6
2.3 Pengujian Kecernaan
Pengujian kecernaan dilakukan untuk mengetahui kecernaan bahan DDGS. Kegiatan ini diawali dengan pengumpulan feses pada hari ke-6 setelah ikan diberi
pakan untuk pengujian kecernaan Pakan RD dan TD. Feses ikan dikumpulkan selama 2 minggu pemeliharaan. Selama kurun waktu tersebut feses disimpan pada
botol film yang diletakkan di dalam lemari pendingin. Feses yang telah terkumpul dikeringkan di oven pada suhu 110°C selama 6
jam. Selanjutnya dilakukan analisis kandungan protein dan Cr
2
O
3
Lampiran 1. Pengukuran kadar Cr
2
O
3
dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer panjang gelombang 350 nm.
2.4 Analisis Proksimat
Analisis proksimat dilakukan terhadap bahan baku pakan, pakan uji, ikan uji, dan feses. Analisis proksimat untuk kadar air menggunakan metode
pemanasan dalam oven bersuhu 105-110°C, serat kasar menggunakan metode pelarutan sampel dengan asam kuat, basa kuat, dan pemanasan, protein kasar
menggunakan metode Kjeldahl, lemak kering dengan metode Soxhlet, lemak basah dengan metode Folch, dan kadar abu dengan pemanasan dalam tanur
bersuhu 600°C Watanabe, 1988. Metode analisis proksimat dijelaskan pada Lampiran 2.
2.5 Parameter yang Diukur
2.5.1 Jumlah Konsumsi Pakan JKP
Jumlah konsumsi pakan JKP diketahui setelah kegiatan pemeliharaan selesai. Nilai JKP diperoleh dengan cara mengurangi total pakan yang diberikan
pada ikan selama pemeliharan dengan sisa pakan yang tidak termakan.
2.5.2 Laju Pertumbuhan Harian LPH
Laju pertumbuhan harian ikan uji dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Halver 1989, yaitu:
7 Keterangan:
Α = Laju pertumbuhan harian LPH
Wt = Rata-rata bobot individu pada waktu akhir pemeliharaan g Wo = Rata-rata bobot individu pada waktu awal pemeliharaan g
T
= Lama waktu pemeliharaan hari 2.5.3
Efisiensi Pakan EP
Efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan yang
dikemukakan oleh Steffens 1989, yaitu: EP = {[Wt + D
– Wo] F} × 100 Keterangan:
EP = Efisiensi Pakan
F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan g
Wt = Biomassa ikan pada waktu akhir pemeliharaan g Wo = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan g
D = Bobot ikan yang mati selama pemeliharaan g
2.5.4 Kelangsungan Hidup SR
Kelangsungan hidup SR diperoleh berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Zonneveld et al. 1991, yaitu:
SR = [Nt No] x 100 Keterangan:
SR = Survival Rate Nt
= Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan
2.5.5 Kecernaan Bahan
Kecernaan total dan kecernaan protein dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Watanabe 1988 dan NRC 1993, yaitu:
Kecernaan total = 100 - [100 × bb’]
Kecernaan protein = [1 - a ’a × bb’] × 100
Keterangan: a
= protein dalam pakan a
’ = protein dalam feses b
= Cr
2
O
3
dalam pakan b
’ = Cr
2
O
3
dalam feses
8 Nilai kecernaan masing-masing bahan uji yang digunakan dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Watanabe 1988, yaitu:
Kecernaan bahan = ADT – 0,7 AD 0,3
Keterangan: ADT = nilai kecernaan pakan uji
AD = nilai kecernaan pakan acuan
2.5.6 Retensi Protein
Nilai retensi protein dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Watanabe 1988, yaitu:
RP = [F-IP] x 100 Keterangan :
RP = Retensi protein F
= Jumlah protein tubuh ikan pada akhir pemeliharaan g I
= Jumlah protein tubuh ikan pada awal pemeliharaan g P
= Jumlah protein yang dikonsumsi ikan g
2.5.7 Retensi Lemak
Nilai retensi lemak dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Watanabe 1988, yaitu:
RL = [F-IL] x 100 Keterangan:
RL = Retensi lemak F
= Jumlah lemak tubuh ikan pada akhir pemeliharaan g I
= Jumlah lemak tubuh ikan pada awal pemeliharaan g L
= Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan g
2.6 Analisis Statistik
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan SPSS 16.0. Dilakukan analisis ragam dengan tingkat kepercayaan 95. Kemudian untuk melihat perbedaan perlakuan maka dilakukan uji lanjut
dengan uji Duncan.
9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil pengujian kecernaan berupa kecernaan total dan protein dari pakan dan DDGS pada ikan gurame disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil perlakuan uji kecernaan DDGS pada ikan gurame Perlakuan
Kecernaan Total
Kecernaan Protein
Kecernaan Total DDGS
Kecernaan Protein DDGS
RD 63,95
84,42 55,16
85,35 TD
61,31 84,70
Kecernaan total DDGS pada ikan gurame berdasarkan Tabel 4 diketahui sebesar 55,16 dan kecernaan protein DDGS sebesar 85,35. Nilai kecernaan
total dan protein dari DDGS ini diperoleh setelah dilakukan perhitungan terhadap kecernaan total dan protein pakan perlakuan. Nilai kecernaan total RD adalah
sebesar 63,95 sedangkan nilai kecernaan total TD sebesar 61,31. Kemudian untuk kecernaan protein RD dan TD secara berurutan adalah sebesar 84,42 dan
84,70. Penambahan DDGS pada pakan uji dengan kadar yang berbeda yaitu 0,
10, 20, dan 30 yang diberikan selama 40 hari, menunjukkan pertumbuhan ikan gurame. Hal ini ditandai dengan peningkatan bobot ikan gurame pada setiap
perlakuan. Peningkatan bobot tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peningkatan bobot rata-rata ikan gurame yang diberi pakan perlakuan DDGS dengan kadar yang berbeda.
4,71 4,74
4,64 4,82
14,37 14,41
14,61
16,72
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
12,00 14,00
16,00 18,00
20,00
10 20
30
B ob
ot r
at a
-r at
a ik
an
gr am
Perlakuan Bobot rata-rata awal gram
Bobot rata-rata akhir gram