Subyek dan Obyek Hak Guna Bangunan a.

55 Negara yang dikarenakan penetapan pemerintah. Selain itu Hak Guna Bangunan dapat terjadi di atas sebidang tanah Hak Milik yang dikarenakan adanya perjanjian yang berbentuk otentik antara pemilik tanah yang bersangkutan dengan pihak yang akan memperoleh Hak Guna Bangunan itu yang bermaksud menimbulkan hak tersebut. Hak Guna Bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain serta dapat dijadikan jaminan hutang. Dengan demikian, maka sifat-sifat dari Hak Guna Bangunan adalah : 54 1 Hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dalam arti dapat diatas Tanah Negara ataupun tanah milik orang lain. 2 Jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang 20 tahun lagi. 3 Dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain. 4 Dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan

2. Subyek dan Obyek Hak Guna Bangunan a.

Subyek Hak Guna Bangunan Subyek Hak Guna Bangunan menurut UUPA pasal 36 juncto Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah adalah Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum yang didirikan menurut hokum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Selanjutnya dalam Pasal 36 ayat 2 UUPA disebutkan bahwa : 54 Ali Achmad Chomzah, 2010, Hukum Pertanahan, Jakarta, Prestasi Pustaka, Hal. 31 Universitas Sumatera Utara 56 “Orang atau Badan Hukum yang mempunyai Hak Guna Bangunan dan tidak lagi memenuhi dalam jangka waktu 1 tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat” Ketentuan ini berlaku juga terhadap pihak lain yang memperoleh HGB jika ia tidak memenuhi syarat-syarat tersebut. Jika HGB yang bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut, maka hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain akan diindahkan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Terjadinya HGB berdasarkan asal tanahnya adalah sebagai berikut 55 : 1 Hak Guna Bangunan Atas Tanah Negara Hak Guna Bangunan ini terjadi dengan keputusan pemberian hak yang diberikan oleh Badan Pertanahan Nasional berdasarkan Pasal 4, Pasal 9, dan Pasal 14 Peraturan Menteri Negara AgraiaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 dan prosedur terjadinya Hak Guna Bangunan ini diatur dalam pasal 32 sampai dengan Pasal 48 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999. Hak Guna Bangunan ini terjadi sejak keputusan pemberian hak tersebut didaftarkan oleh pemohon kepada Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat untuk dicatat dalam 55 Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak atas Tanah, Kencana, Jakarta, 2005, hal. 106-107. Universitas Sumatera Utara 57 Buku tanah, sebagai tanda bukti haknya diterbitkan sertipikat Pasal 22 dan Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. 2 Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Pengelolaan Hak Guna Bangunan ini terjadi dengan keputusan pemberian hak atas usul pemegang HPL, yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional berdasarkan Pasal 4 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 dan prosedur terjadinya Hak Guna Bangunan ini diatur dalam Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999. Hak Guna Bangunan ini terjadi sejak keputusan pemberian hak tersebut didaftarkan kepada Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat untuk dicatat dalam buku tanah, sebagai tanda bukti diterbitkannya Sertipikat Hak Guna Bangunan 56 Pasal 22 dan Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. 3 Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Milik Hak Guna Bangunan ini terjadi dengan pemberian oleh pemegang hak milik dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah selanjutnya disebut “PPAT”. Akta PPAT ini wajib didaftarkan kepada Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat untuk dicatat dalam buku tanah Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 40 56 Lihat Pasal 22 dan 23 PP No. 401996. Universitas Sumatera Utara 58 Tahun 1996. HGB dapat diberikan atas hak milik atau hak pengelolaan atau tanah Negara, dengan ketentuan apabila hak guna bangunan hapus, maka hak atas tanahnya kembali kepada penguasa asalnya. Hak Guna Banggunan atas tanah hak Pengelolaan dapat diperpanjang atau diperbaharui haknya atas permohonan pemegang hak setelah mendapat persetujuan dari pemegang Hak Pengelolaan. Mengenai tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Bangunan telah diatur dalam UUPA dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996. Bila melihat pada Pasal 37 UUPA, maka dapat dimengerti bahwa Hak Guna Bangunan dapat diberikan di atas tanah Negara yang didasari penetapan dari pemerintah. Selain itu Hak Guna Bangunan juga dapat diberikan di atas tanah Hak Milik berdasar pada adanya kesepakatan yang berbentuk otentik antara pemilik tanah dengan pihak yang bermaksud menimbulkan atau memperoleh HGB tersebut.

b. Obyek Hak Guna Bangunan

Melihat pada ketentuan Pasal 21 PP No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah disebutkan bahwa tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Bangunan adalah: 57 1 Tanah Negara; 2 Tanah Hak Pengelolaan; 3 Tanah Hak Milik. 57 Lihat Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996. Universitas Sumatera Utara 59 Dengan demikian dapat diketahui pula bahwa obyek dari Hak Guna Bangunan adalah Tanah Negara, tanah hak pengelolaan dan tanah Hak Milik dari seseorang. Ketentuan mengenai Hak Guna Bangunan yang diberikan di atas tanah negara dan tanah Hak Pengelolaan, diatur lebih lanjut dalam ketentuan Pasal 22 dan Pasal 23 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996, dan pada dasarnya Hak Guna Bangunan yang diberikan di atas tanah Negara dan tanah Hak Pengelolaan diberikan berdasarkan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 tahun 1999, tentang Tata Cara Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan, dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala BPN No.3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara.

3. Hak dan Kewajiban Pemegang Hak Guna Bangunan a. Hak Pemegang Hak Guna Bangunan

Dokumen yang terkait

PPemberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan yang Objeknya Hak Guna Bangunan(Studi pada Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan)

3 124 100

Pelaksanaan Pembebanan Hak Tanggungan Atas Tanah Sebagai Jaminan Kredit Pada PT. Bank Dipo Internasional Cabang Medan

0 63 137

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK SELAKU KREDITUR PREFERENCE PEMEGANG HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA HAK GUNA BANGUNAN (HGB).

1 1 93

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK SELAKU KREDITUR PREFERENCE PEMEGANG HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA HAK GUNA BANGUNAN (HGB).

1 3 93

BAB II KEDUDUKAN BANK SELAKU PEMEGANG HAK TANGGUNGAN ATAS BERAKHIRNYA SERTIPIKAT HAK GUNA BANGUNAN DIATAS HAK PENGELOLAAN (HPL) YANG MENJADI OBJEK JAMINAN A. Tinjauan Umum Hak Tanggungan 1. Pengertian Hak Tanggungan - Kajian Hukum Terhadap Kedudukan Bank

0 0 50

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kajian Hukum Terhadap Kedudukan Bank Selaku Pemegang Hak Tanggungan Atas Berakhirnya Sertipikat Hak Guna Bangunan Diatas Hak Pengelolaan (Hpl) Yang Menjadi Objek Jaminan (Studi : Pt Bank Internasional Indonesia, Tbk

0 0 30

Kajian Hukum Terhadap Kedudukan Bank Selaku Pemegang Hak Tanggungan Atas Berakhirnya Sertipikat Hak Guna Bangunan Diatas Hak Pengelolaan (Hpl) Yang Menjadi Objek Jaminan (Studi : Pt Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan Diponegoro)

0 0 15

PPemberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan yang Objeknya Hak Guna Bangunan(Studi pada Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan)

0 0 26

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK SELAKU KREDITUR PREFERENCE PEMEGANG HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA HAK GUNA BANGUNAN (HGB)

0 0 53

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK SELAKU KREDITUR PREFERENCE PEMEGANG HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA HAK GUNA BANGUNAN (HGB)

0 0 53