Bakteri P. putida mempunyai habitat ekologi yang mirip dengan bakteri antagonis lainnya, khususnya dari genus Pseudomonas. Kondisi dengan kelembaban
tinggi dan kaya bahan organik, terutama rizosfer dan rizoplan, sangat disukainya. Bakteri mempunyai kemampuan mengoloni akar secara agresif, sehingga dikenal
dengan istilah rhizobakteri. Kemampuannya yang tinggi tersebut disebabkan oleh tingkat pertumbuhan yang tinggi, pergerakannya dan ketertarikan terhadap bahan
kimia atau kemotaksis, terutama terhadap eksudat akar, yang menyediakan unsur nutrisi seperti C, N, dan Fe Soesanto, 2008.
Bakteri antagonis Pseudomonas putida dikenal dapat menghasilkan antibiotika dan siderofor, yang mampu menekan pertumbuhan tular-tanah. Selain itu,
bakteri dapat berperan sebagai rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman PGPR. Antibiotika yang dihasilkan antara lain pyrolnitrin, pyocyanin, asam pseudomonat,
floroglusinol, dan fenazin. Siderofor diproduksi secara luar sel yang mempunyai daya ikat sangat kuat terhadap besi III dan berperan sebagai penghambat
pertumbuhan patogen, faktor pertumbuhan tanaman, dan sebagai antibiotika. Selain itu, bakteri antagonis ini juga mempunyai kemampuan bersaing yang tinggi sebagai
salah satu mekanisme antagonisnya. Persaingan dilakukan terhadap nutrisi dan tempat infeksi. Persaingan terhadap ion besi III dengan mikroba tular-tanah lainnya
dapat menekan infeksi patogen Soesanto, 2008.
D. Nematoda Pratylenchus brachyurus
Pratylenchus brachyurus adalah salah satu spesies nematoda parasit yang sangat merusak pertanaman nilam di Indonesia. Serangan P. brachyurus pada
tanaman nilam menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun merah atau kekuning-kuningan dan menyebabkan luka nekrosis pada akar rambut dan
kadang-kadang akar membusuk Mustika et al. 1995; Harni Mustika 2000. Selain menghambat pertumbuhan tanaman, infeksi P. brachyurus juga mampu menurunkan
kandungan klorofil dan kadar minyak, baik pada kultivar rentan maupun agak tahan Sriwati 1999. Kerusakan akibat serangan nematoda tersebut pada tanaman nilam
dapat menurunkan hasil sampai 85 Mustika et al. 1995. Klasifikasi P. brachyurus dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi bakteri P. brachyurus Kingdom
Animalia Phylum
Nematoda Class
Adenophorea Subclass
Diplogasteria Ordo
Tylenchida Superfamily
Tylenchoidea Family
Pratylenchidae Subfamily
Pratylenchinae Genus
Pratylenchus Species
P. brachyurus
Thorne,1961
Pratylenchus brachyurus mempunyai dua anul pada daerah bibir dan panjang tubuh antara 0,45 – 0,75 mm. Stilet kelihatan agak kaku dengan panjang 17-
22 µm, kekar dan berkembang dengan baik serta memiliki knop. Jantan jarang ditemukan bahkan tidak ada. Pada nematoda betina tidak terlihat spermateka yang
mengindikasikan spermateka tidak berfungsi. Lokasi vulva jauh ke belakang, jaraknya kurang dari dua kali panjang ekor, ujung ekor membulat dan tumpul
Thorne, 1961. Morfologi spesies Pratylenchus brachyurus dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pratylenchus brachyurus. A: Female posterior region; B, C: Female tails; D: Femalelabial region; E: En face view; F: Entire female; G: SEM micrographs
ofen face view; H: SEM micrographs of female tail. Rectangular box indicatesphasmid position. Scale bars: G = 2 µm; H = 5 µm. ,Corbett 1976
Gambar 4. Siklus Hidup Pratylenchus brachyurus Singh dan Sitaramaiah,1993
Singh dan Sitaramaiah 1993 mengemukakan bahwa semua stadia mulai larva instar 2 sampai dewasa dari nematoda ini dapat masuk ke dalam akar. Kondisi
yang sesuai untuk penetrasi biasanya pada daerah elongasi. Setelah masuk ke dalam akar, nematoda mengkonsumsi isi sel kortek yang menyebabkan luka meluas pada
akar. Luka tersebut pada awalnya kecil dan secara bertahap akan membesar karena aktivitas makan nematoda yang berlangsung terus menerus. Nematoda ini
menyelesaikan siklus hidupnya dalam jaringan akar dan dapat berpindah dari akar tua ke akar yang lebih muda. Siklus hidup Gambar 4 dapat berlangsung dalam 30-
75 hari tergantung pada kesesuaian tanaman inang dan kondisi lingkungan.
E. AERASI DAN BIOREAKTOR KOLOM GELEMBUNG