BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor-faktor Penentu Kesesuaian Habitat 5.1.1 Ketinggian tempat
Berdasarkan data yang diperoleh titik-titik keberadaan R. patma berkisar antara 0-26 m dpl. Menurut Meijer 1997, habitat Rafflesia patma berada pada
ketinggian di bawah 400 m dpl. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Zuhud et.al 1998 menyebutkan bahwa penyebaran R. patma di CA Leuweung
Sancang secara sporadis meliputi areal yang berdekatan dengan pantai pada ketinggian berkisar antara 0-50 m dpl. Jarak antara ditemukannya R.patma
dengan pantai berkisar antara 5-700 m. Setiap jenis tumbuhan memiliki kisaran tumbuh terhadap tinggi tempat dari permukaan laut. Tumbuhan akan tumbuh
secara maksimum bila tumbuh dalam kisaran tinggi tumbuhan tersebut.Soerianegara dan Indrawan 2005.
Berdasarkan data yang diperoleh CA Leuweung Sancang dapat dibagi menjadi 5 kelas ketinggian yaitu 0-50 m, 50-100 m, 100-150 m, 150-200 m dan
200-250 m, dari kelima kelas tersebut kelas 0-50 m merupakan kelas yang terluas yaitu sebesar 1586,063 Ha, kelas yang memiliki luas yang paling kecil adalah
kelas 200-250 m sebesar 1,422 Ha. Luas tiap kelas ketinggian dapat dilihat pada Tabel 1. Peta ketinggian CA Leuweung Sancang dapat dilihat pada Gambar 7.
Tabel 1 Luas tiap kelas ketinggian No
Kelas Ketinggian Luas Ha
1 0-50 m
1586,063 2 50-100
m 611,716
3 100-150 m
330,596 4 150-200
m 145,740
5 200-250 m
1,422
Gambar 7 Peta ketinggian CA Leuweung Sancang.
5.1.2 Kemiringan lereng
Kemiringan lereng atau slope adalah ukuran kemiringan dari suatu permukaan yang dapat dinyatakan dalam derajat atau persen Jaya 2002.
Kemiringan lereng dibagi menjadi 5 kelas yaitu yaitu datar dengan tingkat kemiringan 0-8, landai dengan tingkat kemiringan 8-15, agak curam dengan
tingkat kemiringan 15-25, curam dengan tingkat kemiringan 25-40 dan sangat curam dengan tingkat 40-100. Kemiringan lereng di lokasi penelitian
didominasi oleh kelas lereng datar dengan luas sebesar 1698,543 Ha, kemiringan lereng terendah adalah kelas lereng sangat curam. Luas setiap kelas kemiringan
lereng disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Luas tiap kelas kemiringan lereng.
No Kemiringan lereng
Luas Ha 1 0-8
1698,543 2 8-15
490,708 3 15-25
357,449 4 25-40
121,297 5 40-100
7,681
Titik keberadaan R. patma di CA Leuweung Sancang juga didominasi pada kemiringan lereng 0-8. Hal ini dikarenakan titik-titik tersebut menyebar di
sekitar pantai yang datar. Beberapa titik ditemukan pada kelas kemiringan lereng landai. Titik R. patma tidak ditemukan pada kelas kemiringan lereng curam
sampai dengan sangat curam. Kondisi ini berbeda dengan R. patma yang terdapat di CA Pananjung Pangandaran. Berdasarkan penelitian Gamasari 2007 R. patma
di CA dan TWA Pananjung Pangandaran ditemukan melimpah pada kelas datar dan landai, dan juga masih dapat ditemui pada tingkat kemiringan lereng agak
curam meskipun tidak ditemui pada kelas kemiringan lereng curam sampai dengan sangat curam. Peta kemiringan lereng disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Peta kemiringan lereng CA Leuweung Sancang.
5.1.3 Jarak dari sungai
Sungai berperan penting sebagai sumber air tawar bagi makhluk hidup disekitarnya. CA Leuweung Sancang merupakan hilir beberapa sungai yang
mengalir di sekitar kawasan. Sungai-sungai yang terdapat di CA Leuweung Sancang adalah sungai Cimerak, Cibaluk, Cijeruk, Cipalawah, Cipanyawungan,
Cipangikisan, Cipunaga, Cisaja, Cicukangjambe, Ciporeang, Cipangisikan, Cikaengan dan Cipanglem. Sungai-sungai ini rata-rata mengalir sepanjang tahun
tetapi ada juga yang mengalami kekeringan pada musim kemarau. Spesies R. patma merupakan tumbuhan holopasit yang menggantungkan
seluruh hidupnya pada inangnya yaitu Tetrastigma sp Nais 2001. Semua nutrisi yang dibutuhkan oleh R.patma diperoleh dari inangnya. Air mempengaruhi
pertumbuhan dari Tetrastigma, bila pertumbuhan Tetrastigma bagus maka nutrisi yang dapat dibutuhkan oleh R.patma dapat tercukupi. Semakin dekat dengan
sungai maka diasumsikan cadangan air untuk Tetrastigma sp. cukup melimpah. Pada penelitian ini jarak dari sungai di CA Leuweung Sancang dibagi
menjadi 5 kelas jarak dari sungai sungai yaitu 0-200 m, 200-400 m, 400-600 m, 600-800 m, dan 800-1000 m. Luas dari masing-masing jarak dari sungai disajikan
pada Tabel 3. Tabel 3 Luas tiap kelas jarak dari sungai
No Jarak dari sungai
Luas Ha 1 0-200
m 1560,144
2 200-400 m
788,650 3 400-600
m 272,358
4 600-800 m
69,102 5 800-1000
m 28,407
Berdasarkan hasil pengamatan R. patma ditemukan melimpah di sekitar sungai. Semakin jauh dengan sungai, jumlah R. patma yang ditemukan makin
sedikit. Tidak ditemukan R. patma untuk kelas buffer sungai 600-800 m dan 800-1000 m. Peta jarak dari sungai CA Leuweung Sancang dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9 Peta jarak dari sungai CA Leuweung Sancang.
5.1.4 LAI Leaf Area Index
Peta LAI diperoleh dengan melakukan analisis regresi antara LAI dengan NDVI. NDVI Normalization Difference Vegetation Index adalah nilai tengah
dari spektral yang didapat dari gelombang elektromagnetik merah red dan inframerah dekat. Data LAI yang diambil dari lapangan berupa foto bukaan tajuk
yang kemudian diolah dengan software Hemiview untuk memperoleh nilai LAI. Data foto LAI yang diperoleh di lapangan dapat dilihat pada Gambar 10.
a b
Gambar10 Pengambilan foto LAI dibawah tajuk hutan pantaia, semak belukarb.
Nilai NDVI di setiap titik pengambilan data LAI kemudian regresikan dengan nilai LAI itu sendiri dimana NDVI sebagai variabel bebas sedangkan LAI
sebagai variabel terikat. Rumus analisis regresi yang diperoleh adalah Y = 0,236 + 5,193 X
Keterangan: Y = LAI
X = NDVI Berdasarkan analisis regresi dapat diketahui bahwa NDVI memiliki
hubungan yang kuat dengan LAI yang ditunjukkan dengan nilai R koefisien korelasi sebesar 0,795. Menurut Soleh 2005 nilai hubungan variabel yang
berkisar antara 0,7 dan 0,9 menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut kuat. Besarnya nilai R square sebesar 0.632 menunjukkan bahwa sebanyak
63,20 nilai LAI telah dapat dijelaskan oleh data NDVI sedangkan sebanyak 36,80 belum dapat dijelaskan oleh data NDVI.
Berdasarkan peta LAI yang telah dibuat berdasarkan nilai NDVI dan persamaan regresi antara LAI dengan NDVI diperoleh nilai LAI di CA Leuweung
Sancang berkisar antara 0-5. Kemudian peta LAI tersebut dikelaskan menjadi 5 kelas yaitu kelas 0-1, kelas 1-2, kelas 2-3, kelas 3-4, kelas 4-5. Kelas yang paling
mendominasi di CA Leuweung Sancang adalah kelas 0-1 dan 1-2. Hal ini dikarenakan hutan yang terdapat di CA di Leuweng Sancang memiliki kerapatan
tajuk yang tidak rapat dan juga banyak ditemui penutupan lahan yang berupa semak belukar. Semakin tinggi kerapatan tajuk suatu hutan maka semakin tinggi
pula nilai LAInya. Luas tiap-tiap kelas LAI disajikan dalam Tabel 4, sedangkan peta LAI dapat dilihat pada Gambar 11.
Tabel 4 Luas tiap kelas LAI No
Kelas LAI Luas Ha
1 0-1 1363,658
2 1-2 1318,141
3 2-3 36,390
4 3-4 0,180
5 4-5 0,450
5.1.5 Tanah
Peta tanah CA Leuweung Sancang diperoleh dengan melakukan digitasi dari Peta Satuan Lahan Daerah Priangan Selatan Propinsi Jawa Barat tahun 1991
yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Berdasarkan peta tersebut CA Leuweung Sancang
terbagi dalam 5 Kelompok tanah yaitu 1.
Bfq 1.1 Kelompok tanah yang termasuk dalam grup marin. Terdapat di sekitar
pantai yang berselang-seling dengan cekungan, sedimen halus dan kasar. Komposisi tanah yang terdapat dalam kelompok ini menurut United State
Department of Agriculture USDA adalah Tropopssament dan Hydraquent.
Gambar 11 Peta LAI Leaf Area Index CA Leuweung Sancang.
2. Af 2.2.1
Merupakan kelompok tanah yang termasuk dalam grup aluvial, terdapat sedimen halus, kelompok tanah yang berombak dengan kemiringan lereng
antara 3-8. Komposisi tanah menurut USDA adalah Eutropepts dan Tropaquent.
3. Af 4.1.0
Kelompok tanah ini termasuk dalam grup aluvial. Kelompok tanah ini merupakan penyusun teras sungai dengan sedimen yang tidak dapat
dibedakan. Kemiringan lereng kelompok tanah ini kurang dari 3, oleh karena itu kemiringan lereng tanah ini tergolong datar. Komposisi tanah
menurut USDA adalah Tropaquepts dan Eutropepts. 4.
Hdq 1.2.1 Kelompok tanah ini termasuk dalam grup perbukitan yang terdiri dari
perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random. Tanah ini memiliki kemiringan lereng yang cukup curam yaitu antara 16-25 . Komposisi
tanah menurut USDA adalah Hapludults, Dystropepts, Tropaquepts. 5.
Hdq 1.3.2 Termasuk dalam grup tanah perbukitan yang memiliki pola random.
Kelompok tanah ini memiliki kemiringan lereng yang sangat curam yaitu lebih dari 25. Komposisi tanah yang terdapat dalam kelompok ini
menurut USDA adalah Hapudalft, Hapludults, Dystropepts, Tropaquepts. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 1992
Kelompok tanah di CA Leuweung sancang didominasi oleh kelompok tanah Hdq 1.2.1 dan Hdq.1.3.2. Kelompok tanah yang memiliki luasan paling
kecil adalah Af 4.1.0. Adapun luas tiap masing-masing kelompok tanah yang terdapat di CA Leuweung Sancang disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Luas tiap kelompok tanah
No Kelompok tanah
Luas Ha 1
Bfq 1.1 692,242
2 Af 2.2.1
488,978 3
Af 4.1.0 1194,549
4 Hdq 1.2.1
2967,347 5
Hdq 1.3.2 2646,069
Menurut Zuhud et al. 1998, jenis tanah tempat tumbuh dari inang R. patma adalah tanah regosol, kelas tanah lempung berpasir, konsistensi tanah
gembur dengan kelas drainase baik. Tanah yang memiliki pH masam sampai dengan netral dengan kandungan karbon organik dan kalsium sangat tinggi, fosfor
tersedia sangat rendah dan nilai kalium dan natrium sedang. Purwowidodo 1998 mengatakan bahwa untuk memudahkan penggalian
keterangan data tanah dapat dilakukan korelasi tanah yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk menetapkan kedudukan suatu taksa tanah dari suatu sistem
klasifikasi di dalam sistem klasifikasi lainnya. Jenis tanah regosol merupakan jenis tanah menurut klasifikasi Puslitan Tanah dan FAOUnesco. Jenis tanah
regosol berkorelasi dengan jenis tanah Pssament, Orthent dan Aquent menurut klasifikasi tanah USDA. Peta kelompok tanah CA Leuweung Sancang disajikan
dalam Gambar 12.
Gambar 12 Peta kelompok tanah CA Leuweung Sancang.
5.2 Analisis Komponen Utama.