berbagai jenis pohon yaitu Pogamia pinnata, Nessia altissima, Tabernaemontana sphaerocarpa, Pterospermum diversifolium.
2.1.2.3 Penyebaran R.patma
R. patma merupakan spesies endemik Jawa khususnya Jawa Barat dan Jawa Tengah. R. patma dapat ditemukan di 3 tempat yaitu Nusa Kambangan
Jawa Tengah, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran Jawa Barat dan Cagar Alam Leuweng Sancang Jawa Barat. Zuhud et al. 1998
Penyeberan R. patma di CA Leuweng Sancang secara sporadis meliputi areal yang berdekatan dengan pantai pada ketinggian berkisar antara 0-35 m dpl
dan jarak dari pantai berkisar antara 5-700 m. Kemiringan lahan umumnya datar atau tidak lebih dari 5. Zuhud et al. 1998
Penelitian R. patma di CA Leuweung Sancang, antara lain dilakukan oleh
Priatna 1989 dan Suwartini 2008. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, penyebaran habitat R. patma yang berada di CA Leuweung Sancang mendekat ke
arah pantai. Populasi R. patma cenderung mengalami penurunan, Priatna 1989 menemukan R. patma sebanyak 256 individu di 5 lokasi plot penelitian,
sedangkan Suwartini 2008 menemukan sebanyak 190 individu di 9 lokasi plot penelitian. Kecenderungan penurunan ini disebabkan oleh penurunana kualitas
habitat akibat perambahan hutan yang mengalami puncaknya pada saat krisis ekonomi.
2.2 Penginderaan Jarak Jauh
Menurut Lo 1995 penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jarak jauh
tanpa sentuhan fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi untuk memperoleh data yang bermanfaat
untuk aplikasi bidang pertaniaan, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan dan bidang-bidang lainnya.
Penginderaan jauh dapat diartikan sebagai suatu proses membaca. Dengan menggunakan berbagai sensor, data dikumpulkan dari jarak jauh. Data yang
diperoleh dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi mengenai objek, daerah atau fenomena yang diteliti. Lillesand dan Kiefer 1990
Pengumpulan data penginderaan jauh dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengindera atau alat pengumpul data yang disebut sensor.
Objek yang diindera adalah objek yang terletak di permukaan bumi, di atmosfer, dan di antariksa. Pengumpulan data dari jarak jauh dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk sesuai dengan tenaga yang digunakan. Tenaga yang digunakan dapat berupa variasi distribusi daya, distribusi gelombang dan distribusi energi
elektromagnetik. Purwadhi 2001 Data penginderaan jauh dapat berupa citra dan atau non citra. Secara
definitif citra penginderaan jauh adalah gambaran suatu objek dari pantulan atau pancaran radiasi elektromagnetik objek yang direkam dengan cara optik, elekto-
optik, optik-mekanik, atau elektronik. Citra penginderaan jauh merupakan gambaran yang mirip dengan wujud aslinya yang mempunyai sifat optik, analog
dan digital. Data non citra sendiri dapat berupa grafik, diagram dan numerik. Purwadhi 2001
2.3 Sistem Informasi Geografis SIG 2.3.1 Definisi
Menurut Aronoff 1989 diacu dalam Prahasta 2002 Sistem Informasi Geografis SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk
menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-objek atau fenomena dimana
lokasi geografi merupakam karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian SIG merupakan sistem komputer yang mempunyai memiliki
empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi: a.
Masukan b.
Manajemen data penyimpanan dan pemanggilan data c.
Analisis dan manipulasi data d.
Keluaran
2.3.2 Model data
Menurut Prahasta 2002 model data merupakan kumpulan perangkat konseptual yang digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data,
hubungan relasi antar data, sematik makna data dan batasan. Dalam SIG dikenal 2 model data yaitu:
1 Model data raster
Model data raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid.
Setiap piksel atau sel memiliki atribut tersendiri termasuk koordinat yang unik. Akurasi model data ini sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya
sel grid 2
Model data vektor Model data vektor menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan titik-titik, garis-garis atau kurva atau poligon beserta atribut-atributnya. Dalam data vektor, bentuk dasar representasi data spasial
didefinisiskan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi x,y
2.3.3 Aplikasi sistem informasi geografis
Penelitian dalam bidang kehutanan yang menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis telah banyak digunakan, contoh penelitian tersebut adalah:
1. Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh untuk Model
ANSWER dalam Memprediksi Erosi dan Sedimentasi Studi Kasus : DTA Cikopol sub DAS Cisadane Hulu, Kabupaten Bogor. Oleh Arini, tahun 2005
2. Aplikasi Sistem Informasi Geografis SIG untuk Pemetaan Kesesuaian
Habitat Kedawung Parkia timoriana D.C Merr Di Taman Nasional Meru Betiri. Oleh Joko Nugrah Sebastian, tahun 2007
3. Pemodelan Spasial kesesuaian Habitat Harimau Sumatera Panthera tigris
sumatrae Pocock, 1929 di Resort Ipuh-Seblat,seksi Konservasi Wilayah II Taman Nasional Kerinci Seblat. Oleh Rudiansyah, tahun 2007.
4. Pemodelan Spasial Habitat Katak Pohon Jawa Rhacophorus javanicus
Boettger, 1893 dengan Menggunakan GIS dan Citra Satelit TNGP, Jawa Barat. Oleh M. Irfansyah Lubis, tahun 2008.
5. Pemetaan Kesesuaian Habitat Rafflesia patma Blume di Cagar Alam dan
Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Oleh Arie Santy Gamasari, tahun 2007.
2.4 Leaf area index LAI