9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil pengujian kecernaan berupa kecernaan total dan protein dari pakan dan DDGS pada ikan gurame disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil perlakuan uji kecernaan DDGS pada ikan gurame Perlakuan
Kecernaan Total
Kecernaan Protein
Kecernaan Total DDGS
Kecernaan Protein DDGS
RD 63,95
84,42 55,16
85,35 TD
61,31 84,70
Kecernaan total DDGS pada ikan gurame berdasarkan Tabel 4 diketahui sebesar 55,16 dan kecernaan protein DDGS sebesar 85,35. Nilai kecernaan
total dan protein dari DDGS ini diperoleh setelah dilakukan perhitungan terhadap kecernaan total dan protein pakan perlakuan. Nilai kecernaan total RD adalah
sebesar 63,95 sedangkan nilai kecernaan total TD sebesar 61,31. Kemudian untuk kecernaan protein RD dan TD secara berurutan adalah sebesar 84,42 dan
84,70. Penambahan DDGS pada pakan uji dengan kadar yang berbeda yaitu 0,
10, 20, dan 30 yang diberikan selama 40 hari, menunjukkan pertumbuhan ikan gurame. Hal ini ditandai dengan peningkatan bobot ikan gurame pada setiap
perlakuan. Peningkatan bobot tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peningkatan bobot rata-rata ikan gurame yang diberi pakan perlakuan DDGS dengan kadar yang berbeda.
4,71 4,74
4,64 4,82
14,37 14,41
14,61
16,72
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
12,00 14,00
16,00 18,00
20,00
10 20
30
B ob
ot r
at a
-r at
a ik
an
gr am
Perlakuan Bobot rata-rata awal gram
Bobot rata-rata akhir gram
10 Peningkatan bobot ikan gurame berdasarkan Gambar 2 menunjukkan
perlakuan DDGS 30 memiliki nilai peningkatan yang paling besar dibandingkan perlakuan lainnya yaitu sebesar 346, sehingga bobot akhir rata-
rata ikan gurame menjadi 16,72 gram. Kemudian untuk ketiga perlakuan lainnya yaitu perlakuan DDGS 0, 10, dan 20 secara berturut-turut terjadi
peningkatan bobot tubuh ikan sebesar 305, 304, dan 315.
Tabel 5. Jumlah konsumsi pakan JKP, retensi protein RP, retensi lemak RL, laju pertumbuhan harian LPH, kelangsungan hidup SR, dan efisiensi
pakan EP ikan gurame selama perlakuan
Parameter Uji Penggunaan DDGS
10 20
30 JKP gram
141,08 ± 4,41
a
139,07 ± 6,77
a
140,06 ± 16,42
a
159,22 ± 21,15
a
RP 25,02 ± 1,71
a
23,07 ± 0,88
ab
22,24 ± 1,12
b
16,29 ± 1,05
c
RL 31,36 ± 0,05
c
47,28 ± 0,38
b
52,26 ± 1,30
a
53,32 ± 1,30
a
LPH 2,82 ± 0,20
a
2,82 ± 0,15
a
2,90 ± 0,32
a
2,91 ± 0,29
a
SR 100 ± 0,00
a
100 ± 0,00
a
100 ± 0,00
a
100 ± 0,00
a
EP 68,36 ± 4,45
ab
69,46 ± 2,16
ab
71,05 ± 2,08
a
64,52 ± 2,02
b
Keterangan: Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata ± standar deviasi. Huruf super skrip yang sama dalam satu baris menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata P0,05. Data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 3-5. Kemudian untuk analisis statistik pada Lampiran 6-11.
Tabel 5 menunjukkan penggunaan DDGS pada pakan dengan kadar yang berbeda memberikan pengaruh jumlah konsumsi pakan yang tidak berbeda nyata
dengan kontrol DDGS 0, demikian juga dengan laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup P0,05. Efisiensi pakan tertinggi
terdapat pada perlakuan DDGS 20, sedangkan efisiensi pakan terendah pada perlakuan DDGS 30 P0,05 .
Nilai retensi menggambarkan banyaknya protein dan lemak yang tersimpan di dalam tubuh ikan uji. Nilai retensi protein DDGS 10 tidak berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol P0,05, namun perlakuan DDGS 20 dan DDGS 30 berbeda nyata dengan perlakuan kontrol P0,05. Berdasarkan Tabel 5 juga
diketahui nilai retensi protein semakin menurun dengan semakin besarnya penambahan DDGS pada pakan, yaitu kontrol DDGS 0 memiliki nilai retensi
protein tertinggi dan nilai retensi protein terendah pada perlakuan DDGS 30. Sebaliknya, nilai retensi lemak semakin tinggi dengan semakin besarnya jumlah
11 DDGS pada pakan serta nilai retensi lemak semua perlakuan berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol P0,05.
3.2 Pembahasan