BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 4.1.1 Lokasi dan luas
Taman Nasional Gunug Gede Pangrango TNGP adalah salah satu dari lima taman nasional yang pertama kalinya diumumkan di Indonesia
pada tahun 1980 yang diumumkan pada Strategi Konservasi Dunia Widada 2008.Status penetapan kawasan menjadi taman nasional ditetapkan melalui
SK. Menteri Kehutanan Nomor 174Kpts-II2003 pada tanggal 10 juni 2003. Kawasan TNGP yang terletak diantara Kabupaten Bogor, kabupaten
Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi merupakan kawasan perwakilan ekosistem hutan hujan pegunungan di Pulau Jawa, dengan luas kawasan
sebesar + 21.975 hektar pada koordinat 106
o
50’-107
o
02’ BT dan 06
o
41’- 06
o
51’ LS. Tahun 1977 Kawasan TNGP ditetapkan sebagai Cagar Biosfir oleh UNESCO, dan pada tahu 1995 ditetapkan sebagai Sister Park dengan
Taman Negara di Malaysia PHKA 2007.
4.1.2 Kondisi fisik
Gunung Gede merupakan satu dari 35 gunung berapi aktif di wilayah Indonesia, sedangkan Gunung Pangrango telah dinyatakan mati.
Gunung Gede memiliki ketinggian 2.958 mdpl dan Gunung Pangrango memiliki ketinggian 3.018 mdpl, keduanya merupakan dua dari tiga gunung
tertinggi di Jawa Barat. Topografi kawasan ini bervariasi mulai dari ketinggian 700
– 3000 mdpl, sedangkan kawasan TNGP memiliki ketinggian antara 600
– 3019 mdpl. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt- ferguson, kawasan TNGP termasuk dalam tipe A. Curah hujan yang tinggi
dengan rata rata curah hujan tahunan 3000-4200 mm. Suhu rata rata siang hari di kawasan TNGP berkisar antara 10
o
C-18
o
C, sedangkan pada malam hari berkisar antara 0
o
C-5
o
C, memiliki kelembaban udara tinggi sekitar 80- 90 PHKA 2007.
4.1.3 Kondisi biotik
Berdasarkan data PHKA 2007 tipe ekosistem kawasan TNGP berdasarkan ketinggianya dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu 1. Ekosistem
hutan pegunungan bawah, yang terletak pada ketinggian 100-1500 mdpl; 2. Ekosistem hutan pegunungan atas, yang terletak pada ketinggian 1500- 2400
mdpl, dan 3. Ekosistem sub-alpin, yang terletak pada ketinggian 2400-3019 mdpl, memiliki strata tajuk sederhana dan pendek dengan tumbuhan bawah yang
tidak terlalu rapat. Dalam catatan pada awal abad ke 19 kawasan ini sangat kaya dengan
keanekaragaman faunanya. Kawasan ini merupakan habitat bagi sekitar 53 dari jenis burung di Pulau Jawa sekitar 260 jenis, 4 jenis primata, serta habitat
berbagai jenis satwa liar lainya PHKA 2007. Data tentang keanekaragaman amfibi khususnya ordo Anura belum banyak diketahui sejak pertama kali
dilakukan pengambilan datanya oleh Liem 1974, pada perolehan data terakhir yang dilakukan oeh Kusrini 2005 2007 diketahui jumlah ordo Anura
sebanyak 24 jenis, dua jenis diantaranya adalah jenis endemik yaitu Rhacophorus margaritifer dan Leptophryne cruentata
4.2 Kondisi Habitat Air Terjun Cibeureum
Sejarah penamaan kawasan air terjun Cibeureum berdasarkan kajian ilmiah mengacu pada warna sejenis “ lumut merah “ Spagnum gedeanum yang
tumbuh dan mudah dilihat di tebing sekitar air terjun. Lumut ini merupakan tumbuhan endemik kawasan TNGP.Air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar
53 meter memiki luas area ± 2,5 Ha, berada pada ketinggian 1350 mdpl terletak sekitar 2,8 km dari pintu masuk Cibodas. Kawasan ini didominasi oleh vegetasi
dari jenis pakis, paku-pakuan, pandan, rotan, dan tumbuhan perdu. Daerah ini relatif dingin dan lembab BTNGP 2006. Sungai yang mengalir di sekitar
kawasan ini ada sepanjang tahun, dengan rata rata lebar sungai 2-3
m.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN