Penyebaran dan habitat Silvikultur Kegunaan dan manfaat

mengandung 3-8 biji. Benih merbau berbentuk bulat pipih dan berwarna cokelat tua kemerah-merahan Sutisna et al. 1998. Bunga mekar pada bulan November sampai Januari dan buah tua pada bulan Mei sampai Agustus. Benih siap dipanen setelah masak fisiologi yang ditandai dengan warna buah cokelat tua sampai kehitam-hitaman, kulit buahnya sudah keras dan benih sudah berwarna cokelat tua kemerahan Sutisna et al. 1998. Kayu teras merbau berwarna sangat bervariasi dari kelabu, cokelat, dan kuning cokelat sampai cokelat merah cerah atau hampir hitam. Kayu gubal berwarna kuning pucat sampai kuning muda, tebal 5-7,5 cm dan dapat dibedakan dengan jelas dari kayu teras. Tekstur kayu kasar dan merata dengan arah serat kebanyakan lurus, kadang-kadang tidak teratur dan terpadu. Permukaan kayu licin dan mengkilap indah Sutisna et al. 1998.

2.1.3 Penyebaran dan habitat

Penyebaran jenis merbau di Indonesia adalah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Timor dan Irian Barat. Selain itu, tersebar di Asia Tenggara, yaitu kepulauan Andaman, Thailand, dan Malaysia. Tempat tumbuh di hutan primer lahan kering, pada tempat yang tidak atau sewaktu-waktu digenangi air, diatas tanah pasir atau berbatu-batu, pada lapangan yang rata atau miring, hidup tersebar pada ketinggian 0-50 m diatas permukaan laut. Dalam hutan asli pada tanah liat atau tanah berpasir yang tidak terlampau basah. Jenis ini memerlukan iklim basah sampai iklim kering dengan tipe curah hujan A-D Sutisna et al. 1998.

2.1.4 Silvikultur

Permudaan alam pohon merbau jarang terdapat karena biji yang jatuh ke tanah sukar berkecambah, kecuali jika jatuh di atas tanah yang baik dan mendapat cahaya penuh. Permudaan buatan belum banyak dilakukan. Biji harus disemaikan di bawah sinar matahari penuh. Sebelum ditanam bagian kulit biji dekat lembaga harus di kikir dan bijinya direndam dalam air dingin selama 4 x 24 jam. Daya kecambah biji merbau ini mencapai 75 . Anakan yang telah mencapai tinggi 30 cm dapat dipindahkan ke lapangan dengan jarak tanam 3 m x 2 m. Dapat juga dilakukan dengan stump yang berukuran panjang batang 30 cm, panjang akar 20 cm dan diameter batang 0,5-1,5 cm. Penanaman merbau dengan stump menghasilkan persen tumbuh di atas 90 Martawijaya et al. 1989. Musim bunga dan buah merbau terjadi pada bulan Juni-Oktober. Buahnya merupakan polong yang berbiji besar dan gepeng. Jumlah biji 354 butir per kg atau 200 butir per liter. Biji disimpan setelah dikeringkan di udara selama 10 hari. Biji yang telah kering dan disimpan dalam tempat yang tertutup dapat tahan sampai satu tahun. Hama penyakit pada tanaman muda merbau dimakan pelanduk dan kijang, sedang buah muda di makan kera, kalong dan tupai Martawijaya et al. 1989.

2.1.5 Kegunaan dan manfaat

Kayunya bernilai tinggi terutama digunakan sebagai bahan bangunan, lantai, alat-alat rumah tangga, papan, bantalan, tiang listrik dan telepon, perkapalan dan jembatan. Kayu terasnya berwarma merah tua, mempunyai berat jenis 0.84 dan digolongkan dalam kelas kekuatan I-II dan kelas keawetan I-II. Selain itu, pohon merbau menghasilkan pepagan yang mengandung tanin dan dimanfaatkan sebagai zat pewarna cokelat untuk kertas dan kain Martawijaya et al. 1989. Kayu merbau umumnya tidak sulit digergaji, dapat diserut, di bor, di buat lubang persegi, dibentuk dan diamplas dengan mesin sampai halus dan dapat dipelitur dengan memuaskan tetapi dengan pembubutan akan memberikan hasil yang buruk. Namun jenis kayu ini biasanya pecah jika dipaku dan dapat menimbulkan noda hitam jika berhubungan dengan besi atau terkena air. Kayu merbau umumnya digunakan untuk balok, tiang, dan papan pada bangunan perumahan dan jembatan. Selanjutnya dapat dipakai untuk bantalan dan juga baik untuk perkapalan lunas, gading-gading dan dek, lantai, panil, mebel, karoseri dan barang bubutan Martawijaya et al. 1989. Berdasarkan hasil penelitian bahwa proses pengeringan pada kayu merbau dilakukan menggunakan jadwal pengeringan untuk mencapai kadar air 10 dengan tahapan pengeringan yaitu break-up, warming-up, drying, equalizing atau conditioning, dan cooling down. Faktor lebar papan merbau yang akan dikeringkan akan mempengaruhi besarnya nilai kadar air sedangkan faktor tebal papan merbau tidak akan mempengaruhi besarnya nilai kadar air pada papan yanga akan dihasilkan setelah proses pengeringan. Dari hasil pengamatan dalam penelitian terhadap mutu hasil proses pengeringan pada merbau hanya didapatkan cacat bentuk berupa cacat membusur bowing, cacat tersebut termasuk ke dalam cacat membusur kelas ringan Kurniawan 2008. Selain itu, hasil penelitian lain menjelaskan bahwa keawetan alami kayu merbau disebabkan oleh kandungan ekstraktif yang terdapat dalam kayu tersebut. Kayu merbau tergolong kayu berkomponen ekstraktif tinggi dimana mengandung ekstrak terlarut aseton sebanyak 196.47 gr atau 10.904 berdasarkan berat kering oven. Ekstraktif kayu merbau terutama ekstrak fraksi n-heksana dapat meningkatkan ketahanan kayu terhadap serangan rayap kayu kering. Konsentrasi larutan ekstrak kayu merbau berpengruh nyata terhadap retensi dan kehilangan berat. Retensi larutan ekstrak kayu merbau akan semakin meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi Malau 1995. 2.2 Tinjauan Umum tentang Pembiakan Vegetatif 2.2.1 Definisi dan macam pembiakan vegetatif