Hak dan Kewajiban Pemegang Hak Guna Bangunan a. Hak Pemegang Hak Guna Bangunan Hapusnya Hak Guna Bangunan

59 Dengan demikian dapat diketahui pula bahwa obyek dari Hak Guna Bangunan adalah Tanah Negara, tanah hak pengelolaan dan tanah Hak Milik dari seseorang. Ketentuan mengenai Hak Guna Bangunan yang diberikan di atas tanah negara dan tanah Hak Pengelolaan, diatur lebih lanjut dalam ketentuan Pasal 22 dan Pasal 23 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996, dan pada dasarnya Hak Guna Bangunan yang diberikan di atas tanah Negara dan tanah Hak Pengelolaan diberikan berdasarkan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 tahun 1999, tentang Tata Cara Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan, dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala BPN No.3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara.

3. Hak dan Kewajiban Pemegang Hak Guna Bangunan a. Hak Pemegang Hak Guna Bangunan

Dalam hal ini Hak pemegang Hak Guna Bangunan adalah kewenangan secara umum dan kewenangan secara khusus. Kewenangan secara umum dapat dilihat dalam pasal 4 ayat 2 UUPA yang menjelaskan bahwa “Hak-hak atas tanah member wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas Universitas Sumatera Utara 60 menurut Undang-Undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi. Kewenangan secara khusus dapat dilihat dalam pasal 32 PP No. 40 Tahun 1996 yang menyebutkan bahwa : 58 “Pemegang Hak Guna Bangunan berhak menguasai dan mempergunakan tanah yang diberikan dengan Hak Guna Bangunan selama waktu tertentu untuk mendirikan dan mempunyai bangunan selama waktu tertentu untuk mendirikan dan mempunyai bangunan untuk keperluan pribadi atau usahanya serta untuk mengalihkan hak tersebut kepada pihak lain dan membebaninya.

b. Kewajiban Pemegang Hak Guna Bangunan

Kewajiban pemegang Hak Guna Bangunan dapat dilihat dalam pasal 30 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 yang menyebutkan bahwa: 59 1 Membayar uang pemasukan yang jumlah dan cara pembayarannya ditetapk an dalam keputusan pemberian haknya; 2 Menggunakan tanah sesuai dengan peruntukannya dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan dan perjanjian pemberiannya; 3 Memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada diatasnya serta menjaga kelestarian lingkungan hidup; 58 Lihat pasal 32 PP No. 40 Tahun 1996 59 Lihat pasal 30 PP No. 40 Tahun 1996 Universitas Sumatera Utara 61 4 Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan Hak Guna Bangunan kepada Negara, pemegang Hak Pengelolaan atau pemegang Hak Milik sesudah Hak Guna Bangunan itu hapus; 5 Menyerahkan Sertipikat Hak Guna Bangunan yang telah hapus kepada Kepala Kantor Pertanahan;

4. Hapusnya Hak Guna Bangunan

Ketentuan-ketentuan mengenai hapusnya Hak Guna Bangunan diatur dalam Pasal 40 UUPA, yang menyatakan bahwa : Hak Guna Bangunan hapus karena: 1 Jangka waktunya telah berakhir; 2 Dihentikan sebelum waktu berakhir karena salah satu syarat tidak terpenuhi; 3 Dilepaskan oleh pemegangnya sebelum jangka waktu berakhir; 4 Dicabut untuk kepentingan umum 5 Tanah tersebut ditelantarkan 6 Tanah itu musnah 7 Ketentuan dalam Pasal 36 ayat 2. Ketentuan Pasal 40 UUPA tersebut selanjutnya juga di atur dalam Pasal 35 PP No.40 Tahun1996, yang menyebutkan : 60 60 Lihat pasal 35 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Universitas Sumatera Utara 62 1 Hak Guna Bangunan hapus karena : a. berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian atau perpanjangannya; b. dibatalkan haknya oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka waktunya berakhir karena: a tidak terpenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak danatau dilanggarnya ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan atau Pasal 14; b putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap; c dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir; d dicabut berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 1961; e ditelantarkan; f tanahnya musnah; g ketentuan Pasal 20 ayat 2. 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai hapusnya Hak Guna Bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dengan Keputusan Presiden. Kemudian disebutkan dalam pasal 38 PP No. 40 Tahun 1996 bahwa 61 , Apabila Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan atau atas tanah Hak Milik hapus karena sebagaimana dimaksud pada pasal 35, maka bekas 61 Lihat Pasal 38 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Universitas Sumatera Utara 63 pemegang Hak Guna Bangunan wajib menyerahkan tanahnya kepada pemegang Hak Pengelolaan atau pemegang Hak Milik dan memenuhi ketentuan yang telah disepakati dalam perjanjian penggunaan tanah Hak Pengelolaan atau Perjanjian pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik.

C. Tinjauan Umum Hak Pengelolaan 1. Pengertian Hak Pengelolaan

Hak Pengelolaan lahir dan berkembang sesuai dengan terjadinya perkembangan suatu daerah bahwa banyak rumah dengan bentuk pertokoan dan tempat usaha yang terdapat di perkotaan yang mempergunakan tanah dengan dasar Hak Pengelolaan. 62 Hak Pengelolaan merupakan suatu hak atas tanah yang sama sekali tidak ada istilahnya dalam Undang-Undang Pokok Agraria UUPA dan khusus hak ini terdapat diluar ketentuan UUPA. 63 Hak Pengelolaan dalam hukum tanah Nasional tidak disebutkan dalam Undang-Undang Pokok Agraria yang secara terperinci pengertian tersebut diturunkan dari pasal 2 ayat 4 UUPA, yakni sebagai berikut : “Hak menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, 62 A.P. Parlindungan, Hak Pengelolaan Menurut Sistem U.U.P.A Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung, 1989, hal. 1 63 Ibid, hal. 1. Universitas Sumatera Utara 64 sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional menurut ketentuan-ketentuan peraturan pemerintah”. Boedi Harsono dan AP. Parlindungan menyatakan, bahwa istilah Pengelolaan kemudian disebut dalam Penjelasan Umum II angka 2 UUPA yang menyatakan, bahwa Negara dapat memberikan tanah kepada seseorang atau Badan Hukum dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya, misalnya Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai, atau memberikannya dalam Pengelolaan kepada suatu Badan Penguasa Departemen, Jawatan, atau Daerah Swatantra untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing. Bertitik tolak dari Penjelasan Umum II angka 2 UUPA tersebut, maka dapat dikatakan bahwa landasan Hukum dari Hak Pengelolaan adalah UUPA. Hak Pengelolaan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda beheer recht atau Hak Penguasaan. Istilah penguasaan itu sendiri berasal dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah Negara, yang isinya : a Merencanakan peruntukan, penggunaan tanah tersebut; b Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya; c Menerima uang pemasukan, ganti rugi, atau uang wajib tahunan. 64 Dalam perkembangannya istilah Hak Pengelolaan tersebut diartikan sebagai Hak Menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya. Hal ini sebagai dimaksud dalam Pasal 1 ayat 3 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara dan Kebijakan 64 A.P. Parlindungan, Hak Pengelolaan menurut Sistem UUPA, Ibid, hal. 6 Universitas Sumatera Utara 65 Selanjutnya. Pasal 2 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara dan Kebijakan selanjutnya tersebut menyatakan, bahwa jika Tanah Negara selain dipergunakan untuk kepentingan instansi-instansi itu sendiri, dimaksudkan juga untuk diberikan dengan sesuatu hal kepada pihak ketiga, maka hak penguasaan tersebut dikonversi menjadi Hak Pengelolaan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5a dan Pasal 6, berlangsung selama tanah tersebut dipergunakan untuk keperluan itu oleh instansi yang bersangkutan. Saat ini istilah hak Pengelolaan tersebut dapat diketemukan dalam Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, yaitu diartikan sebagai Hak Menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.

2. Hak Pengelolaan Sebagai Pelaksanaan Pelimpahan Sebagian Wewenang Hak Menguasai Negara

Dokumen yang terkait

PPemberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan yang Objeknya Hak Guna Bangunan(Studi pada Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan)

3 124 100

Pelaksanaan Pembebanan Hak Tanggungan Atas Tanah Sebagai Jaminan Kredit Pada PT. Bank Dipo Internasional Cabang Medan

0 63 137

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK SELAKU KREDITUR PREFERENCE PEMEGANG HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA HAK GUNA BANGUNAN (HGB).

1 1 93

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK SELAKU KREDITUR PREFERENCE PEMEGANG HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA HAK GUNA BANGUNAN (HGB).

1 3 93

BAB II KEDUDUKAN BANK SELAKU PEMEGANG HAK TANGGUNGAN ATAS BERAKHIRNYA SERTIPIKAT HAK GUNA BANGUNAN DIATAS HAK PENGELOLAAN (HPL) YANG MENJADI OBJEK JAMINAN A. Tinjauan Umum Hak Tanggungan 1. Pengertian Hak Tanggungan - Kajian Hukum Terhadap Kedudukan Bank

0 0 50

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kajian Hukum Terhadap Kedudukan Bank Selaku Pemegang Hak Tanggungan Atas Berakhirnya Sertipikat Hak Guna Bangunan Diatas Hak Pengelolaan (Hpl) Yang Menjadi Objek Jaminan (Studi : Pt Bank Internasional Indonesia, Tbk

0 0 30

Kajian Hukum Terhadap Kedudukan Bank Selaku Pemegang Hak Tanggungan Atas Berakhirnya Sertipikat Hak Guna Bangunan Diatas Hak Pengelolaan (Hpl) Yang Menjadi Objek Jaminan (Studi : Pt Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan Diponegoro)

0 0 15

PPemberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan yang Objeknya Hak Guna Bangunan(Studi pada Bank Internasional Indonesia, Tbk Cabang Medan)

0 0 26

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK SELAKU KREDITUR PREFERENCE PEMEGANG HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA HAK GUNA BANGUNAN (HGB)

0 0 53

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK SELAKU KREDITUR PREFERENCE PEMEGANG HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA HAK GUNA BANGUNAN (HGB)

0 0 53