2.3.2 Faktor penentu keberhasilan sambungan
Hartman dan Kester 1983 mengemukakan lima hal penting yang menentukan keberhasilan sambungan, yaitu :
a. Kompabilitas kesesuaian antara batang bawah dan bahan sambungan dan kemampuan menyatukan diri
b. Daerah kambium dari batang bawah dan bahan sambungan harus saling menempel sehingga memungkinkan terjadinya kontak langsung
c. Pelaksanaan sambungan harus dilaksanakan pada saat batang dan bahan sambungan berada dalam kondisi fisiologis yang layak. Umumnya ini
diartikan bahwa tunas-tunas pada bahan sambungan berada dalam keadaan dorman istirahat
d. Segera setelah pelaksanaan sambungan selesai semua permukaan lukapotongan harus dilindungi dari kekeringan. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberi penutup kain, menutup dengan lilin atau meletakkan tanaman di tempat lembab
e. Diperlukan pemeliharaan selama periode waktu tertentu, guna mencegah kerusakan sambungan
Selain faktor-faktor dari dalam tumbuhan sendiri, faktor luar juga berpengaruh pada keberhasilan sambungan. Salah satu diantaranya adalah
temperatur dan kelembaban selama proses penyambungan Hartman dan Kester, 1983.
Wright 1962 dalam Rinaldo 2007 menyatakan bahwa teknik sambungan juga mempengaruhi berhasil tidaknya sambungan. Dalam hal ini penggunaan
pisau sambungan harus setajam mungkin, agar kambium tidak mengalami kerusakan.
2.2.3 Proses pertautan pada Grafting
Proses pertautan sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan nekrotik, pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan
terutama didekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh sel-sel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan
nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus
yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim Hartmann et al, 1997. Menurut Ashari 1995 sel-sel parenkim batang atas dan batang bawah masing-masing
mengadakan kontak langsung, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim tertentu mengadakan deferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari
kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Pada akhirnya terbentuk jaringanpembuluh dari kambium yang baru sehingga proses translokasi hara dari
batang bawah ke batang atas dan sebaliknya dapat berlangsung kembali. Agar proses pertautan dapat berlanjut, sela atau jaringan meristem antara
daerah potongan harus terjadi kontak untuk menjalin secara sempurna, Ashari 1995 mengemukakan bahwa hal ini hanya mungkin jika kedua jenis tanaman
cocok kompatibel dan irisan luka rata, serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan.
Dalam melakukan grafting atau budding, perlu diperhatikan polaritas batang atas dan batang bawah. Untuk batang atas bagian dasar entris atau mata tunas
harus disambungkan dengan bagian atas batang bawah. Jika posisi ini terbalik, sambungan tidak akan berhasil baik karena fungsi xylem sebagai penghantar hara
dari tanah maupun floem sebagai penghantar asimilat dari daun akan terbalik arahnya Ashari, 1995.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyambungan adalah kompabilitas. Pengertian kompabilitas merupakan kemampuan dua jenis tanaman yang
disambung untuk menjadi tanaman baru. Bahan tanaman yang disambung akan menghasilkan persentase kompabilitas yang tinggi jika dalam satu spesies atau
satu klon, atau bahkan satu famili, tergantung jenis tanaman masing-masing Ashari, 1995.
Menurut Hartmann et al. 1997 inkompatibilitas antara jenis tanaman yang disambung dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut :
1. Tingkat keberhasilan sambungan rendah 2. Pada tanaman yang sudah berhasil tumbuh, terlihat daunnya menguning,
rontok dan mati tunas 3. Mati muda pada bibit sambungan
4. Terdapat perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dan batang atas 5. Terjadinya pertumbuhan berlebihan baik batang atas maupun batang bawah
2.2.4 Pengaruh batang bawah terhadap batang atas