a a a Pengaruh Varietas dan Kombinasi pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Kedelai pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut

23 Produktivitas Tanaman Hasil sidik ragam menunjukkan terdapat interaksi sangat nyata antara perlakuan varietas dengan kombinasi pupuk terhadap peningkatan produktivitas tanaman. Produktivitas tanaman pada Tabel 10 merupakan hasil konversi dari bobot biji hasil pengubinan pada masing-masing kombinasi perlakuan Tabel 9. Terlihat bahwa produktivitas tanaman yang dihasilkan di atas 2 tonha meskipun tanpa perlakuan kombinasi pupuk. Penambahan abu sekam 200 kgha SP-36 + 1.2 tonha memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi dengan komposisi 200 kgha SP-36 + KCl 100 kgha. Produktivitas pada masing-masing varietas lebih tinggi dari perlakuan tanpa pemupukan setelah aplikasi kombinasi pupuk dengan penambahan 1 tonha dolomit, 1.2 tonha abu sekam, 2 tonha pupuk kandang dan mulsa jerami. Produktivitas tertinggi yaitu 4.76 tonha dicapai perlakuan varietas Tanggamus dengan perlakuan kombinasi pupuk 200 kgha SP-36 + 100 kgha KCl + 1 tonha dolomit + 2 tonha pupuk kandang. Produktivitas tertinggi yang dapat dicapai oleh varietas selain Tanggamus yaitu: Anjasmoro sebesar 4.26 tonha, SP-30-4 sebesar 4.04 tonha dan PG-57-1 sebesar 4.03 tonha Tabel 10 Tabel 10 Produktivitas tanaman pada berbagai taraf kombinasi pupuk dan varietas Perlakuan Varietas Anjasmoro Tanggamus SP-30-4 PG-57-1 Kombinasi pupuk ------------------------------------tonha---------------------------------- Tanpa pupuk 2.05 q 3.52 cdefghijkl 2.82 lmnop 2.48 mnopq SP-36 2.16 pq 3.26 efghijklm 3.10 hijklmno 2.84 klmnop SP-36+KCl 2.34 opq 3.34 efghijkl 2.88 jklmnop 2.43 nopq SP-36+KCl+DL 2.96 klmno 3.69 bcdefghij 3.22 fghijklm 3.16 ghijklmn SP-36+KCl+DL+PK 3.95 c

4.76 a 3.24 efghijklm

3.20 ghijklmn SP-36+KCl+DL+PK+MS 4.26 abc 4.02 abcdef 3.23 fghijklm 3.56 cdefghijkl SP-36+AS 2.36 opq 3.58 cdefghijkl 3.04 ijklmno

4.03 abcdef

SP-36+AS+DL 3.85 bcefghi

4.39 ab 4.04 abcde

3.41 defghijkl SP-36+AS+DL+PK 3.24 efghijklm 3.94 bcdefg 3.83 bcdefghi 3.88 bcdefgh SP-36+AS+DL+PK+MS 3.28 fghijklm

4.16 abcd

3.05 ijklmno 3.65 bcdefghijk Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada α =5. DL = dolomit 1 tonha, PK = pupuk kandang 2 tonha, AS = abu sekam 1.2 tonha, dan MS = mulsa jerami. Pembahasan TanggapTanamanKedelaiterhadapBudidayaJenuh Air Proses aklimatisasi tanaman terhadap kondisi jenuh air dicirikan dengan gejala penguningan pada daun tanaman klorosis. Pada tahap ini perlu dilakukan penyemprotan urea. Konsentrasi urea yang digunakan 10 g ureal air, dosis aplikasi 4 kg ureaha pada volume semprot 400 lha setiap satu minggu sekali sampai tanaman pulih. Penyemprotan urea dilakukan untuk menyuplai hara nitrogen melalui daun. Tanaman pada penelitian mengalami klorosis dimulai pada 2 sampai 4 MST. Secara berangsur pulih warna daun menjadi kehijauan pada 5 dan 6 MST, selanjutnya tanaman benar-benar pulih pada 8 MST Gambar 5. Peningkatan penyerapan unsur hara khususnya nitrogen pada tahap akhir 24 aklimatisasi karena terjadi peningkatan aktifitas nodulasi dan fiksasi nitrogen Ghulamahdi 2006. Kandungan pirit pada lahan penelitian sangat tinggi dan tanah tergolong masam Lampiran 2 berpotensi meningkatkan cekaman lingkungan akibat reaksi oksidasi pirit. Meskipun demikian terbukti bahwa tidak terjadi cekaman pirit yang berlebihan. Nilai kejenuhan basa KB sebesar 78.95 tergolong sangat tinggi. Artinya apabila air cukup tersedia, kation-kation basa Na, K, Mg dan Ca yang terkandung di dalam tanah dapat bereaksi dengan senyawa pirit yang teroksidasi, sehingga mencegah penurunan derajat kemasaman pH tanah. Teknologi budidaya jenuh air sangat berperan dalam mencukupi kebutuhan air, meningkatkan derajat kemasaman pH tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, Ca, dan K serta meningkatkan KTK tanah. Hal tersebut terbukti pada perlakuan kombinasi pupuk tanpa perlakuan pupuk memperoleh produksi biji yang tidak berbeda nyata dengan pemupukan 200 kgha SP-36 dan 200 kgha SP-36 + 100 kgha KCl pada masing-masing varietas dengan perlakuan Tabel 10. Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Kedelai pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut Interaksi antara faktor kombinasi pupuk dan varietas terjadi pada beberapa karakter yaitu: jumlah daun Tabel 2, jumlah polong isi Tabel 7, buku produktif Tabel 8, produktivitastanaman Tabel 10 menunjukkan adanya interaksi yang nyata. Hubungan interaksi tersebut membuktikan bahwa jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah polong isi, jumlah buku produktif dan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh karakter genetik tanaman dan kombinasi pupuk yang diberikan. Varietas Anjasmoro lebih responsif terhadap pemupukan, peningkatan produktivitas tanaman mengalami peningkatan apabila kombinasi pupuk yang diberikan semakin lengkap. Produktivitas varietas Anjasmoro dapat mencapai 4.26 tonha Tabel 10 meskipun pada variabel jumlah daun Tabel 1, tinggi tanaman Tabel 5, bobot kering tanaman Tabel 4, jumlah cabang Tabel 6 dan jumlah polong isi Tabel 7 varietas Anjasmoro lebih rendah dari varietas Tanggamus, galur PG-57-1 dan SP-30-4. Angka produktivitas tersebut dapat dicapai karena pada variabel bobot biji varietas Anjasmoro 16 g100 butir biji lebih berat hampir dua kali lipat dari dari varietas lainnya Tabel 6. Galur SP-30-4 dan PG-57-1 memiliki karakter vegetatif dan generatif yang mirip dengan varietas Tanggamus. Meski bobot 100 biji hanya 8 sampai 9 g Tabel 6, produktivitas galur SP-30-4 dan 57-1 dapat mencapai 4 tonha. Hal tersebut terjadi karena pada beberapa karakter vegetatif maupun generatif jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah polong isi lebih baik dari varietas Tanggamus dan Anjasmoro. Kestabilan respon terhadap pemupukan pada varietas Tanggamus dapat dibuktikan dari sisi produktivitas tanaman. Produktivitas varietas Tanggamus dapat mencapai 3 tonha meskipun tanpa perlakuan pemupukan. Produktivitas varietas Tanggamus sebesar 4.76 tonha merupakan produktivitas tertinggi dibanding produktivitas galur PG-57-1, SP-30-4 dan varietas Anjasmoro, Tabel 10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada beberapa variabel yang diamati pada beberapa karakter tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh ekspresi dari 25 genotipe tanaman. Artinya tidak terjadi interaksi diantara faktor perlakuan kombinasi pupuk yang dengan varietas. Karakter tersebut yaitu: tinggi tanaman, waktu 50 tanaman berbunga dan panen Tabel 4, bobot kering bintil, akar dan tajuk Tabel 5,serta bobot 100 biji dan jumlah cabang Tabel 6. Artinya ekspresi karakter tersebut tidak berbeda nyata antar perlakuan kombinasi pupuk. Pengaruh Kombinasi Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Kedelai pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut Tinggi tanaman Tabel 2, bobot bintil dan tajuk Tabel 4, jumlah cabang Tabel 5, dan jumlah polong isi Tabel 7 pada perlakuan tanpa pemupukan, masing-masing varietas memperoleh hasil terendah dibanding perlakuan kombinasi pupuk lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa penanaman kedelai di lokasi penelitian masih membutuhkan pemupukan. Kemasaman lahan dan penjerapan hara diduga diakibatkan oleh cekaman Fe sehingga menyebabkan berkurangnya ketersediaan hara bagi tanaman. Sesuai dengan hasil analisis hara tanah di lokasi penelitian menunjukkan bahwa kandungan Fe sangat tinggi dan lahan tergolong dalam kategori masam Lampiran 2. Peningkatan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh proses penyerapan unsur hara di dalam tanah. Kandungan dan ketersediaan unsur hara bagi tanaman dapat dilihat dari bobot biomassa yang dapat dipanen. Peningkatan jumlah polong isi Tabel 8 dan hasil panen ubinan Tabel 9 mulai terlihat pada perlakuan kombinasi pupuk dengan komposisi 200 kgha SP-36 + 100 kgha KCl atau 1.2 tonha abu sekam + 1 tonha dolomit, produktivitas tanaman dapat mencapai 3 tonha Tabel 10. Semakin lengkap kombinasi pupuk yang diberikan, meningkatkan produktivitas varietas Anjasmoro dan produktivitasnya mencapai 4 tonha pada perlakuan kombinasi pupuk 200 kgha SP-36 + 100 kgha KCl + 1 tonha dolomit + 2 tonha pupuk kandang + mulsa jerami Tabel 10. Bobot biomassa yang dihasilkan tanaman menunjukkan hasil bersih dari fotosisntesis setelah yaitu total energi fotosisntesis dikurangi energi untuk regulasi kelangsungan hidup tanaman, sedangkan bobot bijitanaman merupakan bobot biomassa kedelai yang dapat dipanen. Peningkatan produktivitas tanaman setelah penambahan 1 tonha dolomit menujukkan telah terjadi peningkatan ketersediaan hara bagi tanaman. Hal tersebut dapat terjadi karena proses reaksi reduksi terhadap senyawa oksida pirit dan sulfat di dalam tanah. Reaksi reduksi tersebut dapat mengakibatkan peningkatan derajat pH tanah sehingga ketersediaan unsur hara bagi tanaman meningkat. Peningkatan pH dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman Koesrini dan William 2006. Pemupukan 200 kgha SP-36 + 1.2 tonha abu sekam terbukti meningkatkan produktivitas tanaman yang tidak berbeda nyata dengan penggunaan 200 kg SP-36 + 100 kgha KCl kecuali pada galur PG-57-1. Abu sekam cukup baik dalam mempertahankan kelembaban tanah. Partikel abu yang berstruktur remah dan mudah menyerap air diduga mempermudah proses pertukaran air dan hara yang terlarut di dalam airdengan permukaan akar tanaman. Penggunaan abu sekam merupakan langkah yang mudah dan murah untuk menggembalikan unsur hara terutama Kalium. Pemanfaatan sekam padi selama ini masih terbatas pada penggunaan energi panas hasil pembakaran untukindustri bata merah. Sedangkan abu sekam hasil pembakaran masih belum termanfaatkan 26 secara optimal. Pemanfaatan abu sekam sebagai pengganti pupuk KCl dapat