mengendalikan Morrenia odorata, gulma pada tanaman jeruk. Bioherbisida yang kedua dengan menggunakan Colletotrichum gloeosporioides yang diperdagangkan
dengan nama Collego dan digunakan pada tanaman padi dan kedelai di Amerika Sastroutomo, 1992.
3. Fungisida biologi Biofungisida Biofungisida yang dipakai untuk mengendalikan penyakit jamur. Beberapa
biofungisida yang telah digunakan adalah spora Trichoderma sp. untuk mengendalikan penyakit akar putih pada tanaman karet dan layu fusarium pada cabai
dengan merek dagang Saco P dan Biotri P Novizan, 2002. Biofungisida lainnya menurut Novizan 2002, yaitu kelompok Gliocladium
yaitu G. roseum dan G. virens. Produk komersialnya dengan merek dagang Ganodium P yang direkomendasikan untuk mengendalikan busuk akar pada cabai
akibat serangan jamur Sclerotium rolfsii dan B. subtilis untuk mengendalikan serangan jamur Fusarium sp. pada tanaman tomat. Bakteri ini telah diproduksi
secara masal dengan merek dagang Emva dan Harmoni BS Novizan, 2002.
B. LIMBAH CAIR TAHU
Tahu merupakan makanan yang mempunyai nilai tinggi dalam memenuhi kriteria makanan sehat, karena tahu mempunyai nilai gizi yang tinggi sehingga baik
jika dikonsumsi. Pada sisi lain proses pembuatan tahu menghasilkan dua jenis limbah yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dari proses pembuatan tahu sudah
banyak dimanfaatkan tetapi untuk limbah cairnya masih sedikit. Limbah cair tahu merupakan cairan yang berasal dari sari kedelai yang disaring dalam proses menjadi
tahu melalui proses pengumpalan protein sari kedelai. Limbah cair tahu sebagian besar mengandung bahan organik berupa protein, lemak, karbohidrat dan bahan an
organik Ca, Fe, Cu, Na, N, P, K, Cl, Mg. Proses pembuatan tahu dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram alir pembuatan tahu Moertinah dan Djarwanti, 2003
Limbah cair tahu dapat digunakan sebagai media fermentasi karena masih mengandung nutrisi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroba. Komposisi
dan karakteristik fisika limbah cair tahu dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Komposisi limbah cair tahu Komponen
Penggumpal CaSO
4
a CaSO
4
b Asam asetat Air bv
- 99.007
- Pati bv
- 0.010
- Glukosa bv
0.009 -
0.037 Total N bv
0.043 0.157
0.023 Abu bv
- 0.209
- Ca ppm
34.030 24.37
2.940 Cu ppm
0.178 -
0.107 Na ppm
0.591 -
0.537 Mg ppm
- 2.961
- Fe ppm
- 0.143
- a. Kuswardani 1985
b. Rochani 1986
Tabel 2. Karakteristik fisika limbah cair tahu
No Karakteristik
Hasil Pengukuran 1
Suhu 37-45°C
2 Padatan terendap
175-190 mgl 3
Padatan tersuspensi 635-660 mgl
4 Padatan total
810-850 mgl 5
Warna 2225-2250 Pt.co
6 Amonia-Nitrogen
23,3-23,5 mgl 7
Nitrit-Nitrogen 3,5-4,0 mgl
8 Nitrat-Nitrogen
32-40 mgl 9
pH 4-6
10 Kebutuhan oksigen biologi BOD
6000-8000 mgl 11
kebutuhan oksigen kimia COD 7500-14000 mgl
Nurhasan,1987
C. Pseudomonas putida
Genus Pseudomonas dapat dibedakan berdasarkan berbagai karakter fisiologis dan genetiknya. P. fluorescens dikelompokkan ke dalam bakteri ungu
kelompok gamma, bersama P. aeroginosa, P. putida, dan P. syringae yang disebut subkelompok flourescens. Pada penelitian ini menggunakan Pseudomonas putida
untuk memproduksi biopestisida. Bakteri antagonis P. putida termasuk ke dalam genus Pseudomonas, yang
berbentuk lengkung batang atau ramping berukuran 0,5-1,0 x 1,5- 5,0 µm dan
bergerak dengan satu atau beberapa flagelum polar. Bakteri ini bersifat gram negatif, aerob, berjenis metabolisme respirasi dengan oksigen sebagai penerima elektron
akhir. Golongan bakteri antagonis ini tidak mempunyai fase istirahat, tidak fermentasi, katalase positif, dan mempunyai pigmen hijau, biru, ungu, merah muda,
atau kuning yang menyebar terutama pada medium kaya zat besi, dan beberapa spesies tidak berpigmen. Bakteri juga bersifat kemolitotrof fakultatif, menggunakan
CO
2
dan bahan organik sebagai sumber energi bagi pertumbuhannya Soesanto, 2008 . Klasifikasi bakteri Pseudomonas putida dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi bakteri Pseudomonas putida Kingdom
Eubacteria Phylum
Proteobacteria Class
Gamma Proteobacteria Ordo
Pseudomonadales Family
Pseudomonadaceae Genus
Pseudomonas Species
putida
Gambar 2. Gambar Pseudomonas putida www.google.com
Bakteri P. putida mempunyai habitat ekologi yang mirip dengan bakteri antagonis lainnya, khususnya dari genus Pseudomonas. Kondisi dengan kelembaban
tinggi dan kaya bahan organik, terutama rizosfer dan rizoplan, sangat disukainya. Bakteri mempunyai kemampuan mengoloni akar secara agresif, sehingga dikenal
dengan istilah rhizobakteri. Kemampuannya yang tinggi tersebut disebabkan oleh tingkat pertumbuhan yang tinggi, pergerakannya dan ketertarikan terhadap bahan
kimia atau kemotaksis, terutama terhadap eksudat akar, yang menyediakan unsur nutrisi seperti C, N, dan Fe Soesanto, 2008.
Bakteri antagonis Pseudomonas putida dikenal dapat menghasilkan antibiotika dan siderofor, yang mampu menekan pertumbuhan tular-tanah. Selain itu,
bakteri dapat berperan sebagai rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman PGPR. Antibiotika yang dihasilkan antara lain pyrolnitrin, pyocyanin, asam pseudomonat,
floroglusinol, dan fenazin. Siderofor diproduksi secara luar sel yang mempunyai daya ikat sangat kuat terhadap besi III dan berperan sebagai penghambat
pertumbuhan patogen, faktor pertumbuhan tanaman, dan sebagai antibiotika. Selain itu, bakteri antagonis ini juga mempunyai kemampuan bersaing yang tinggi sebagai
salah satu mekanisme antagonisnya. Persaingan dilakukan terhadap nutrisi dan tempat infeksi. Persaingan terhadap ion besi III dengan mikroba tular-tanah lainnya
dapat menekan infeksi patogen Soesanto, 2008.
D. Nematoda Pratylenchus brachyurus