiban yang sesuai dengan norma-norma hukum yang berlaku. Adanya pengaturan masalah hak-hak pelaku tindak pidana ini dirasa perlu, melihat besarnya relevansi dengan masa sekarang. Berlatar belakang pemikiran di atas, penulis terdorong untuk menelaah dan mengkaji permasalahan tersebut dalam pembahasan karya ilmiah ini. Adapun judul yang penulis tetapkan adalah: “HAK DAN KEWAJIBAN PELAKU TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF.”

B. Perumusan Masalah