Mvv Maximum Vertical Velocity Boyden Index Theta-e Index Jefferson Index

kondisi tidak stabil terdapat gaya angkat ke atas yang dapat mendukung proses terjadinya hujan Tabel 2. Sumber lain juga menunjukkan bahwa dengan semakin negatif nilai LI yaitu mencapai -6 akan menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas sangat lebat Kim dan Lee 2005. Adapun persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai LI adalah �� = � 500 − � � 500 T 500 = Suhu di lapisan 500 mb T p 500 = Suhu parsel di lapisan 500 mb Tabel 2 Stabilitas atmosfer berdasarkan nilai LI Haby 2006 Nilai LI Stabilitas Atmosfer LI6 Kondisi sangat stabil 1 sampai 6 Kondisi stabil 0 sampai -2 Agak tidak stabil, terjadi mekanisme pengangkatan -2 sampai -6 Tidak stabil, thunderstorm sangat mungkin LI -6 Sangat tidak stabil, thunderstorm diikuti dengan mekanisme pengangkatan

2.1.3 Showalter Index

Indeks Showalter adalah indeks stabilitas yang digunakan untuk menentukan potensi badai dan stabilitas atmosfer. Nilai Indeks Showalter dihitung dari pengangkatan sebuah paket udara secara diabatik dari 850 mb sampai dengan 500 mb. Nilai indeks negatif menunjukkan atmosfer pada kondisi tidak stabil yang dapat memungkinkan terjadinya hujan lebat. Sebaliknya apabila nilai indeks ini positif maka menunjukkan atmosfer pada kondisi stabil. Tabel 3 Stabilitas atmosfer berdasarkan nilai Showalter Index Nilai Showalter Stabilitas Atmosfer Nilai positif Stabil 0 – -4 Kondisi tidak stabil -4 – -7 Kondisi sangat tidak stabil -8 Kondisi ekstrim tidak stabil

2.1.4 KI K-Index

KI adalah ukuran potensi badai akibat gerak konvektif, berdasarkan selang suhu vertikal, dan kelembaban atmosfer AWS, 1990. Indeks ini penting untuk memprediksi curah hujan dengan intensitas sangat lebat. KI = � 850 − � 500 + �� 850 − � 700 − �� 700 keterangan: T 500 , T 700 , T 850 = Suhu di lapisan 500, 700, dan 850 mb Td 700 , Td 850 = Suhu titik embun di lapisan 700 mb dan 850 mb Tabel 4 Interval nilai KI Haby 2006 KI Potensi gerak konveksi 15 – 25 Potensi konveksi kecil 26 – 39 Potensi konveksi sedang 40 + Potensi konveksi tinggi Menurut Haby 2006, dengan nilai indeks K lebih besar dari 40 menyebabkan konveksi yang tinggi Tabel 4, tetapi dalam penelitian yang telah dilakukan oleh pihak BMKG Cengkareng yang menunjukkan bahwa untuk wilayah Indonesia kejadian badai dengan konveksi yang tinggi banyak terjadi pada interval nilai KI antara 29-37 yaitu sekitar 74.72 kejadian badai, sedangkan untuk nilai indeks K yang lebih besar dari 37 hanya menghasilkan 9.62 kejadian badai.

2.1.5 CAPE Convective Available

Potential Energy CAPE adalah jumlah energi yang dimiliki oleh sebuah parsel udara jika diangkat secara vertikal pada jarak tertentu di atmosfer. CAPE dapat menggambarkan buoyancy positif dari sebuah parsel udara dan dapat mengindikasikan ketidakstabilan atmosfer. Peningkatan nilai CAPE umumnya menyebabkan konveksi semakin kuat sehingga nilai ini dapat digunakan sebagai indeks stabilitas atmosfer Tabel 5. Sumber lain menunjukkan bahwa nilai CAPE berkisar 1779 Jkg -1 – 2521 Jkg -1 akan menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas sangat lebat Kim dan Lee 2005. Tabel 5 Ketidakstabilan atmosfer menurut nilai CAPE AWS 1990 Nilai CAPE Jkg -1 Ketidakstabilan Atmosfer 1000 Lemah 1000 - 2500 Sedang 2500 Kuat

2.1.6 Mvv Maximum Vertical Velocity

Mvv merupakan nilai yang menunjukkan besarnya kecepatan maksimum parsel udara yang naik. Semakin tinggi nilai Mvv maka semakin cepat pembentukan awan Tabel 6. Tabel 6 Kecepatan maksimum naiknya parsel udara berdasarkan nilai Mvv Haby 2006 Nilai Mvv ms -1 Kecepatan maksimum naiknya parsel udara 40 Biasa 41 – 60 Kuat 61 – 80 Sangat kuat 81 Ekstrim

2.1.7 Boyden Index

Indeks Boyden merupakan nilai yang digunakan untuk mendiagnosis atau menduga terjadinya badai Haby 2006. Pada kondisi normal, indeks ini berkisar antara 94-99 dan dalam perhitungannya, informasi kelembaban tidak disertakan. BI = Z 700-100 – T 700 - 200 keterangan: Z 700-100 adalah ketebalan lapisan antara 700 dan 100 mb, T 700 suhu dalam derajat Celcius di 700 mb.

2.1.8 Theta-e Index

Nilai Theta-e digunakan untuk menilai potensi konveksi yang tinggi. Nilai Theta-e yang tinggi akan terkait dengan pendinginan yang cepat terhadap peningkatan ketinggian Tabel 7. Tabel 7 Potensial konveksi menurut Theta-e Haby 2006 Nilai Theta-e C Potensi Konveksi 5 Potensi konveksi kecil 5 - 9 Berpotensi konveksi tinggi 9 Sangat berpotensi konveksi tinggi

2.1.9 Jefferson Index

Indeks Jefferson sangat baik digunakan untuk menduga potensi badai dengan tidak ada mekanisme dinamik yang memicu. Indeks ini bernilai normal pada rentang 20 sampai 30. JI = 1,6 Tw 850 - T 500 - 0,5 D 700 – 8 Catatan: D 700 depresi suhu titik embun merupakan perbedaan antara suhu lingkungan dan suhu titik embun dalam hal ini pada 700 mb 2.1.10 SWEAT Index Indeks SWEAT digunakan untuk memperkirakan potensi cuaca buruk, tetapi tetap memperhitungkan adanya mekanisme pemicu lain yang dapat mempengaruhi terjadinya cuaca buruk. Apabila terdapat nilai indeks SWEAT yang tinggi pada pagi hari, dimungkinkan adanya nilai indeks SWEAT yang tinggi pada sore atau malam hari sebelumnya. Nilai indeks SWEAT yang rendah menandakan tidak adanya cuaca yang buruk tetapi nilai indeks ini dapat meningkat secara drastis selama periode 12 jam AWS 1990. Adapun persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai SWEAT adalah SWEAT = 12Td 850 + 20TT - 49 + 2f 850 + f 500 + 125s + 0.2; keterangan: Td 850 = suhu titik embun pada 850 mb TT = indeks Total Totals f 850 dan f 500 = kecepatan angin pada 850 dan 500 mb s = sin arah angin Menurut Haby 2006 cuaca akan memburuk apabila interval nilai indeks SWEAT berkisar antara 300-400 Tabel 8, tetapi untuk wilayah Indonesia yaitu pada wilayah Cengkareng didapatkan nilai antara 135-239 Budiarti et al. 2012 yang menunjukkan adanya kejadian cuaca yang buruk yakni badai. Tabel 8 Potensi cuaca buruk berdasarkan indeks SWEAT Haby 2006 Nilai SWEAT Kondisi Cuaca 150-300 Cuaca sedikit buruk 300-400 Kemungkinan buruk 400+ Cuaca sangat buruk

2.1.11 TQ-Index