Ventilasi kamar mesin Kesesuaian Instalasi Permesinan Berdasarkan Pedoman FAO 2009 tentang

2 Ketinggian air pendingin jika mesin menggunakan pendinginan air. 3 Ketersediaan gemuk otomatis untuk melumasi poros propeller. 4 Ketersediaan bahan bakar untuk perjalanan. 2 Pemeriksaan Harian Setelah Menyalakan Mesin 1 Air pendingin mesin harus bersirkulasi. 2 Pemeriksaan pipa air, pipa knalpot, saluran bahan bakar, pipa oli terhadap kemungkinan kebocoran. 3 Periksa tekanan oli. 4 Periksa indikator pengisisian baterai accu. 3 Pemeriksaan tiap empat belas hari 1 Pemeriksaan ketegangan pada sabuk alternator. Dengan ketegangan yang memadai, dimungkinkan menekan sabuk sejauh 5-10 mm. 2 Kuras kotoran dan air yang mengendap pada kotak pengendap pada tangki bahan bakar danfilter bahan bakar. 3 Periksa ketinggian air accu. Tambahkan dengan air murni terdistilasi jika dibutuhkan. 4 Baut mesin dan baut propeller harus diperiksa kekencangannya. 5 Periksa paking pada mesin.. 4 Pemeriksaan Tiap 100 -150 Jam Mesin beroperasi 1 Ganti oli mesin. 2 Ganti filter oli. 3 Ganti filter bahan bakar. 4 Ganti oli transmisi.

2.3.6 Ventilasi kamar mesin

Pedoman FAO tahun 2009 tentang Safety Guide for Small Fishing Boats yang membahas tentang ventilasi kamar mesin disajikan pada Lampiran 8. Pedoman tersebut meliputi: 1 Terdapat saluran untuk membuang udara panas yang letaknya tinggi dan saluran untuk memasukkan udara segar. Kedua saluran tersebut harus berjauhan letaknya. Untuk mesin yang berukuran besar harus terdapat kipas elektrik untuk membuang udara panas keluar. 2 Jika mesin memiliki sistem pembuangan gas buang kering dry exhaust system, sangat memungkinkan untuk meletakkan pipa pembuangan pada lubang ventilasi keluar dan mengeluarkan udara panas dengan aksi efektif dibawah sistem pembuangan kering seperti yang tergambarkan. 3 Untuk negara beriklim tropis, saluran melintang yang bersekat-sekat sebaiknya mempunyai luas 10 cm 2 tiap kW tenaga mesin 8 cm 2 per HP. Saluran udara dapat memiliki sekat yang berbeda-beda selama berada pada area sekat melintang yang sama. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sistem Kerja Mesin Diesel

Mesin Mitsubishi 4D30-C yang merupakan mesin truk mengalami beberapa modifikasi agar dapat beroperasi maksimal ketika digunakan menjadi mesin kapal. Modifikasi yang dilakukan diantaranya pada sistem penyalaan, sistem bahan bakar, sistem pelumasan, sistem transmisi, dan sistem pendinginan mesin. Perbandingan sistem kerja mesin 4D30-C ketika dipakai sebagai mesin truk dan ketika dijadikan mesin Kapal PSP 01 disajikan pada Tabel 2 di bawah ini: Tabel 2 Perbandingan sistem kerja mesin Mitsubishi 4D30-C ketika dipakai sebagai mesin truk dan ketika dijadikan mesin Kapal PSP 01 No. Sistem kerja mesin Mitsubishi 4D30-C Keadaan ketika sebagai mesin truk Keadaan ketika menjadi mesin Kapal PSP 01 1. Sistem penyalaan Menggunakan dua buah accu masing-masing berkapasitas 100 Ah dan bertegangan 12 volt. Menggunakan empat buah accu masing-masing berkapasitas 100 Ah dan bertegangan 12 volt. 2. Sistem bahan bakar Menggunakan tangki bahan bakar berbahan logam. Menggunakan tangki bahan bakar berbahan fiberglass. 3. Sistem pelumasan Bagian karter atau penampung pelumas dapat menampung oli sebanyak empat liter. Bagian karter atau penampung pelumas diperbesar sehingga dapat menampung oli sebanyak dua belas liter. 4. Sistem transmisi Menggunakan gearbox empat kecepatan maju dan satu kecepatan mundur. Menggunakan transfer case tipe marine gearbox buatan Hangzhou Foda gearbox group dengan perbandingan reduksi 3:1. 5. Sistem pendinginan mesin Air tawar yang telah mendinginkan mesin didinginkan dalam kotak radiator oleh hembusan angin. Air tawar yang telah mendinginkan mesin didinginkan dalam kotak radiator yang berhimpit dengan kotak penampung air laut. Perpindahan panas terjadi dari air tawar menuju air laut namun tanpa bercampurnya kedua jenis air tersebut.