Waktu Penelitian Pengumpulan Data Kakao Bubuk

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Oktober 2011 - Maret 2012.

3.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Rekapitulasi hasil uji profisiensi dari laboratorium peserta di Indonesia. 2. Pengiriman sampel ke laboratorium acuan luar negeri Jerman untuk memperoleh nilai acuan. 3. Wawancara kepada stake holder terkait meliputi pakar uji profisiensi, pihak laboratorium penyiap sampel. 4. Observasi lapangan pelaksanaan pengujian parameter terkait.

3.3 Metodologi

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan statistika untuk melakukan evaluasi terhadap hasil uji profisiensi. 1. Metode evaluasi hasil uji 1 : dilakukan seleksi Grubbs 1 kali saja, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score. 2. Metode evaluasi hasil uji 2 : dilakukan seleksi Grubbs berulang kali sampai tidak ada lagi data yg keluar, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score. 3. Metode evaluasi hasil uji 3 : dilakukan evaluasi langsung menggunakan cara perhitungan Robust Z-score. 4. Metode evaluasi hasil uji 4 : dilakukan evaluasi dengan menggunakan nilai laboratorium acuan, dan sebagai nilai s pada penyebut digunakan SD-Horwitz. Untuk menghitung besarnya SD-Horwitz digunakan nilai laboratorium acuan. ISO, 2005; IUPAC, 2006; Trevor J.F., 2006. Sebelum dilakukan evaluasi hasil uji profisiensi, dilakukan beberapa tahapan atau kegiatan. Pertama-tama dilakukan pemilihan jenis sampel. Sampel dipersiapkan sedemikian rupa sampai dinyatakan homogen. Untuk mengecek homogenitas sampel, maka dilakukan uji anova sesuai Lampiran 14 – Lampiran 22. Sampel dikirim ke beberapa laboratorium peserta uji profisiensi di Indonesia. Laboratorium peserta uji profisiensi tersebut melakukan pengujian terhadap sampel dengan metode rutin yang biasa digunakan di laboratorium tersebut. Data uji profisiensi untuk sampel terkait direkap. Sampel juga dikirim ke laboratorium acuan luar negeri Jerman dan hasil pengujiannya dianggap sebagai nilai acuan. Dilakukan beberapa teknik evaluasi data uji profisiensi serta dipilih metode evaluasi yang terbaik. Metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi SNI dan metode pengujian lain dianalis unjuk kerjanya serta dikaji kemungkinan penyebab kinerja laboratorium yang tidak baik. Diagram alir metodologi adalah sesuai Gambar 1. Pemilihan jenis sampel uji Pemilihan jenis produksampel uji didasarkan pada : 1. Ketentuan dari pemberi sponsor Kementerian Riset dan Teknologi, yaitu untuk lingkup terkait pangan. 2. Jenis produk yang mendukung pelaksanaan Standar Nasional Indonesia SNI yang diwajibkan kakao bubuk. 3. Jenis produk yang terkait isu hangat yang beredar di masyarakat terutama mengenai bahan tambahan makanan termasuk pengawet saus cabe. 4. Jenis produk yang terkait dengan keikutsertaan beberapa laboratorium Indonesia dalam uji profisiensi Asia Pasifik dan dinyatakan outlier minyak nabati. 5. Produk yang dapat diperoleh nilai acuannya. Dalam penelitian kali ini akan dibatasi pada tiga produk agroindustri, yaitu: 1. Kakao bubukcocoa powder kadmium, kadar air, lemak, kehalusan lolos ayakan. 2. Saus cabe pengawet : kalium sorbat, natrium benzoat; pemanis : sakarin; jumlah padatan terlarut. 3. Minyak nabati miristat, palmitat, stearat, oleat, linoleat. A Mulai Pemilihan jenis sampel dan konfirmasi Hasil uji peserta jelas? Sampel homogen? Analisis sampel oleh peserta dan pelaporan Evaluasi hasil uji untuk menentukan unjuk kerja laboratorium berdasarkan prinsip nilai median peserta: 1. Seleksi data Grubbs 1x; dilanjutkan dengan Robust Z-score. 2. Seleksi data Grubbs berkali-kali; dilanjutkan dengan Robust Z-score. 3. Langsung Robust Z-score Konfirmasi Tidak Ya Tidak Ya Analisis sampel oleh laboratorium Ya Evaluasi hasil uji untuk menentukan unjuk kerja laboratorium berdasarkan nilai acuan: 1. Z-score dengan nilai acuan Gambar 1 Diagram alir metodologi penelitian A Penentuan metode evaluasi hasil uji terbaik berdasarkan:

1. CV Robust terkecil APLAC, 2004

CV Robust = norm IQR x 100 Median

2. Z-score yang dihasilkan, dapat membedakan unjuk kerja lab yang baik, dan tidak baik

- Laboratorium yang termasuk dalam kategori tidak memuaskan outlier, -3 Z 3 atau I Z I ≥3 - Laboratorium yang termasuk dalam kategori “diperingatkan” questionable 2 I Z I 3 - Laboratorium yang kompeten. I Z I ≤ 2 : berarti hasil analisisnya memuaskan. ISO, 2010 Identifikasi unjuk kerja metode pengujian SNI dan metode lain Identifikasi kemungkinan penyebab hasil uji laboratorium tidak memuaskan dan kemungkinan penyebab secara umum laboratorium tidak memuaskan berdasarkan titik kritis metode pengujian Pembahasan implikasi untuk penelitian terkait dan rekomendasi Mengidentifikasi metode evaluasi hasil uji Tidak Selesai Kinerja Memuaskan dan diperingatkan Penyiapan sampel uji Sampel uji profisiensi yang homogen sangat diperlukan, agar keragaman hasil uji profisiensi dapat dipastikan karena keragaman kemampuan laboratorium peserta dan bukan dari keragaman sampelnya. Keragaman sampel ditekan sekecil mungkin. Sampel disiapkan dalam jumlah yang cukup. Dihomogenkan. Kemudian dimasukkan ke dalam kemasan. Dilakukan pengecekan terhadap homogenitas, dengan mengambil 10 kemasan, dan masing-masing diuji duplo kemudian dihitung nilai variansi dari pengambilan contoh sampling dan variansi dari keberulangan analisis. Kedua nilai tersebut masing-masing diperoleh dari MSB mean square between dan MSW mean square within. Sampel dinyatakan homogen apabila nilai F hitung lebih kecil dari F tabel. [ ] 2 1 2 − − + = ∑ + n X b a MSB bi ai i i [ ] 2 2n X b a MSW bi ai i i ∑ − − − = Dimana: a i b = data pengujian pertama i n = jumlah data = data pengujian kedua X = rata-rata Kriteria : Uji F = F = MSBMSW Sampel diyatakan homogen apabila F hit ung Ftabel db1, db2,α IUPAC, 2006; ISO, 2005. Kakao bubuk dilakukan uji homogenitas kadar air dan kadar lemak. Saus cabe dilakukan uji homogenitas kalium sorbat. Minyak nabati dilakukan uji homogenitas miristat 1, miristat 2, palmitat 1, palmitat 2, stearat 1, dan stearat 2. Analisis sampel oleh peserta dan pelaporan Sampel dikirimkan ke laboratorium peserta kemudian sampel diuji di laboratorium peserta sesuai dengan metode rutin yang digunakan laboratorium. Hasil uji dilaporkan secara tertulis. Dilakukan rekapitulasi hasil uji dari peserta. Penentuan laboratorium peserta uji profisiensi ini adalah berdasarkan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan laboratorium dengan pertimbangan khusus sehingga laboratorium layak ikut serta dalam uji profisiensi ini. Laboratorium peserta yang diutamakan adalah laboratorium yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional. Thompson et al. 2006 tidak mempersyaratkan jumlah minimum atau maksimum peserta uji profisiensi. Food and Consumer Safety Authority 1995 merekomendasikan jumlah minimum laboratorium adalah delapan. Edegard et al.2000 merekomendasikan sedikitnya 8 – 15 laboratorium ikut serta dalam uji profisiensi. Edegard et al. 2000 juga mengindikasikan bahwa jumlah laboratorium peserta tidak perlu sama untuk seluruh level konsentrasi. Pengiriman sampel uji ke laboratorium acuan. Sampel uji dikirim ke laboratorium acuan Jerman, untuk mendapatkan nilai acuan. Nilai tersebut akan digunakan dalam perhitungan kinerja laboratorium berdasarkan nilai acuan. Evaluasi hasil uji Dilakukan evaluasi hasil uji: 1. Metode evaluasi hasil uji 1 : dilakukan seleksi Grubbs 1 kali saja, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score. 2. Metode evaluasi hasil uji 2 : dilakukan seleksi Grubbs berulang kali sampai tidak ada lagi data yg keluar, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score. 3. Metode evaluasi hasil uji 3 : dilakukan evaluasi langsung menggunakan cara perhitungan Robust Z-score. 4. Metode evaluasi hasil uji 4 : dilakukan evaluasi dengan menggunakan nilai laboratorium acuan menggunakan rumus dari ISOIEC 17043 Annex A, dan sebagai nilai s pada penyebut digunakan SD-Horwitz. Untuk menghitung besarnya SD-Horwitz digunakan nilai laboratorium acuan ISO, 2005; IUPAC 2006; Trevor J.F., 2006. Uji Grubbs adalah metode yang digunakan untuk menghilangkan data yang ekstrem. Dalam uji Grubbs harus dilakukan langkah-langkah perhitungan berikut ini: Uji Grubbs - Data diurut dari mulai yang terkecil hingga yang terbesar x 1 , x 2 , .... x n - Nilai G hasil perhitungan dibandingkan terhadap nilai kritis Grubbs yang diberikan pada Tabel G . tabel - Apabila nilai G . hasil perhitungan lebih besar daripada G tabel - Rumus untuk perhitungan Grubbs terdiri dari 3 : G , maka data yang dicurigai dibuang outlier. 1 , G 2 , G 3 - Rumus dipilih berdasarkan posisi data pada kumpulan data yang sedang diuji. Rumus Grubbs untuk G1, G2, dan G3 adalah sebagai berikut: . - s 2 n-2 = variansi dari semua data, tanpa mengikutsertakan 2 data terendah atau 2 data tertinggi s = Standar Deviasi dari semua data X = Harga rata-rata X i = Data yang dicurigai outlier X n = Data tertinggi X 1 = Data terendah G 1terendaht tertinggi =  x - x i  s G 2 = X n – X 1 s G 3 pasangan data terendah = 1 - [ n – 3 s 2 n-2 n-1 s 2 ] G 3 pasangan data tertinggi = 1 - [ n – 3 s 2 n-2 n-1 s 2 ] Data duplo hasil analisis yang dikirimkan oleh setiap laboratorium dihitung secara statistika menggunakan metode perhitungan statistika Robust Z-score. Parameter yang dihitung disini adalah Z between laboratories. Untuk menghitung Z, mula-mula dihitung Si dengan rumus berikut ini: Pendekatan nilai ketetapan konsensus dari laboratorium penguji yang mengikuti uji profisiensi Robust Z-score S i = A i + B i A √2 i dan B i Z adalah kedua data duplo hasil analisis. = S i - median Si IUPAC, 2006; Trevor J.F., 2006 IQR Si IQR x 0,7413 adalah IQR ternormalisasi n IQR yang merupakan ukuran dari variabilitas data, yang mirip dengan simpangan baku. x 0,7413 n IQR ≈ SD IQR yang merupakan singkatan dari interquartile range adalah selisih antara quartile atas dan quartile bawah. Quartile bawah Q 1 adalah suatu harga dibawah mana seperempat dari seluruh hasil beradaterletak sedangkan quartile atas Q 3 IQR = Q adalah suatu harga diatas mana seperempat dari seluruh hasil berada.Normalized interquartile range IQR adalah perbedaan antara kuartil rendah dan kuartil tinggi. Kuartil rendah Q1 adalah nilai dibawah dimana seperempat hasil terletak. Kuartil tinggi Q3 adalah nilai diatas dimana seperempat hasil terletak. Kuartil dihitung dengan IQR = Q3 – Q1. Normalized IQR adalah IQR dikalikan 0.7413. Qi Zhou et al 2011 menyatakan bahwa nilai 0.7413 berasal dari distribusi standar normal, dimana mempunyai nilai rata-rata 0 dan standar deviasi sama dengan satu. Lebar interquartile range pada distribusi adalah 1.34898 dan 11.34898 = 0.7413. Mengalikan IQR dengan faktor ini membuatnya setara dengan standar deviasi. Seperti diketahui penggunaan yang luas untuk mengukur variabilitas atau penyebaran atau dispersi dari data adalah standar deviasi. 3 - Q n IQR = IQR x 0,7413 1 Dimana: Z = Z score antar laboratorium Ai = hasil uji sampel pertama dari laboratorium i Bi = hasil uji sampel kedua dari laboratorium i Median= nilai tengah dari sekelompok data n hitung 0.7413 = standar distribusi normal IQR = interquartile range Nilai Z a Laboratorium yang termasuk dalam kategori tidak memuaskan outlier, apabila laboratorium tersebut memperoleh nilai Z dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori: yang bukan terletak diantara -3 dan +3. Besaran Z 3 Z menggambarkan presisi antara laboratorium 3 atau I Z I ≥3 b Laboratorium yang termasuk dalam kategori ”diperingatkan” questionable. 2 I Z I c Laboratorium yang memuaskan kompeten. 3 : berarti hasil analisisnya belum termasuk tidak memuaskan, tetapi sudah dalam batas diperingatkan. I Z I ≤ 2 : berarti hasil analisisnya memuaskan ISO, 2005. Nilai Z-score dihitung berdasarkan rumus: Pendekatan nilai ketetapan dari pengukuran sebuah laboratorium acuan Z-score = S xi – X dimana: xi = adalah nilai yang dilaporkan oleh laboratorium penguji yang mengikuti uji profisiensi X = nilai acuan S = simpangan baku t ISO, 2005 Untuk simpangan baku digunakan SD Horwitz CV Horwitz = SD Horwitz nilai acuan SD Horwitz = CV Horwitz x nilai acuan Penentuan metode evaluasi hasil uji terbaik Penentuan metode evaluasi hasil uji terbaik, dalam hal ini adalah, metode yang dapat memberikan hasil yang menggambarkan kompetensi laboratorium. Metode evaluasi hasil uji terbaik dalam uji profisiensi adalah: 1. Berdasarkan Robust Coefficient of Variation CV. Robust Coefficient of Variation yang terkecil merupakan metode yang terpilih APLAC, 2004. Robust Coefficient of Variation adalah perbandingan antara simpangan standar dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase. Coefficient Variance berguna untuk melihat sebaran data dari rata-rata hitungnya 2. Metode yang dapat membedakan laboratorium yang memperoleh hasil baik,dan tidak baik ISO, 2005. Identifikasi unjuk kerja metode pengujian yang digunakan Dari evaluasi hasil uji terpilih, dilakukan identifikasi metode pengujian baik menggunakan SNI maupun metode lain. Diidentifikasi bagaimana kinerja yang diperoleh, terutama untuk metode pengujian dengan menggunakan SNI. Identifikasi kemungkinan penyebab kinerja tidak memuaskan Setelah dilakukan evaluasi hasil uji, maka hasil evaluasi tersebut akan memberikan gambaran kinerja laboratorium mana saja yang dinyatakan memuaskan dan tidak memuaskan. Bagi laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan akan dilakukan investigasi kemungkinan penyebabnya. Juga akan dilakukan investigasi kemungkinan penyebab secara umum berdasarkan titik kritis critical point untuk pengujian terkait. Data pendukung kemungkinan penyebab hasil kinerja tidak memuaskan dan kemungkinan penyebab secara umum berdasarkan titik kritis diperoleh dari: 1. Identifikasi metode pengujian terkait. 2. Studi pustaka mengenai metode pengujian terkait. 3. Wawancara terhadap pakar uji profisiensi, dan pakar pengujian terkait. 4. Observasi lapangan pengujian terkait di laboratorium. Kemungkinan penyebab kinerja tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis pengujian terkait, akan digambarkan dalam diagram tulang ikan fishbone diagram dan akan dilakukan pembahasan. Diagram tulang ikan digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara suatu masalah dengan kemungkinan penyebabnya. IV. PEMBAHASAN

4.1. Kakao Bubuk

Sampel uji profisiensi kakao bubuk dipersiapkan hingga homogen. Parameter ujinya: kadar air, kadar lemak, kehalusan lolos ayakan, dan kadar logam kadmium Cd. Persiapan sampel uji dilakukan dengan mempersiapkan kakao bubuk dengan nomor batch yang sama. Adapun tahapan dalam persiapan sampel uji yaitu sebagai berikut - Uji homogenitas. Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa walaupun variabilitas penyiapan sampel uji profisiensi tidak dapat diketahui secara pasti, tingkat homogenitas sampel uji harus ditetapkan dan dicek dengan menggunakan kriteria statistika. Kriteria statistika tersebut misalnya anova atau analysis of variance. Sebelum sampel dikirim ke laboratorium peserta terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas. Sampel diambil sebanyak 10 kemasan secara acak 10 kemasan diambil dari keseluruhan kemasan yang siap dikirim ke laboratorium peserta. Dari setiap kemasan dihomogenkan kembali dan diambil dua bagian untuk dianalisis secara duplo, kemudian dihitung homogenitasnya dengan anova seperti pada Lampiran 14 dan Lampiran 15. - Uji Stabilitas Uji stabilitas dilakukan untuk melihat kestabilan sampel selama waktu tertentu. Sebagai data pertama digunakan data kandungan analit dari hasil uji homogenitas. Data kedua diperoleh dengan melakukan analisis pada saat semua peserta telah melaksanakan uji profisiensi. Suatu sampel dikatakan stabil jika antara data pertama dan kedua, tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. - Pengemasan Setelah sampel dinyatakan homogen, lalu diberi label . - Pendistribusian Laboratorium peserta dikirim sampel uji kakao bubuk masing-masing 2 dua kemasan dengan berat masing-masing kemasan 90 gram kakao bubuk, kemasan diberi label A dan B. Satu set sampel dikirim ke laboratorium di luar negeri laboratorium acuan, dan hasilnya dianggap sebagai nilai acuan. - Setelah menerima sampel, laboratorium peserta uji profisiensi diminta mengerjakan sampel tersebut dengan metode rutin sehari-hari dan melaporkan hasilnya di form yang telah disediakan. 4.1.1 Kadar Air 4.1.1.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter kadar air pada kakao bubuk adalah 30 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 2 Hasil uji laboratorium peserta, kadar air kakao bubuk, sampel A Gambar 3 Hasil uji laboratorium peserta, kadar air kakao bubuk, sampel B Thompson et al. 2006 tidak mempersyaratkan jumlah minimum atau maksimum peserta uji profisiensi. Food and Consumer Safety Authority 1995 merekomendasikan jumlah minimum laboratorium adalah delapan. Edegard et al.2000 merekomendasikan sedikitnya 8 – 15 laboratorium ikut serta dalam uji profisiensi. Edegard et al. 2000 juga mengindikasikan bahwa jumlah laboratorium peserta tidak perlu sama untuk seluruh level konsentrasi. Dari kedua grafik pada Gambar 2 dan Gambar 3, terlihat bahwa data hasil uji dari peserta cukup baik. Grafik menunjukkan pola data distribusi normal. Satu data tersangka tidak memuaskan adalah pada data tertinggi KB 15 pada 5.36 dan 6.43. Nilai acuan berada pada angka 4.63 dan 4.56. Perhitungan statistika uji profisiensi dapat menggunakan berbagai cara perhitungan yang sesuai bagi masing-masing penyelenggara uji profisiensi, namun tetap memiliki dasar basis statistika ISO, 2005. Kumpulan data uji profisiensi pada penelitian ini dievaluasi dengan menggunakan 4 metode evaluasi hasil uji: 1. Metode evaluasi hasil uji 1 : dilakukan seleksi Grubbs 1 kali saja, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score. 2. Metode evaluasi hasil uji 2 : dilakukan seleksi Grubbs berulang kali, sampai tidak ada lagi data yg keluar, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score. 3. Metode evaluasi hasil uji 3 : dilakukan evaluasi langsung menggunakan cara perhitungan Robust Z-score. 4. Metode evaluasi hasil uji 4: dilakukan evaluasi dengan menggunakan nilai lab acuan, dan sebagai nilai s pada penyebut digunakan SD-Horwitz. Untuk menghitung besarnya SD-Horwitz digunakan nilai lab acuan ISO, 2005; IUPAC, 2006; Trevor J.F., 2006. Istilah “Metode evaluasi hasil uji 1”, selanjutnya akan selalu digunakan untuk evaluasi dengan seleksi data Grubbs 1 kali, kemudian data yang tersisa diolah dengan Robust Z-score. Hal yang sama berlaku untuk metode 2 sampai 4. Metode evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 merupakan evaluasi data berdasarkan data median hasil uji peserta, sedangkan metode 4 berdasarkan suatu nilai acuan. Edelgard et al 2000 menyatakan bahwa Z-score adalah perbandingan antara estimasi bias dan nilai target standar deviasi. Terdapat beberapa estimasi yang dapat digunakan untuk nilai target tersebut. Pedro R 2007 menyatakan bahwa Z-score adalah sebuah indikator kinerja dari setiap peserta uji profisiensi, tergantung pada interpretasinya, ditunjukkan sebagai memuaskan satisfactory, diperingatkan questionable atau tidak memuaskan outlier. Ringkasan statistika dari 4 metode evaluasi hasil uji kadar air adalah sebagai berikut: Tabel 1 Ringkasan statistika kadar air kakao bubuk 4 metode evaluasi No Jumlah data Metoda evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 28 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 4.88 4.68 14.09 10.10 3.18 3.18 2 28 Seleksi data Grubss berkali-kali, Z-score 4.88 4.68 14.09 10.10 3.18 3.18 3 30 Langsung Z-score 4.88 4.68 14.09 10.34 3.18 3.18 4 30 Nilai acuan Horwitz 4.88 4.68 - - 3.18 3.18 Jumlah data adalah jumlah data yang diolah, dilambangkan dengan N. Median adalah nilai tengah kelompok, yaitu setengah data uji lebih tinggi daripada median dan setengah lebih rendah. Apabila N berjumlah ganjil maka median adalah nilai pusat tunggal yaitu X [N+ I2]. Apabila N adalah genap, median adalah rata- rata dari dua nilai tengah yaitu X [N2] + X[N2+ 1]2. CV robust adalah koefisien variasi dan sama dengan IQR normalisasi dibagi dengan median, yang dinyatakan dengan persentase. Normalised IQR adalah ukuran variabilitas hasil, sama dengan IQR atau interquartile range dikalikan dengan faktor 0.7413, yang membuatnya sebanding dengan standar deviasi. CV Horwitz adalah 2 1-0.5 log C Seleksi data Grubbs adalah metode seleksi data untuk data yang dicurigai tidak memuaskan. , dengan C adalah fraksi konsentrasi yang nilainya diambil dari nilai acuan. Pada analisis kandungan suatu analit yang relatif kecil, akan diperoleh koefisien variasi yang besar CV Horwitz besar. Apabila dalam suatu uji profisiensi digunakan suatu sampel yang mempunyai kandungan analit dengan konsentrasi relatif kecil maka dapat diduga dari hasil uji profisiensi kemungkinan akan diperoleh unjuk kerja laboratorium yang kurang baik, mengingat keragaman atau koefisien variasi yang diperoleh akan relatif besar. Penilaian baik tidaknya CV yang diperoleh tergantung pada seberapa besar CV yang diijinkan CV prediksi dari Horwitz. Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, menunjukkan hasil yang sama. Hal ini karena dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G1 atas dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Dari kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 4.68 – 4.88. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka 10.10 – 14.09, sedangkan CV Horwitz atau disebut juga CV prediksi atau CV harapan adalah 3.18. CV Robust yang terkecil diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2. Salah satu kriteria untuk menentukan metode evaluasi hasil uji yang terbaik adalah dengan menggunakan CV Robust. Apabila kumpulan data memiliki variabilitas tinggi, maka CV Horwitz memberikan model umum untuk reprodusibilitas dari metode analisis yang dapat digunakan untuk perbandingan ISO, 2005. Model umum tersebut dikenal dengan CV Horwitz, yang dipengaruhi oleh konsentrasi sampel terkait. Robust semakin besar APLAC, 2004. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil ada pada metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 dengan nilai CV Robust 14.09 dan 10.10. Nilai ini hanya mendekati nilai CV harapan yaitu 3.18. Dapat dikatakan bahwa untuk pengujian kadar air dari bubuk kakao, data hasil peserta uji profisiensi masih beragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z-score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada hasil Z-score pada Tabel 2. Pedro R et al. 2007 menyatakan bahwa uji seleksi Grubbs digunakan untuk menentukan apakah observasi data terbesar dan terkecil pada kumpulan data adalah termasuk outlier. Nilai G ditetapkan dengan rumus, kemudian hasilnya dibandingkan dengan tabel Grubbs. Dalam rangka memberikan keyakinan yang lebih untuk pasangan data yang outlier, uji ganda Grubbs dapat digunakan untuk menentukan apakah dua nilai terbesar dan dua nilai terkecil termasuk outlier atau tidak. Pada Tabel 2, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang persis sama. Seperti telah dijelaskan sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G2 dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Seluruh kinerja laboratorium dinyatakan memuaskan, dengan catatan KB 15 tidak memuaskan melalui seleksi Grubbs dan KB 23 mendapat katagori diperingatkan. Metode evaluasi hasil uji 3 langsung Z- score menunjukkan seluruh kinerja laboratorium memuaskan, tanpa catatan. Melalui metode evaluasi hasil uji 4, lima belas laboratorium 50 dinyatakan tidak memuaskan. Apabila diperhatikan, untuk kadar air kakao bubuk, metode evaluasi hasil uji 3 kurang sensitif dibandingkan dengan metode berdasarkan median data hasil uji peserta yang lain. Seluruh laboratorium dinyatakan memuaskan dengan metode 3. Tabel 2 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi kadar air Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B KB 01 SNI 01-2891-1992 0.76 0.76 0.71 5.30 3.24 KB 02 SNI 3747:2009 butir A.4 -0.19 -0.19 -0.18 1.22 0.76 KB 03 SNI 01-2891-1992 0.52 0.52 0.49 3.20 3.72 KB 04 SNI 01-2891-1992 1.33 1.33 1.24 8.30 4.20 KB 05 Gravimetri -.0.77 -.0.77 -0.72 -0.75 -1.24 KB 06 SNI 3747-2009 butir A.4 -0.33 -0.33 -0.31 0.34 0.69 KB 07 AS 2300.1.1.2008 0.65 0.65 0.61 3.67 4.13 KB 08 SNI 01-3747-1995 -1.19 -1.19 -1.10 -2.86 -2.00 KB 09 SNI 01-2891-1992 butir 5.1 -1.48 -1.48 -1.38 -3.60 -3.31 KB 10 Gravimetri, SNI 01-3747-1995 butir 7.3 0.32 0.32 0.30 2.86 2.69 KB 11 SNI 01-3747-2009 -0.98 -0.98 -0.90 -1.56 -1.79 KB 12 SNI 3747:2009 butir A.4 -0.38 -0.38 -0.36 0.07 0.62 KB 13 SNI 01-2891-1992, cara gravimetri Grubbs Grubbs -1.63 -2.24 -6.54 KB 14 Gravimetri, SNI 01-2354.2-2006 -0.65 -0.65 -0.61 -0.88 -0.28 KB 15 SNI 3747:2009 Grubbs Grubbs 1.95 4.96 12.88 KB 16 Loss on dry 105 O C3 jam 0.89 0.89 0.83 7.16 2.30 KB 17 Gravimetri SNI 01-2891-1992 -0.60 -0.60 -0.56 -1.16 0.34 KB 18 drying oven 1.64 1.64 1.53 7.00 7.65 KB 19 SNI 01-2891-1992, gravimetri -0.44 -0.44 -0.41 -0.61 0.90 KB 20 SNI 3747:2009 butir A.4, gravimetri oven 100 O C -0.96 -0.96 -0.89 -1.90 -1.38 KB 21 SNI 3747:2009 lamp A.4 0.19 0.19 0.18 2.18 2.48 KB 22 SNI 3747:2009 butir A.4 -1.55 -1.55 -1.45 -3.94 -3.44 KB 23 SNI 3747:2009 2.09 2.09 1.94 10.2 7 7.44 KB 24 SNI 01-3747-1995 0.51 0.51 0.48 3.13 3.72 KB 25 SNI 3747:2009 0.20 0.20 0.19 5.51 -0.83 KB 26 Gravimetri 1.56 1.56 1.46 7.14 6.96 KB 27 SNI 01-3747-1995 -0.74 -0.74 -0.69 -1.16 -0.62 KB 30 Oven 1.03 1.03 0.96 6.19 4.20 KB 31 SNI 01-2891-1992 -0.47 -0.47 -0.44 -0.14 0.21 KB 32 Lain 0.25 0.25 0.24 2.31 2.76 TOTAL TIDAK MEMUA SKAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 2 2 2 2 Tidak Tidak 15 15 Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2 Qi Zhou et al. 2011 menyatakan nilai Z-score yang besartinggi +3 mengindikasikan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih tinggi daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta. Nilai Z-score yang kecilrendah -3 menunjukkan bahwa hasil laboratorium terkait adalah signifikan lebih rendah daripada nilai konsensus yaitu nilai median peserta.

4.1.1.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi adalah sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya kadar air No Metode pengujian Jumlah Kinerja lab sesuai evaluasi hasil uji 2 peserta Memuaskan Tidak memuaskan 1. SNI 01-2891-1992 8 7 1 2. SNI 01-3747-1995 4 4 3. SNI 01-3747-2009 10 9 1 4. Gravimetri 3 3 5. SNI 01-2354.2-2006 1 1 6. Oven 3 3 7. AS 2300.1.1.2008 1 1 Total 30 28 2 Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian SNI 01-3747-2009 10 laboratorium dari 30 peserta atau 33.33, diikuti oleh metode pengujian SNI 01- 2891-1992 8 laboratorium dari 30 peserta atau 26.67 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian kadar air kakao bubuk ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-2891-1992 sesuai metode evaluasi hasil uji 2 adalah 87.5. Untuk SNI 01-3747-2009 adalah 90 memuaskan. Hal yang cukup menarik di sini, 4 laboratorium 13.34 masih menggunakan SNI 01- 3747-1995, yang sebenarnya telah direvisi oleh SNI 01-3747-2009. Namun demikian kinerja keempat laboratorium peserta yang menggunakan metode tersebut adalah 100 memuaskan. Untuk SNI 01-3747-2009 dari 10 peserta, 90 dinyatakan memuaskan.

4.1.1.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak memuaskan

Standar Nasional Indonesia SNI 01-3747-2009 adalah standar mengenai kakao bubuk yang merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Prinsip pengujian adalah bobot yang hilang dalam oven pada suhu 100 C. Bobot hilang atau kadar air dihitung secara gravimetri. Prinsip metode gravimetri adalah pengurangan berat dari zat asal setelah pemanasan dinyatakan sebagai banyaknya air yang terdapat dalam bahan tersebut. Waktu pemanasan memegang peranan penting dalam penentuan kadar air, karena pada pemanasan suatu sampel idealnya kehilangan berat yang dihasilkan hanya dari penguapan air secara kuantitatif. Kenyataannya pemanasan tersebut dapat pula mengakibatkan penguapan material lain selain air misal minyak atsiri, terlebih apabila waktu pemanasan relatif lebih lama atau temperatur pemanasan lebih tinggi dari yang seharusnya. Suatu bahan yang telah mengalami pemanasan pada suhu 105 Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 adalah laboratorium KB 13 dan KB 15. Laboratorium KB 13 menggunakan metode pengujian SNI 01-2891-1992 dan laboratorium KB 15 menggunakan metode pengujian SNI 01-3747-2009. Hampir tidak ada perbedaan berarti diantara seluruh metode pengujian yang digunakan oleh peserta, kecuali SNI 01-2354.3-2006 yang melakukan pemanasan hingga 16-24 jam, sedangkan metode lain umumnya hanya dilakukan pemanasan selama 3 jam. Kemungkinan penyebab laboratorium dinyatakan tidak memuaskan semata-mata disebabkan karena kesalahankekurang telitian pihak laboratorium dalam melaksanakan pengujian. C cenderung bersifat higroskopis, oleh karena itu lamanya penyimpanan dalam desikator harus diperhatikan. Apabila terlalu lama maka air akan direabsorpsi kembali oleh bahan sehingga berat bahan yang ditimbang akan menjadi lebih besar dan mengakibatkan kandungan air menjadi lebih kecil dari yang seharusnya. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 4. a. Peralatan Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi dan dapat menyebabkan kadar air lebih tinggi dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring timbang harus selalu dalam keadaan bersih. Oven : oven yang digunakan belum dikalibrasi dan tidak menunjukkan suhu yang tepat sesuai pemanasan yang terjadi. Apabila suhu oven lebih tinggi daripada 105 o C maka sebagian volatile oil turut menguap, akan diperoleh kadar air yang lebih tinggi dari seharusnya. Apabila suhu oven lebih kecil daripada 105 Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi dan pengecekan berkala suhu oven. C sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh kadar air yang lebih kecil dari seharusnya. Gambar 4 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan kadar air Desikator : silika gel yang terdapat pada desikator dalam kondisi tidak baik jenuh uap air. Desikator yang sudah jenuh, tidak dapat menyerap uap air, uap air akan diabsorpsi oleh sampel, sehingga akan diperoleh kadar air yang lebih rendah dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan silika gel yang dalam kondisi baik. Penggunaan blender Penggunaan blender sebagai alat penghalus pada saat preparasi dapat menyebabkan atau menimbulkan panas sehingga akan mengurangi kadar air dalam sampel. Tindakan perbaikan adalah tidak terlalu lama dalam menggunakan blender pada saat preparasi sampel. b. Langkah pengerjaan Penimbangan : - Kurang teliti pada saat menimbang. - Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan. Sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh kadar air yang lebih kecil dari yang seharusnya . - Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan - Memegang cawan dengan tangan. Keringat yang ada di tangan dapat menempel pada cawan, dan dapat menyebabkan kadar air lebih tinggi dari seharusnya. - Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur kamar. Temperatur yang belum sesuai dengan temperatur kamar masih sangat panas dapat menyebabkan kadar air lebih kecil dari seharusnya, karena belum seluruh air teruapkan. Temperatur yang belum sesuai dengan temperatur kamar sudah terlalu dingin dapat menyebabkan kadar air lebih tinggi dari seharusnya karena sampel menyerap uap air. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar air. Pemanasan: - Waktu memanaskan masih kurangterlalu lama tidak digunakan timer pada saat proses pemanasan. Apabila waktu pemanasan masih kurang, maka sebagian air belum teruapkan dari sampel sehingga akan diperoleh kadar air yang lebih kecil dari seharusnya. Apabila waktu pemanasan terlalu lama maka sebagian volatile oil turut menguap, akan diperoleh kadar air yang lebih tinggi dari seharusnya. - Oven dibuka dan ditutup berkali-kali pada saat digunakan. Air yang terdapat dalam sampel belum menguap sehingga kadar air lebih kecil dari seharusnya. - Pengeringan alat-alat di oven yang sama. Hal tersebut dapat mengakibatkan kontaminasi. Air yang terdapat pada alat akan diabsorbsi oleh sampel sehingga kadar air lebih tinggi dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan timer pada saat pemanasan menggunakan oven, tidak membuka dan menutup oven pada saat oven digunakan untuk pengujian, tidak mengeringkan alat-alat di oven yang sama serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar air. Pendinginan - Mendinginkan sampel dalam desikator terlalu lama. Apabila sampel bersifat higroskopis, maka membiarkan terlalu lama dalam desikator dapat menyebabkan sampel menyerap kembali uap air dari ambient desikator. Hal ni dapat menyebabkan kadar air lebih rendah dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah tidak membiarkan sampel terlalu lama dalam desikator serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar air. 4.1.2 Lemak 4.1.2.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter kadar lemak pada kakao bubuk adalah 30 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 5 Hasil uji laboratorium peserta, lemak kakao bubuk, sampel A Gambar 6 Hasil uji laboratorium peserta, lemak kakao bubuk, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat bahwa data hasil uji dari peserta cukup baik. Grafik menunjukkan pola data distribusi normal. Dua data tersangka tidak memuaskan adalah pada data terendah KB 13 dan KB 28 pada 1.45 dan 1.26 serta 5.93 dan 5.70. Nilai acuan berada pada angka 11.74 dan 11.73. Ringkasan statistika dari 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 4. Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, menunjukkan hasil yang sama. Hal ini karena dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G3 terendah dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Dari kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 10.78 – 10.80. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka 5.71 – 7.31, sedangkan CV Horwitz atau disebut juga CV prediksi atau CV harapan adalah 2.76. CV Robust yang terkecil diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2. Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil 6.66 dan 5.71 mempunyai nilai yang lebih besar daripada nilai CV harapan 2.76. Dapat dikatakan bahwa pengujian kadar lemak kakao bubuk untuk peserta uji profisiensi masih beragam. Tabel 4 Ringkasan statistika lemak kakao bubuk 4 metode evaluasi No Jumlah data Metoda evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 28 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 10.80 10.80 6.66 5.71 2.76 2.76 2 28 Seleksi data Grubss berkali-kali, Z-score 10.80 10.80 6.66 5.71 2.76 2.76 3 30 Langsung Z-score 10.78 10.79 7.31 6.22 2.76 2.76 4 30 Nilai acuan Horwitz 10.78 10.79 2.76 2.76 Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi lemak Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B KB 01 SNI 01-2891-1992 -0.44 -0.44 -0.39 -4.75 -2.99 KB 02 SNI 3747:2009 butir A.3 -0.48 -0.48 -0.43 -4.32 -3.61 KB 03 SNI 01-2891-1992 1.47 1.47 1.50 0.06 0.65 KB 04 SNI 01-2891-1992 -0.08 -0.08 -0.03 -2.96 -3.18 KB 05 Soxhlet -0.66 -0.66 -0.60 -3.86 -4.85 KB 06 SNI 3747:2009 butir A.3 0.44 0.44 0.48 -2.04 -1.82 KB 07 Hidrolisis Welbull 0.78 0.78 0.82 -1.11 -1.23 KB 08 IKT.03.1-10 -1.46 -1.46 -1.39 -5.83 -6.42 KB 09 SNI 01-2891-1992 butir B.1 -1.33 -1.33 -1.27 -5.83 -5.87 KB 10 Gravimetri, SNI 01-3747-1995 butir 7.6 0.92 0.92 0.96 -0.89 -0.83 KB 11 SNI 01-3747:2009 -0.22 -0.22 -0.17 -3.39 -3.40 KB 12 SNI 3747:2009 butir A.3 -0.11 -0.11 -0.06 -3.02 -3.27 KB 13 SNI 01-2891-1992, cara gravimetri Grubbs Grubbs -12.95 -31.75 -32.32 KB 14 Sokhlet, SNI 01-2354.3-2006 -0.60 -0.60 -0.54 -4.23 -4.23 KB 15 SNI 3747:2009 1.21 1.21 1.24 0.03 -0.49 KB 17 Soksletasi-Gravimetri, MA PPOMN 44MM00 -0.43 -0.43 -0.38 -3.89 -3.83 KB 18 Acid hydrolisis -1.67 -1.67 -1.60 -6.63 -6.58 KB 19 SNI 01-2891-1992, gravimetri 0.89 0.89 0.93 -0.96 -0.90 KB 20 SNI 3747:2009 butir A.3, cara hidrolisis -0.02 -0.02 0.03 -2.96 -2.93 KB 21 SNI 3747:2009 Lamp. A3 0.75 0.75 0.78 -1.20 -1.30 KB 22 SNI 3747:2009 butir A.3 1.73 1.73 1.76 0.96 0.90 KB 23 SNI 3747:2009 -0.10 -0.10 -0.05 -3.49 -2.75 KB 24 SNI 01-3747:1995 0.02 0.02 0.07 -2.84 -2.87 KB 25 SNI 3747:2009 -0.51 -0.51 -0.45 -4.78 -3.27 KB 26 Soxhlet 1.94 1.94 1.96 0.86 1.91 KB 27 SNI 01-2891-1992 0.02 0.02 0.07 -2.84 -2.87 KB 28 SNI Grubbs Grubbs -6.81 -17.92 -18.62 KB 30 Soxlet 0.31 0.31 0.35 -2.31 -2.13 KB 31 AOAC 963.15 2005 2.34 2.34 2.36 1.82 2.75 KB 32 Gravimetri 0.93 0.93 0.96 -0.99 -0.71 TOTAL TIDAK MEMUAS KAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 2 2 2 2 Tidak 2 2 Tidak 15 15 Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2 Pada tabel tersebut, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang sama. Seperti dijelaskan sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G3 terendah dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada data yang keluar. Pada metode evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 , terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan yang sama, dengan nilai Z-score yang tidak berbeda jauh. Laboratorium KB 13 dan KB 28 tidak memuaskan melalui seleksi Grubbs danatau karena Z-score. Metode evaluasi hasil uji 4 menunjukkan hasil yang agak berbeda, dengan nilai Z-score yang cenderung lebih tinggi dibandingkan keempat metode yang lain. Lima belas laboratorium 50 dinyatakan tidak memuaskan.

4.1.2.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya lemak No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja lab sesuai evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. SNI 01-2891-1992 Cara Uji Makanan dan Minuman 7 6 1 2. SNI 01-3747-1995 2 2 3. SNI 01-3747-2009 10 10 4. Gravimetri 1 1 5. Soxlet tmsk SNI 01-2354.3-2006 4 4 6. Soxlet-gravimetri 1 1 7. Hidrolisis 2 2 8. Lain 2 1 1 9. AOAC 1 1 Total 30 28 2 Jumlah laboratorium yang memuaskan dengan metode evaluasi hasil uji 2 adalah 28 laboratorium atau 93.33. Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian SNI 01-3747-2009 10 laboratorium dari 30 peserta atau 33.33, diikuti oleh metode pengujian SNI 01-2891-1992 7 laboratorium dari 30 peserta atau 23.33 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian kadar lemak kakao ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk SNI 01-3747-2009 adalah 100, sedangkan untuk metode pengujian SNI 01-2891-1992 adalah 85.71 memuaskan. Hal yang cukup menarik di sini, 2 laboratorium 6.67 masih menggunakan SNI 01-3747-1995, yang sebenarnya telah direvisi dengan SNI 01-3747-2009. Namun demikian kinerja kedua laboratorium peserta yang menggunakan metode tersebut adalah 100 memuaskan.

4.1.2.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak memuaskan

Standar Nasional Indonesia 01-3747-2009 adalah standar mengenai kakao bubuk, merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Prinsip pengujian lemak adalah ekstraksi minyak bebas dari sampel kakao massa dengan menggunakan pelarut organik non polar yang sebelumnya dilakukan hidrolisis. Sampel yang berasal dari bahan nabati, sebelum ekstraksi harus dilakukan proses hidrolisis terlebih dahulu. Proses hidrolisis ini bertujuan memecahkan ikatan lemak dengan bahan organik lainnya, ekstraksi langsung dengan pelarut non polar sangat tidak efisien karena sebagian besar lipida berikatan dengan protein dan karbohidrat. Akibatnya lemak yang terikat tidak terekstraksi sehingga dapat terjadi penyimpangan negatif, karena kandungan lemak lebih kecil dari yang seharusnya. Proses hidrolisis dibantu dengan pemanasan dan dilakukan selama lima belas menit. Hasil hidrolisis kemudian disaring panas-panas, residu yang dihasilkan dicuci dengan air panas sampai tidak bereaksi dengan asam lagi, kemudian dikeringkan. Waktu pengeringan cukup berpengaruh, apabila waktu pengeringan terlalu lama akan ada minyak yang mudah menguap volatil oil yang ikut teruapkan sehingga mengakibatkan kandungan lemak yang terukur menjadi lebih kecil. Proses selanjutnya yaitu ekstraksi residu bebas air dengan pelarut non polar seperti petroleum eter, dietil eter, n-haksan dan aseton untuk mengektraksi lemak. Waktu ekstraksi sangat berperan dalam analisis kadar lemak. Apabila ekstraksi kurang dari waktu yang telah ditentukan, maka lemak yang terekstrak akan berkurang. Setelah semua lemak terekstrasi sempurna, pelarut organik kemudian diuapkan dan ekstrak lemak dikeringkan dalam oven dengan suhu 100 o C - 105 o Suatu bahan yang telah mengalami pemanasan akan cenderung bersifat higroskopis. Oleh sebab itu lamanya pendinginan ekstrak lemak kering dalam desikator harus diperhatikan waktunya, karena apabila terlalu lama maka dapat terjadi pertambahan angka kadar lemak karena adanya absorpsi dari uap air. C. Lamanya pengeringan dalam oven juga berpengaruh terhadap kandungan lemak. Apabila terlalu lama kemungkinan akan ada volatil oil yang teruapkan. Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 adalah laboratorium KB 13 dan KB 28. Laboratorium KB 13 menggunakan metode pengujian SNI 01-2891-1992 demikian juga laboratorium KB 28. Pada metode pengujian SNI 01-2891-1992 terdapat beberapa teknik pengujian lemak. Teknik pengujian lemak tersebut antara lain: butir 8.1. adalah metode ekstraksi langsung; butir 8.2. adalah metode hidrolisis Weibull; butir 8.3 adalah untuk margarine nentega; butir 8.4. adalah metode Gerber susu,keju; dan butir 8.5 adalah metode Mojonnier tepung-tepungan, biji-bijian. Sampel yang berasal dari bahan nabati, sebelum ekstraksi harus dilakukan proses hidrolisis terlebih dahulu. Proses hidrolisis ini bertujuan memecahkan ikatan lemak dengan bahan organik lainnya. Ekstraksi langsung dengan pelarut non polar sangat tidak efisien karena sebagian besar lipida berikatan dengan protein dan karbohidrat. Pada SNI 01-2891-1992 ini tidak terdapat petunjuk yang jelas untuk pengujian kakao bubuk seharusnya menggunakan metode yang mana. Hal ini dapat menyebabkan laboratorium salah memilih antara metode 8.1 dan 8.2. Laboratorium KB 14 menggunakan SNI 01-2354.3-2006. Pada metode ini analisis lemak dilakukan dengan soxlet dan tidak dilakukan hidrolisis. Pengujian kadar lemak dalam kakao bubuk dengan menggunakan metode tersebut adalah tidak sesuai. Seperti dijelaskan sebelumnya, sampel yang berasal dari bahan nabati, sebelum ekstraksi harus dilakukan proses hidrolisis terlebih dahulu yang bertujuan memecahkan ikatan lemak dengan bahan organik lainnya. Ekstraksi langsung dengan pelarut non polar sangat tidak efisien karena sebagian besar lipida berikatan dengan protein dan karbohidrat. Akibatnya lemak yang terikat tidak terekstraksi sehingga dapat terjadi penyimpangan negatif, karena kandungan lemak lebih kecil dari yang seharusnya. Namun demikian cukup mengherankan bahwa kinerja laboratorium KB 14 ini dinyatakan memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2, karena hasil uji nya tidak menyimpang. Terkait hal tersebut, maka sebaiknya titik kritis metode pengujian ditanyakan oleh KAN, dan dilaporkan oleh laboratorium peserta. Misalnya pada lembar pelaporan hasil analisis dicantumkan point pertanyaan dari KAN, apakah laboratorium melakukan hidrolisis atau tidak. Laboratorium yang menggunakan metode pengujian tidak sesuai sebaiknya sudah diseleksi terlebih dahulu di awal, sehingga tidak perlu diikutsertakan dalam evaluasi hasil uji. Penomoran sampel juga sebaiknya dengan penomoran yang berbeda untuk setiap laboratorium, terkait kemungkinan laboratorium saling mengkonfirmasi hasil. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan lemak a. Peralatan Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring timbang harus dibersihkan. Oven : oven yang digunakan belum dikalibrasi dan tidak menunjukkan suhu yang tepat sesuai pemanasan yang terjadi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi dan pengecekan berkala suhu oven. Desikator : silika gel yang terdapat dalam desikator masih dalam kondisi tidak baik jenuh uap air. Desikator yang sudah jenuh, tidak dapat menyerap uap air, uap air akan diabsorpsi oleh sampel. Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan silika gel yang dalam kondisi baik. b. Langkah pengerjaan Penimbangan : - Kurang teliti pada saat menimbang. - Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan - Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan - Memegang cawan dengan tangan. - Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar lemak. Pemanasan: - Waktu memanaskan masih kurangterlalu lama tidak digunakan timer pada saat proses pemanasan. - Oven dibuka dan ditutup berkali-kali pada saat digunakan - Pengeringan alat-alat di oven yang sama Hal tersebut dapat mengakibatkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan timer pada saat pemanasan menggunakan oven, tidak membuka dan menutup oven pada saat oven digunakan untuk pengujian, tidak mengeringkan alat-alat di oven yang sama serta melaksanakan training terkait teknis pengujian kadar air. Pendinginan - Mendinginkan sampel dalam desikator terlalu lama. Apabila sampel bersifat higroskopis, maka membiarkan terlalu lama dalam desikator dapat menyebabkan sampel menyerap kembali uap air dari ambient desikator. Silika gel yang sudah jenuh, kurang optimal dalam menyerap uap air. Tindakan perbaikan adalah tidak mendinginkan sampel terlalu lama dalam desikator dan menggunakan silika gel yang masih memiliki kualitas baik. Pelepasan lemak dari ikatan matriks sampel. - Pelepasan lemak dari ikatan matriks sampel dilakukan dengan proses hidrolisis. Sesuai SNI 01-3747-2009, analisis kadar lemak nabati termasuk lemak pada kakao bubuk didahului dengan proses hidrolisis dalam asam untuk melepaskan lemak yang terikat pada jaringan kakao bubuk. Proses hidrolisis yang kurang sempurna dapat mengakibatkan hanya sebagian lemak yang terkekstrasi. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih rendah dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian kadar lemak. - Molaritas HCl. Molaritas HCl akan mempengaruhi hidrolisis yang terjadi. Apabila molaritas kecil, maka kemungkinan hidrolisis tidak sempurna. Tindakan perbaikan adalah menggunakan molaritas HCl sesuai ketentuan. Ekstraksi - Waktu ekstraksi yang belum sesuai. Waktu ekstraksi lemak yang belum sesuai menyebabkan lemak pada kakao bubuk belum terekstrak dengan sempurna. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih rendah dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian kadar lemak. - Suhu pemanasan yang digunakan tidak sesuai. Suhu pemanasan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak hanya pelarut yang menguap, tetapi juga asam-asam lemak yang mudah menguap. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih rendah dari seharusnya. Suhu pemanasan yang terlalu rendah dapat menyebabkan jumlah sirkulasi pelarut dari alat soxlet untuk waktu ekstraksi tertentu relatif kecil, akibatnya tidak semua lemak terekstraksi. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih rendah dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah melakukan kalibrasi dan pengecekan suhu oven serta melaksanakan training teknis pengujian kadar lemak. - Siklus. Siklus proses ekstraksi belum diperhatikan sehingga proses ekstraksi sampel belum maksimal dan mengakibatkan kadar lemak belum maksimal. Tindakan perbaikan adalah menetapkan siklus ekstraksi sesuai persyaratan. - Pelarut pengestrak yang digunakan adalah kualitas teknis. Pelarut pengestrak yang digunakan adalah kualitas teknis yang mengandung banyak impurity sehingga proses penguapan pelarut impurity akan ada yang mengendap dan ditimbang bersama lemak. Hal ini dapat menyebabkan kadar lemak lebih tinggi dari seharusnya. Tindakan perbaikan adalah menggunakan pelarut pengestrak dengan kualitas tinggi. 4.1.3. Kehalusan Lolos Ayakan 200 Mesh 4.1.3.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter uji kehalusan lolos ayakan pada kakao bubuk adalah 8 laboratorium. Jumlah peserta uji profisiensi untuk parameter kehalusan lolos ayakan kakao bubuk ini sangat sedikit apabila dibandingkan dengan pengujian parameter lain untuk kakao bubuk yang mencapai 30 peserta. Hal ini disebabkan karena peserta uji profisiensi sebagian besar adalah laboratorium pangan yang bukan mengkhususkan untuk pengujian kakao bubuk. Sebagian besar laboratorium peserta tidak mempunyai peralatan cukup misal ayakan atau sieve shaker untuk pengujian kehalusan lolos ayakan ini. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Dari kedua gambar tersebut, terlihat satu adalah data yang sangat ekstrim rendah dengan nilai 0.35 dan 0.48. Tidak tersedia nilai acuan pada parameter ini. Gambar 8 Hasil uji laboratorium peserta, kehalusan lolos ayakan, sampel A Gambar 9 Hasil uji laboratorium peserta, kehalusan lolos ayakan, sampel B Ringkasan statistika dengan 3 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 7. Metode evaluasi hasil uji 1 dan 2, menunjukkan hasil yang sama. Hal ini karena dari kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G1 terendah dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada lagi data yang keluar. Dari kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 99.69 – 99.73. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka 0.16 – 0.23. Perubahan CV Robust setelah dilakukan seleksi data cukup signifikan 20. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji laboratorium KB 02 yang terseleksi dengan Grubbs adalah sangat ekstrim. CV Robust terkecil diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 1 dan 2. Tabel 7 Ringkasan statistika kehalusan lolos ayakan dengan 3 metode evaluasi No N Evaluasi hasil uji Median CV Robust A B A B 1 7 Seleksi data Grubbs sekali, Z- score 99.70 99.73 0.16 0.18 2 7 Seleksi data Grubss berkali- kali, Z-score 99.70 99.73 0.16 0.18 3 8 Langsung Z-score 99.69 99.72 0.21 0.23 Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 8. Pada tabel tersebut, untuk metode evaluasi hasil uji 1 dan 2 terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan dan nilai Z-score yang sama. Seperti dijelaskan sebelumnya hal ini disebabkan karena terhadap kumpulan data tersebut hanya dapat dilakukan seleksi data Grubbs satu kali G1 terendah dan pada seleksi Grubbs berikutnya, tidak ada data yang keluar. Pada metode evaluasi hasil uji 1, 2 dan 3 , terlihat jumlah laboratorium tidak memuaskan yang sama, dengan nilai Z-score yang tidak berbeda jauh. Seluruh kinerja laboratorium dinyatakan memuaskan pada evaluasi hasil uji 1 dan 2, dengan catatan KB 02 tidak memuaskan karena Grubbs. Metode evaluasi hasil uji 3 menunjukkan kinerja laboratorium KB 02 tidak memuaskan dengan nilai Z-score yang sangat ekstrim dan kinerja laboratorium lain memuaskan. Jumlah hasil tidak memuaskan dari metode 1, 2, dan 3 adalah sama berjumlah 1. Tabel 8 Ringkasan hasil Z-score dengan 3 metode evaluasi kehalusan lolos ayakan Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 KB 02 SNI 3747:2009 butir A.5 Grubbs Grubbs -455.93 KB 06 SNI 3747:2009 butir A.5 0.00 0.00 0.01 KB 11 SNI 3747:2009 -0.27 -0.27 -0.20 KB 15 SNI 3747-2009 1.82 1.82 1.39 KB 18 pengayakan -2.27 -2.27 -1.71 KB 21 SNI 3747:2009 Lamp A.5 1.58 1.58 1.21 KB 24 SNI 01-3747-1995 0.82 0.82 0.63 KB 26 Mesh sieving -0.03 -0.03 -0.01 Total tidak memuas kan Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 1 1 1 1 1 1 Metode evaluasi hasil uji 1 = metode evaluasi hasil uji 2.

4.1.3.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 9. Jumlah laboratorium yang memuaskan dengan metode evaluasi hasil uji 2 adalah 7 laboratorium atau 87.5. Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa metode pengujian SNI 01-3747-2009 5 laboratorium dari 8 peserta atau 62.5 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian kadar air kakao ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk metode pengujian SNI 01-3747-2009 adalah 80. Satu laboratorium yang menggunakan metode pengujian SNI 01-3747- 2009 yaitu KB 02 menunjukkan kinerja yang tidak memuaskan. Hal yang cukup menarik di sini, satu laboratorium masih menggunakan SNI 01-3747-1995, yang sebenarnya telah diabolisi dan digantikan oleh SNI 01-3747- 2009. Namun demikian kinerja laboratorium tersebut adalah memuaskan. Tabel 9 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya kehalusan lolos ayakan No. Metode pengujian Jumlah Kinerja lab sesuai metode evaluasi hasil uji 2 peserta Memuaskan Tidak Memuaskan 1. SNI 01-3747-1995 1 1 2. SNI 01-3747-2009 5 4 1 3. Lain 2 2 Total 8 7 1

4.1.3.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak memuaskan

Standar Nasional Indonesia SNI 01-3747-2009 adalah standar mengenai kakao bubuk merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Prinsip pengujian kehalusan lolos ayakan adalah pengukuran derajat kehalusan dari sampel menggunakan ayakan mesh 200. Metode pengujian kehalusan lolos ayakan sesuai SNI 01-3747-2009 dapat dilihat pada Lampiran 25. Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 adalah laboratorium KB 02. Laboratorium KB 02 menggunakan metode pengujian SNI 01-3747-2009. Setelah dibandingkan, terdapat perbedaan pengujian antara SNI 01-3747-2009 dengan SNI sebelumnya SNI 01-3747-1995. Pada metode yang lebih mutakhir SNI 01-3747-2009 justru tidak diuraikan cara bagaimana residu disaring dan ini jelas menimbulkan potensi besar laboratorium salah mengerjakannya. Laboratorium KB 02 kemungkinan salah dalam pengerjaannya. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 10. a. Peralatan Ayakan : ayakan belum dikalibrasi. Ayakan yang digunakan sesuai SNI 01- 3747-2009 adalah ukuran 200 mesh. Tindakan perbaikana adalah ayakan 200 mesh harus dikalibrasi. Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring timbang harus dibersihkan. Gambar 10 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan kehalusan lolos ayakan Desikator : silika gel yang terdapat dalam desikator masih dalam kondisi tidak baik jenuh uap air. Desikator yang sudah jenuh, tidak dapat menyerap uap air, uap air akan diabsorpsi oleh sampel. Tindakan perbaikan adalah selalu menggunakan silika gel yang dalam kondisi baik. b. Langkah pengerjaan Penimbangan : - Kurang teliti pada saat menimbang. - Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan - Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan - Memegang cawan dengan tangan. - Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai serta melaksanakan training. Pengadukan - Waktu pengadukan masih ada gumpalan. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan pengadukan sesuai persyaratan yang ditetapkan. Pengayakan - Pelaksaaan pengayakan belum diperhatikan. Misal, ayakan harus digoyangkan terus, apabila ada suspensi yang sulit lolos maka tepuk penyaring secara perlahan. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan pengayakan sesuai ketentuan. Pengeringan residu - Pengeringan residu belum diperhatikan. Misal penggunaan corong Buchner, kemudian penggunaan kertas saring yang telah dikeringkan pada suhu tertentu, semprot residu dari ayakan, dan sedot dengan vakum. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan pengeringan residu sesuai ketentuan. 4.1.4 Kadmium 4.1.4.1 Distribusi Data, Ringkasan Statistika dan Evaluasi Hasil Uji Profisiensi Laboratorium yang mengirimkan hasil untuk parameter uji kadmium adalah 23 laboratorium. Namun demikian laboratorium KB 18 dan KB 22 melaporkan hasil “tidak terdeteksi”, serta laboratorium KB 31 melaporkan hasil 0.02 mgkg, sehingga hasil dari ketiga laboratorium tersebut tidak diolah secara statistika. Oleh karena itu hanya diperoleh data dari 20 laboratorium. Hasil uji laboratorium peserta dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 11 Hasil uji laboratorium peserta, kadmium kakao bubuk, sampel A Gambar 12 Hasil uji laboratorium peserta, kadmium kakao bubuk, sampel B Dari kedua grafik tersebut, terlihat bahwa ada data yang sangat ekstrim tinggi dengan nilai 13.46 dan 12.79. Nilai acuan untuk parameter kadmium adalah 0.353 dan 0.354. Ringkasan statistika dengan 4 metode evaluasi hasil uji adalah sesuai Tabel 10. Dari kumpulan data tersebut di atas terlihat bahwa median untuk seluruh metode berkisar pada angka 0.29 – 0.31. CV Robust yang menggambarkan penyebaran data untuk seluruh metode berkisar pada angka 14.70 – 22.24, sedangkan CV Horwitz adalah 18.71. CV Robust yang terkecil diperoleh dengan menggunakan metode evaluasi hasil uji 2. Tabel 10 Ringkasan statistika kadmium kakao bubuk 4 metode evaluasi No N Evaluasi hasil uji Median CV Robust CV Horwitz A B A B A B 1 19 Seleksi data Grubbs sekali, Z-score 0.30 0.30 22.24 19.77 18.71 18.71 2 14 Seleksi data Grubss berkali- kali, Z-score 0.29 0.29 15.61 14.70 18.71 18.71 3 20 Langsung Z-score 0.31 0.31 21.21 19.85 18.71 18.71 4 20 Nilai acuan Horwitz 0.31 0.31 18.71 18.71 Apabila dilihat dari nilai CV Robust, yang menggambarkan bagaimana penyebaran datanya, maka CV Robust terkecil 15.61 dan 14.70 mempunyai nilai yang lebih kecil daripada nilai CV harapan yaitu 18.71. Dapat dikatakan bahwa pengujian kadar kadmium kakao bubuk untuk peserta uji profisiensi telah seragam. Setelah dilakukan seleksi data Grubbs, data hasil uji diolah dengan Robust Z- score. Kinerja laboratorium peserta uji profisiensi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Ringkasan hasil Z-score dengan 4 metode evaluasi kadar kadmium Kode lab Metode uji Nilai Z-score dari metode evaluasi hasil uji 1 2 3 4 A B KB 01 AOAC Method 999.10 -0.48 -0.32 -0.60 -1.41 -1.12 KB 02 SNI 3747:2009, butir A.7 0.32 0.76 0.21 -0.50 -0.51 KB 04 SNI 01-2896-1998 0.56 1.08 0.45 -0.05 -0.51 KB 06 SNI 3747:2009, butir A.7.1 0.00 0.32 -0.11 -0.80 -0.82 KB 07 AAS -0.87 -0.86 -1.00 -1.71 -1.57 KB 08 IK.T.03.1-20, IK.T.03.1-21 0.63 1.19 0.53 -0.20 -0.21 KB 11 SNI 01-3747-2009 -0.56 -0.43 -0.68 -1.41 -1.27 KB 12 IKUK5007-07 AAS 9.28 Grubbs 9.31 8.13 7.94 KB 13 AOAC Method Ed. 18 th. 2005, cara AAS -1.51 -1.73 -1.64 -2.16 -2.33 KB 14 Graphite furnace, AOAC 2005, Chp.9, 18 - 22 3.89 Grubbs 3.83 2.98 2.81 KB 15 AOAC Method 973.34 2.70 Grubbs 2.63 1.77 1.75 KB 16 AAS 0.22 0.63 0.11 -0.63 -0.57 KB 17 AAS-SNI 01-2896-1998 -3.81 Grubbs -3.98 -4.44 -4.44 KB 19 SNI 19-2896-1998, AAS -0.63 -0.54 -0.76 -1.41 -1.42 KB 20 SNI 3747:2009 butir 4.7.1, AAS tungku karbon Grubbs Grubbs 206.4 6 198.40 187.79 KB 21 SNI 3747:2009 Lamp A.1 -4.13 Grubbs -4.30 -4.74 -4.74 KB 24 SNI 01-2896-1992 0.63 1.19 0.53 -0.20 -0.21 KB 26 AAS -1.43 -1.62 -1.56 -2.01 -2.33 KB 28 AOAC 0.42 0.86 0.29 -0.50 -0.36 KB 32 AAS 0.00 -0.32 -0.60 -1.26 -1.27 TOTAL TIDAK MEMUA SKAN Grubbs Tidak memuaskan Z-score Total 1 4 5 6 6 Tidak 5 5 Tidak 4 4 Metode evaluasi hasil uji 1, 2 3, dan 4 menunjukkan hasil yang relatif sama, dengan nilai Z-score yang tidak berbeda jauh. Hanya 2 laboratorium yang berbeda hasil yaitu KB 14 dan KB 15. Untuk KB 14, pada metode evaluasi hasil uji 1, 2, dan 3 tidak memuaskan, tetapi pada metode 4 diperingatkan. Untuk KB 15, pada metode evaluasi hasil uji 1, KB 15 diperingatkan, metode 2 tidak memuaskan dengan Grubbs, metode 3 diperingatkan, dan metode 4 memuaskan. Jumlah hasil tidak memuaskan dari metode evaluasi hasil uji 1 dan 3 adalah sama berjumlah 5. Untuk metode evaluasi hasil uji 2 lebih sensitif dengan jumlah tidak memuaskan 6. Metode evaluasi hasil uji 4 jumlah laboratorium tidak memuaskan adalah 4.

4.1.4.2 Metode Pengujian dan Kinerjanya

Selanjutnya dilakukan identifikasi metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi sesuai metode terpilih. Hasilnya disajikan pada Tabel 12. Dari tabel tersebut terlihat bahwa metode pengujian SNI 01-3747-2009 5 laboratorium dari 20 peserta atau 25 dan metode pengujian AOAC 5 laboratorium dari 20 peserta atau 25 mendominasi metode yang digunakan dalam pengujian kadar kadmium kakao ini. Persentase hasil yang memuaskan untuk SNI 01-3747-2009 sesuai evaluasi hasil uji 2 adalah 60. Untuk metode pengujian SNI 01-2896-1998 adalah 66.67 memuaskan. Hal yang cukup menarik di sini, 1 laboratorium KB 24 masih menggunakan SNI 01-2896-1992, yang sebenarnya telah direvisi oleh SNI 01-2896-1998. Kinerja laboratorium peserta yang menggunakan metode tersebut adalah memuaskan. Tabel 12 Ringkasan metode pengujian dan kinerjanya kadmium No Metode pengujian Jumlah peserta Kinerja lab sesuai evaluasi hasil uji 2 Memuaskan Tidak memuaskan 1. SNI 01-3747-2009 5 3 2 2. SNI 01-2896-1998 3 2 1 3. SNI 01-2896-1992 1 1 4. AOAC Method 5 3 2 5. AAS 4 4 7. Inhouse 2 1 1 Total 20 14 6 Laboratorium KB 22 menggunakan metode pengujian SNI 01-3747-2009 dan melaporkan tidak terdeteksi. Laboratorium KB 18 menggunakan atomic absoprtion spectrofotometer atau spektrofotometer serapan atom AAS dan melaporkan tidak terdeteksi. Sedangkan laboratorium KB 31 menggunakan metode pengujian SNI melaporkan dengan memakai tanda .

4.1.4.3 Kemungkinan Penyebab Kinerja Laboratorium Tidak Memuaskan

Standar Nasional Indonesia SNI 01-3747-2009 adalah standar mengenai kakao bubuk yang merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Prinsip pengujian kadmium adalah destruksi sampel dengan cara pengabuan kering pada 450 O C yang dilanjutkan dengan pelarutan dalam larutan asam. Logam yang terlarut dihitung menggunakan alat atomic absoprtion spectrofotometer atau Spektrofotometer serapan atom AAS adalah suatu metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas unsur tersebut. spektrofotometer serapan atom AAS dengan panjang gelombang maksimal 228.8 nm. Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak ± 61 logam. Keuntungan metode AAS adalah spesifik, batas limit deteksi yang rendah, dari larutan yang sama beberapa unsur yang berlainan dapat diukur, pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan sampel preparasi sampel sebelum pengukuran adalah sederhana, output data absorbance dapat dibaca langsung, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis sampel, batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas. Pada preparasi sampel padat termasuk kakao bubuk dilakukan destruksi kering. Metode ini menggunakan pemanasan biasa. Metode pengabuan kering dilakukan untuk analisis logam-logam yang uapnya tidak mengandung racun, termasuk kadmium. Pemanasan dilakukan untuk menguapkan dan mengarangkan sampai menjadi abu, sehingga sampel dapat diukur setelah didapat larutannya. Keuntungan metode pengabuan kering yaitu lebih mudah pengerjaanya tetapi lebih lama diperoleh hasil analisisnya dibandingkan dengan metode pengabuan basah. Sesuai SNI, pengabuan dilakukan dalam tanur yang suhunya diatur pada 450 O Laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan berdasarkan metode evaluasi hasil uji 2 adalah laboratorium KB 12, KB 14, KB 15, KB 17, KB 20 dan KB 21. Laboratorium KB 12 menggunakan metode inhouse, sehingga tidak jelas laboratorium menggunakan metode yang mana. Metode inhouse adalah metode C. Metode pengujian kadar kadmium kakao bubuk sesuai SNI 01-3747-2009 dapat dilihat pada Lampiran 26. yang dikembangkan oleh pihak laboratorium sendiri dan memerlukan validasi metode. Laboratorium KB 14 menggunakan graphite furnace AAS, tapi tidak jelas metode destruksi-nya, kemungkinan permasalahan ada pada tahap destruksi sampel. Laboratorium KB 17 menggunakan SNI 01-2896-1998 dengan pengabuan kering, kemungkinan penyebab adalah pada ketelitian analis laboratorium dalam melakukan pengujian. Laboratorium KB 20 dan KB 21 menggunakan SNI 01-3747-2009 dengan pengabuan kering dan sebaiknya dengan graphite furnace, kemungkinan penyebab adalah pada ketelitian analis dalam melakukan pengujian. Kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis metode pengujian dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13 Diagram tulang ikan kemungkinan penyebab kinerja laboratorium tidak memuaskan kadar kadmium dengan AAS a. Peralatan Neraca : neraca yang digunakan belum dikalibrasi, piring timbang tidak dalam keadaan bersih sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. Tindakan perbaikan adalah dengan melaksanakan kalibrasi neraca dan piring timbang harus dibersihkan. Peralatan gelas dan furnace : peralatan gelas dan furnace belum dikalibrasi. Peralatan gelas tidak di dekontaminasi terlebih dahulu menggunakan larutan HNO Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi peralatan terkait dan melakukan pembersihan larutan gelas dengan larutan HNO 3 3 AAS : AAS belum dikalibrasi suhu dan panjang gelombang. . Tindakan perbaikan adalah melaksanakan kalibrasi peralatan terkait. .- Pemeliharaan dan pengecekan instrument jarang dilakukan terutama pengecekan umur lampu, kebersihan burner dan lain-lain. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan pemeliharaan-pengecekan instrument AAS secara teratur. b. Langkah pengerjaan Penimbangan : - Kurang teliti pada saat menimbang. - Belum didapatkan bobot tetap dalam penimbangan - Belum dinolkan posisi neraca sebelum melakukan penimbangan - Memegang cawan dengan tangan. - Temperatur sampel pada saat ditimbang belum sesuai dengan temperatur kamar. Tindakan perbaikan adalah melakukan penimbangan sampai didapat bobot tetap, selalu menolkan posisi neraca, memegang cawan dengan alat penjepit, melakukan penimbangan pada saat temperatur telah sesuai. Destruksi Pelaksanaan destruksi belum sempurna. Destruksi kering adalah yang dianjurkan dalam SNI 01-3747-2009. Destruksi ini adalah proses pengabuan, menggunakan suhu tanur 450 o C agar logam Cd tidak hilang. Apabila lebih dari 450 o Tindakan perbaikan adalah melakukan destruksi sesuai ketentuan. C kemungkinan logam Cd sudah ada yang hilang, sehingga kadar Cd lebih kecil. Destruksi basah harus diperhatikan waktu destruksinya sehingga sampel terdestruksi sempurna. Pengukuran Pengukuran belum dilaksanakan dengan baik. Kurva kalibrasi sangat penting di sini. Kurva kalibrasi seringkali tidak mencakup daerah kerja dan daerah linier. Pembuatan larutan baku juga berpengaruh terhadap pengukuran. Pembuatan larutan baku yang tidak teliti mempengaruhi pembuatan kurva kalibrasi terkait linearitas yang tidak baik. Analisis dengan AAS kemungkinan tidak menggunakan solvent dan reagents untuk trace dan ultratrace analysis khusus untuk AAS : AAS grade. Air murni untuk trace metal analysis yang digunakan tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan. Tindakan perbaikan adalah melakukan pengukuran dengan baik, membuat kurva kalibrasi mencakup daerah kerja, menggunakan solvent, reagents, dan air murni sesuai persyaratan pengujian. Ketrampilan personel. Personel yang terlibat dalam melakukan pengujian sangat penting. Personelanalis tidak mengetahui masalah kontaminasi, kestabilan sampel, cara mengatasi gangguan, kelemahanketerbatasan metode uji yang digunakan, interferensi jenis matriks. Tindakan perbaikan adalah melaksanakan training teknis pengujian AAS.

4.2 Saus Cabe