31
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN
JUAL BELI MOBIL BEKAS
E. Pengertian Perjanjian serta Asas-Asas Perjanjian
1. Pengertian Perjanjian
Pasal 1313 KUHPerdata mengatur bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lainnya. Pasal ini menerangkan secara sederhana tentang pengertian perjanjian yang menggambarkan tentang danya dua pihak yang saling
mengikatkan diri. Pengertian ini sebenarnya tidak begitu lengkap, tetapi dengan pengertian ini sudah jelas bahwa dalam perjanjian itu terdapat satu pihak
mengikatkan dirinya kepada pihak lain.
40
MenurutSubekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana ada seorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal.Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu
perikatan antara dua orang yang membuatnya.Dalam bentuknya, perjanjian berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang
diucapkan atau ditulis.
41
Hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di sampingnya
40
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011, hal. 63
41
Subekti, Hukum Perjanjian, cetakan 19, Jakarta: Intermasa, 2001, hal. 1.
sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan
perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya.
42
Menurut Sudikno Mertokusumo, perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat
hukum. Maksudnya, kedua pihak tersebut sepakat untuk menentukan peraturan atau kaidah atau hak dan kewajiban yang mengikat mereka untuk ditaati dan
dilaksanakan. Kesepakatan tersebut adalah untuk menimbulkan akibat hukum, yaitu menimbulkan hak dan kewajiban, sehingga apabila kesepakatan itu
dilanggar maka akan ada akibat hukumnya atau sanksi bagi si pelanggar.
43
2. Asas-Asas Perjanjian Asas-asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar yang ada di dalam dan
belakang tiap-tiap sistem hukum, yang telah mendapat bentuk sebagai perundang- undangan atau putusan pengadilan, dan ketentuan-ketentuan dan keputusan itu
dapat dipandang sebagai penjabarannya. Dengan demikian, asas-asas hukum selalu merupakan fenomena yang penting dan mengambil tempat yang sentral
dalam hukum positif.
44
Asas-asas hukum berfungsi sebagai pendukung bangunan hukum, menciptakan harmonisasi, keseimbangan dan mencegah adanya tumpang tindih
diantara semua norma hukum yang ada. Asas hukum juga menjadi titik tolak pembangunan sistem hukum dan menciptakan kepastian hukum yang
42
Ibid
43
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberti, 1986, hal. 97-98.
44
Nyoman Serikat Putra Jaya, Politik Hukum, Semarang: Undip, 2007, hal. 23
diberlakukan dalam masyarakat. Berdasarkan teori, di dalam suatu hukum kontrak terdapat lima asas yang dikenal menurut ilmu hukum perdata. Kelima asas itu
antaralain adalah: asas kebebasan berkontrak freedom of contract, asas konsensualisme concsensualism, asas kepastian hukum pacta sunt servanda,
asas itikad baik good faith dan asas kepribadian personality.
45
1 Membuat atau tidak membuat perjanjian; Berikut ini
adalah penjelasan mengenai asas-asas dimaksud yaitu: a. Asas kebebasan berkontrak freedom of contract
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, di dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Asas ini merupakan suatu asas yang
memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:
2 Mengadakan perjanjian dengan siapa pun; 3 Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;
4 Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.
46
b. Asas konsensualisme concensualism Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUH
Perdata. Dalam Pasal 1320 KUH Perdata penyebutnya tugas sedangkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata ditemukan dalam istilah semua. Kata-
kata semua menunjukkan bahwa setiap orang diberi kesempatan untuk menyatakan keinginannya will, yang dirasanya baik untuk menciptakan
45
S. Imran, Asas-Asas Dalam Berkontrak: Suatu Tinjauan Historis Yuridis Pada HukumPerjanjian Artikel Hukum Perdata: www.legalitas.org, 2007, diakses tanggal 1 Mei 2014
46
Ibid
perjanjian. Asas ini sangat erat hubungannya dengan asas kebebasan mengadakan perjanjian.
47
Indonesia merupakan negara hukum dimana negara hukum bertujuan untuk menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam
masyarakat. Hukum bertujuan untuk mewujudkan kepastian dalam Perjanjian yang telah terbentuk dengan tercapainya kata sepakat
consensus di antara para pihak. Perjanjian ini tidak memerlukan formalitas lain lagi sehingga dikatakan juga perjanjian ini sebagai
perjanjian bebas bentuk. Jika perjanjian ini dituangkan dalam bentuk tertulis, maka tulisan itu hanya merupakan alat bukti saja dan bukan syarat
untuk terjadinya perjanjian. Perjanjian tersebut dinamakan perjanjian konsensuil.
Ada kalanya menetapkan perjanjian itu harus diadakan secara tertulis atau dengan akta notaris, akan tetapi hal ini ada pengecualiannya
yaitu undang-undang menetapkan formalitas-formalitas tertentu untuk beberapa macam perjanjian karena adanya ancaman batal apabila
perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat-syarat yang dimaksud Pasal 1320 KUHPerdata, seperti perjanjian hibah harus dengan akta notaris,
perjanjian perdamaian harus secara tertulis. Perjanjian yang ditetapkan dengan suatu formalitas tertentu tersebut dengan perjanjian formil.
c. Asas kepastian hukum pacta sunt servanda
47
Mariam Darus Badrulzaman, dkk.,Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung:Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 113
hubungan antar manusia, yaitu menjamin prediktabilitas, dan juga bertujuan untuk mencegah bahwa hak yang terkuat yang berlaku.
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian.
Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para
pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata.
Abdullah Choliq, Implementasi asas kepastian hukum ini menuntut dipenuhinya hal-hal sebagai berikut :
1 Syarat legalitas dan konstitusionalitas, tindakan pemerintah dan pejabatnya bertumpu pada perundang-undangan dalam kerangka
konstitusi. 2 Syarat undang-undang menetapkan berbagai perangkat aturan tentang
cara pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan. 3 Syarat perundang-undangan hanya mengikat warga masyarakat setelah
diundangkan dan tidak berlaku surut Non Retroaktif. 4 Asas peradilan bebas terjaminnya obyektifitas, imparsialitas, adil dan
manusiawi.
48
48
Abdullah Choliq, Fungsi Hukum Dan Asas-Asas Dasar Negara Hukum, http:pacilacapkab. go.idartikelRefleksi-Hukum.pdf, diakses pada tanggal 1 Oktober 2014
d. Asas itikad baik good faith Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik Pasal 1338 ayat
3 KUHPerdata. Iktikad baik ada dua yaitu: 1 Bersifat objektif, artinya mengindahkan kepatutan dan kesusilaan.
2 Bersifat subjektif, artinya ditentukan sikap batin seseorang.
49
Asas itikad baik terkandung dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang dinyatakan bahwa perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik. Asas ini berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian dan berlaku bagi debitur maupun bagi kreditur.
Dalam hukum benda, itikad baik, artinya kejujuran atau bersih. Seorang pembeli beritikad baik adalah orang jujur, orang bersih. Ia tidak
mengetahui tentang adanya cacat-cacat yang melekat pada barang yang dibelinya, dalam arti cacat mengenai asal-usulnya. Sedangkan pengertian
itikad baik dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan perjanjian harus berjalan dengan mengindahkan
norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Ketentuan Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata juga memberikan
kekuasaan pada hakim untuk mengawasi pelaksanaan suatu perjanjian jangan sampai pelaksanaan itu melanggar kepatutan dan keadilan
e. Asas kepribadian personality Merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan dan atau membuat perjanjian hanya untuk kepentingan
49
Handri Rahardjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Jakarta : Pustaka Yustisia, 2009, hal. 45.
perseorangan saja. Hal ini dapat diketahui dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata dinyatakan pada umumnya seseorang tidak dapat
mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri. Inti ketentuan ini bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian
hanya untuk kepentingan diri sendiri. Lebih lanjut Pasal 1340 KUHPerdata dinyatakan bahwa perjanjian hanya berlaku antara pihak yang
membuatnya. Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya, namun ketentuan ini ada
pengecualian sebagaimana yang termuat dalam Pasal 1317 KUHPerdata, yang dinyatakan bahwa dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan
pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu.
Pasal ini menginstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga dengan suatu syarat ditentukan
F. Syarat Syahnya Perjanjian