BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rafflesia patma Blume
2.1.2 Taksonomi dan morfologi
Menurut Zuhud et al. 1998, Rafflesia patma Blume merupakan salah
satu spesies dari sekitar 50 spesies marga Rafflesiaceae. Berdasarkan
klasifikasi dunia tumbuhan, R. patma dikelompokkan ke dalam:
Divisi : Spermatophyta
Kelas :
Angiospermae Anak kelas
: Dicotyledoneae Bangsa
: Aristolochiales Suku
: Rafflesiaceae
Marga : Rafflesia
Spesies : Rafflesia patma Blume
Spesies R. patma merupakan tumbuhan holoparasit yaitu tumbuhan yang sepenuhnya bergantung pada tumbuhan lain untuk makanannya. R. patma tidak
memiliki klorofil, tetapi mempunyai akar hisap haustorium yang berfungsi sebagai penyerap nutrisi yang dibutuhkan. Zuhud et al. 1998
Disamping itu R. patma adalah tumbuhan dioceous yaitu tumbuhan yang bunga jantan dan betina terpisah pada tumbuhan yang berbeda. Knop dan bunga
jantan memiliki anter sedangkan knop dan bunga betina tidak memiliki anter. Bunga betina lebih pendek dan luas dibanding bunga jantan.Nais 2001
Menurut Mogea 2001 bunga R. patma berwarna merah kecoklatan dengan bintil-bintil keputih-putihan. Bunga yang mekar sempurna berdiameter
20-30 cm. Penyerbukan bunga dilakukan oleh lalat hijau. Buah masak kira-kira 1 tahun setelah penyerbukan. Pertumbuhan dari kecambah hingga bunga mekar
diperkirakan lebih dari 2 tahun. Bunga mekar selama selama 2-3 hari. Pemencaran biji dilakukan oleh mamalia kecil seperti tupai, tikus tanah dan babi hutan.
2.1.2 Habitat dan penyebaran 2.1.2.1 Definisi habitat
Alikodra 2002 menyatakan bahwa habitat merupakan suatu kesatuan fisik maupun biotik yang digunakan sebagai tempat hidup dan berkembangbiak
satwaliar. Soerianegara dan Indrawan 2005 menyebutkan bahwa habitat adalah tempat tumbuh bagi organisme.
Menurut Odum 1994 habitat suatu organisme atau sekelompok organisme populasi merupakan tempat organisme tersebut hidup termasuk
organisme lain dan lingkungan abiotiknya. Habitat juga dapat menunjukan tempat yang diduduki oleh suatu komunitas atau dengan kata lain habitat merupakan
alamat dari suatu organisme dimana organisme itu dapat dijumpai. Habitat tumbuhan terbagi dalam komponen biotik dan abiotik. Komponen
biotik terdiri dari tipe dan struktur vegetasi, serta fauna yang hidup dalam tipe dan struktur vegetasi tersebut, sedangkan komponen abiotik meliputi iklim, tanah
dan topografi. Parameter iklim terdiri dari suhu, kelembaban, radiasi matahari, intensitas penyinaran, lama penyinaran, penetrasi cahaya, curah hujan dan
angin.Zuhud et al. 1998
2.1.2.2 Habitat R. patma
Rafflesia tumbuh pada akar dan batang tumbuhan inang dari genus Tetrasigma yaitu dari spesies Tetrastigma lanceolarium dan Tetrastigma
papilosum. R. patma tumbuh pada akar dan batang yang menggantung di atas lantai hutan Zuhud et al. 1998. Menurut Meijer 1997, inang R. patma
biasanya adalah tumbuhan Tetrastigma leucostaphylum, tetapi juga bisa hidup pada inang Tetrastigma glabratum.
Menurut Zuhud et al. 1998 jenis tanah tempat tumbuh inang R. patma adalah regosol, kelas tekstur tanah lembung perpasir, konsistensi tanah gembur
dengan kelas drainase baik, pH tanah agak masam sampai netral, kandungan C organik dan Ca sangat tinggi, K dan Na sedang sedangkan P tersedia sangat
rendah. Iklim type B Schmidt dan Ferguson dengan kelembaban 85-94 dan suhu rata-rata maksimum 32,5.
Menurut Van Den Brink 1963 diacu dalam Jamil 1998, Tetrastigma sp. dikelompokkkan ke dalam:
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Anak Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rhamnales
Suku :
Vitaceae Marga
: Tetrastigma Spesies yang menjadi inang R.patma adalah Tetrastigma leucostaphylum
Dennst. Alston ex Mabb. Sinonim: Cissus lanceolaria Roxb, Cissus leucostaphyla Dennst, Tetrastigma lanceolarium Planch dan Tetrastigma
papilosum Penampakan luar Tetrastigma sp. mempunyai permukaan batang yang
tidak merata, kulit batang lunak dan pecah-pecah, serta mengandung banyak air. Penampakan melintang batang agak bulat lonjong, dengan diameter batang yang
keluar dari permukaan tanah dari beberapa milimeter hingga tidak lebih dari 15cm. Batang tidak melilit pohon penunjang seperti pada liana lainnya, melainkan
merambat dari pohon ke pohon dengan mengeluarkan sulur-sulur dari pangkal tangkai daun dan menempel atau melilit pohon penunjangnya sehingga batang
dapat dengan kokoh merambat pohon penunjang untuk mencari sinar matahari ke puncak tajuk. Daun majemuk dengan bentuk menjari, terdiri dari 3 helai daun.
Zuhud et al. 1993 Pertumbuhan dan perkembangan perakaran Tetrastigma sp cenderung
horizontal, tidak jauh dari permukaan tanah, umumnya pada lapisan tanah teratas, sistem perakarannya memiliki banyak cabang. Akarnya umumnya muncul dan
ditemui di permukaan tanah, tetapi ada juga yang tertimbun tanah. Zuhud et al. 1993
Menurut Zuhud et al. 1993 pohon yang dirambati oleh Tetrastigma sp tidak terkait pada jenis, tetapi terkait pada bentuk fisik pohon yang tinggi, serta
memiliki batang yang kuat untuk dirambati. Mogea 2001 mengungkapkan bahwa tumbuhan inang R.patma tumbuh merambat dan berasosiasi dengan
berbagai jenis pohon yaitu Pogamia pinnata, Nessia altissima, Tabernaemontana sphaerocarpa, Pterospermum diversifolium.
2.1.2.3 Penyebaran R.patma
R. patma merupakan spesies endemik Jawa khususnya Jawa Barat dan Jawa Tengah. R. patma dapat ditemukan di 3 tempat yaitu Nusa Kambangan
Jawa Tengah, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran Jawa Barat dan Cagar Alam Leuweng Sancang Jawa Barat. Zuhud et al. 1998
Penyeberan R. patma di CA Leuweng Sancang secara sporadis meliputi areal yang berdekatan dengan pantai pada ketinggian berkisar antara 0-35 m dpl
dan jarak dari pantai berkisar antara 5-700 m. Kemiringan lahan umumnya datar atau tidak lebih dari 5. Zuhud et al. 1998
Penelitian R. patma di CA Leuweung Sancang, antara lain dilakukan oleh
Priatna 1989 dan Suwartini 2008. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, penyebaran habitat R. patma yang berada di CA Leuweung Sancang mendekat ke
arah pantai. Populasi R. patma cenderung mengalami penurunan, Priatna 1989 menemukan R. patma sebanyak 256 individu di 5 lokasi plot penelitian,
sedangkan Suwartini 2008 menemukan sebanyak 190 individu di 9 lokasi plot penelitian. Kecenderungan penurunan ini disebabkan oleh penurunana kualitas
habitat akibat perambahan hutan yang mengalami puncaknya pada saat krisis ekonomi.
2.2 Penginderaan Jarak Jauh