1 Waktu dan Lokasi Penelitian 2 Alat dan Bahan 5 Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dalam jangka waktu Mei - September 2011. Pengambilan data lapangan dilakukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang terletak pada ketinggian 1310 – 1350 mdpl Gambar 1. Wilayah studi ditentukan di wilayah yang dipastikan merupakan habitat dari Katak Pohon Jawa Rhacoporus margaritifer. Pengamatan dilakukan sepanjang jalur pos Panyangcangan hingga Curug Tiga Cibereum dengan panjang ± 0,6 Km. Keseluruhan pengambilan data pengamatan dilaksanakan pada tanggal 30 Mei – 6 Juni, 14 -21 Agustus, dan 15-23 September 2011. Gambar 1 Peta P. Jawa dan kawasan Taman nasional Gunung Gede Pangrango Sumber: http:gedepangrango.org . 2 cm 10 cm

3. 2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian berupa perlengkapan radio telemetri radio merk Yaesu type FT-817 ND, transmiter type BD-2N buatan Holohil ltd., antena YAGI 3 elemen Gambar 2, alat tulis menulis, benang jahit, selang plastik pita perekat, gunting, pinset, dan MS222 tricaine methanesulfonate. Alat yang digunakan untuk pengukur pergerakan Rhacophorus margaritifer berupa senter headlamp, baterai, kantong spesimen, jam tangan, tally sheet, alat tulis, caliper, neraca pegas ukuran 5, 10, 30, 60, 100g, laser pengukur jarak, kompas, dan GPS . Alat untuk mengukur faktor lingkungan i- button yang berfungsi sebagai pengukur suhu dan kelembaban udara secara otomatis, Alat dokumentasi berupa kamera digital dan baterai. Objek penelitian terdiri dari katak R. margaritifer dan habitatnya. Gambar 2 Transmiter type BD-2N Holohil ltd. www.holohil.com, RadioYAESU type FT 817 ND www.rigpix.com, I button www.maxim-ic.com .

3. 3 Pemasangan Transmiter

Setiap katak yang diamati ditangkap langsung pada lokasi penelitian. Katak yang ditangkap terlebih dahulu ditimbang dan diukur panjang tubuhnya Snout Vent LengthSVL dengan menggunakan kaliper dan mengukur berat tubuh dengan menggunakan neraca pegas Gambar 3. Skala 1:2 Pemasangan transmiter dilakukan dengan beberapa beberapa tahap yaitu : a. Katak yang sebelumya sudah ditangkap dan diukur dibuat agar pingsan dengan menggunakan bubuk MS 222, katak yang akan dijadikan objek dipilih yang memiliki bobot ≥ 5 gram karena bobot dari transmiter sendiri sebesar 0,43 gram. b.Persiapan pemasangan transmiter metode pemasangan harness dilakukan selama menunggu katak pingsan dengan cara merekatkan selang dengan lem perekat kepada transmiter Gambar 4, kemudian dilakukan pengukuran bobot transmiter yang sudah dipasang harness agar bobot tetap sebesar batas yang ditentukan yaitu kurang dari 5 dari bobot tubuh katak. Gambar 4 Pemasangan transmiter pada harness dengan menggunakan perekat. Gambar 3 Pengukuran SVL Snout Vent Length pada katak garis merah : a - b. c. Pemasangan transmiter dilakukan pada pinggang katak dengan cara mengikatkan benang pada harness yang sudah disiapkan sebelumnya Gambar 5. Transmiter yang dipasang diupayakan agar tidak terlalu longgar atau terlalu ketat agar transmiter tidak mudah lepas atau pun melukai tubuh katak Gambar 5. d. Setelah transmiter terpasang dilakukan pemeriksaan apakah pemasangan cukup pas pada lingkar pinggang katak dengan cara menarik perlahan ke belakang, jika tidak lepas maka pemasangan sudah sesuai. e. Setelah itu dilakukan tes pada transmiter yang akan dipasang apakah masih berfungsi dengan baik dan mampu memancarkan frekuensi yang sudah ditentukan. f. Katak yang sudah dipasangi transmiter dilepas ke tempat semula katak tersebut ditangkap Gambar 6. Gambar 6 Katak yang sudah dipasangi transmiter di habitat asli. Gambar 5 Pemasangan transmiter pada katak dengan metode harness.

3.4 Pola Pergerakan Harian R. Margaritifer, Pengaruh Pemasangan Radio

Transmiter Terhadap Bobot Katak, dan Penggunaan Habitat Mikro Pengambilan data tentang pergerakan masing-masing individu katak dilakukan kurang lebih selama 8 hari 192 jam dengan frekuensi pengambilan data setiap 12 jam. Individu R. margaritifer yang diamati sebanyak 11 ekor terdiri atas 8 ekor jantan dan 3 ekor betina. Seluruh individu dipasangi transmiter dengan bobot rata rata 10 dari berat tubuh untuk katak jantan dan rata rata 5 dari berat tubuh untuk katak betina. Pengukuran pola pergerakan dan penggunaan habitat mikro diukur pada pukul 09.00 - 12.00 dan malam pada pukul 19.00 - 21.00. Pengambilan data dan analisa tentang pengaruh pemasangan radio transmiter pada individu katak R. margaritifer dibatasi untuk mengetahui perubahan bobot tubuh katak dan kerusakan yang timbul akibat pemasangan radio transmiter pada tubuh katak. Pembatasan pengambilan data dan analisa dilakukan karena pengamat tidak mengamati katak selama 24 jam. Pengukuran perubahan bobot katak dengan menggunakan neraca pegas serta kondisi tubuh katak dengan cara ditangkap dan diamati langsung dilakukan setiap dua hari sekali untuk menghindari terjadinya stress yang berlebihan. Pencatatan dilakukan terhadap posisi keberadaan katak, sudut atau arah pergerakan, jarak horizontal dan vertikal perpindahan dari posisi semula, jarak horizontal dan vertikal dari sungai, aktifitas ketika ditemukan Gambar 7. Untuk memperoleh data habitat dilakukan pengukuran suhu, kelembaban harian, dan Substrat Gambar 7 Pengukuran katak di alam.

3. 5 Analisis Data

Setiap aktivitas yang dilakukan pada setiap lokasi ditemukannya jenis R. margaritifer dijelaskan secara deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan terhadap pergerakan individu R. margaritifer berupa pengukuran jarak. Data yang diperoleh digunakan untuk memetakan posisi dan pergerakan katak setiap harinya. Jika jarak pergerakan katak 0,05 m maka pergerakan dianggap nol karena dengan jarak pergerakan tersebut katak hanya dianggap bergeser Sholihat 2007. Pergerakan katak dianalisis secara kuantitatif untuk menentukan nilai alur kelurusan dan jarak tempuh katak selama dipasangi alat atau disebut dengan net displacement, pengukuran biasanya dilakukan selama 24 jam Schwarzkopf Alford 2002. Nilai 0 dan 1 digunakan untuk mengindikasikan pergerakan katak dimana nilai 1 berarti katak bergerak keluar dalam pola alur lurus sedangkan 0 mengindikasikan katak tidak bergeser. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai alur kelurusan adalah: Nilai alur kelurusan = Selain rumus diatas pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus chi kuadrat yaitu: X 2 hitung = ∑ dengan : X 2 : Chi kuadrat E : Frekuensi yang diharapkan O : Frekuensi yang diobservasi Apabila X 2 hitung lebih besar daripada X 2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dimana Ho berarti pergerakan jantan dan betina tidak menjauhi titik awal, sedangkan Ha berarti pergerakan katak jantan dan betina menjauhi titik awal. Analisis data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 4.1.1 Lokasi dan luas Taman Nasional Gunug Gede Pangrango TNGP adalah salah satu dari lima taman nasional yang pertama kalinya diumumkan di Indonesia pada tahun 1980 yang diumumkan pada Strategi Konservasi Dunia Widada 2008.Status penetapan kawasan menjadi taman nasional ditetapkan melalui SK. Menteri Kehutanan Nomor 174Kpts-II2003 pada tanggal 10 juni 2003. Kawasan TNGP yang terletak diantara Kabupaten Bogor, kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi merupakan kawasan perwakilan ekosistem hutan hujan pegunungan di Pulau Jawa, dengan luas kawasan sebesar + 21.975 hektar pada koordinat 106 o 50’-107 o 02’ BT dan 06 o 41’- 06 o 51’ LS. Tahun 1977 Kawasan TNGP ditetapkan sebagai Cagar Biosfir oleh UNESCO, dan pada tahu 1995 ditetapkan sebagai Sister Park dengan Taman Negara di Malaysia PHKA 2007.

4.1.2 Kondisi fisik

Gunung Gede merupakan satu dari 35 gunung berapi aktif di wilayah Indonesia, sedangkan Gunung Pangrango telah dinyatakan mati. Gunung Gede memiliki ketinggian 2.958 mdpl dan Gunung Pangrango memiliki ketinggian 3.018 mdpl, keduanya merupakan dua dari tiga gunung tertinggi di Jawa Barat. Topografi kawasan ini bervariasi mulai dari ketinggian 700 – 3000 mdpl, sedangkan kawasan TNGP memiliki ketinggian antara 600 – 3019 mdpl. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt- ferguson, kawasan TNGP termasuk dalam tipe A. Curah hujan yang tinggi dengan rata rata curah hujan tahunan 3000-4200 mm. Suhu rata rata siang hari di kawasan TNGP berkisar antara 10 o C-18 o C, sedangkan pada malam hari berkisar antara 0 o C-5 o C, memiliki kelembaban udara tinggi sekitar 80- 90 PHKA 2007.