pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis- jenis biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama
Kasmir et al, 2005.
2.8 Ampas Sagu
Indonesia merupakan negara agraris dengan kekayaan sumber daya hayati pertanian, baik jenis maupun jumlah yang sangat melimpah. Salah satu sumber daya
hayati tersebut adalah sagu. Indonesia merupakan negara utama penghasil sagu di dunia. Indonesia memiliki hutan sagu liar yang luas 700.000 ha. Beberapa daerah
penghasil sagu, di antaranya Irian Jaya terdapat sekitar 6 juta dan daerah Pidie di pantai timur Aceh memiliki 2012 ha lahan untuk produksi sagu dengan kapasitas
produksi 527 ton sagu McClatchey et al. 2006. Ampas sagu dapat dijadikan sebagai pakan ternak sumber energi karena
kandungan BETNnya cukup tinggi yaitu 70,35, namun kurang baik untuk dipakai sebagai pakan tunggal karena ampas sagu berdasarkan bahan kering mengandung
protein kasar rendah yaitu 3,15 oleh karena itu diperlukan penambahan pakan sumber protein seperti ampas tahu yang mengandung protein kasar sebesar 27,55
Nuraini dkk, 2009. Ampas mengandung 65,7 pati dan dan sisanya merupakan serat kasar,
protein kasar, lemak, dan abu. Dari persentase tersebut ampas mengandung residu lignin sebesar 21, sedangkan kandungan selulosa di dalamnya sebesar 20 dan
sisanya merupakan zat ekstraktif dan abu. Di sisi lain, kulit batang sagu mengandung selulosa 57 dan lignin yang lebih banyak 38 daripada ampas sagu. Kiat
2006,
2.9 Dedak
Dedak padi merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tebal, tetapi bercampur dengan bagian
penutup beras. Hasil yang mempengaruhi tinggi rendahnya serat kasar dedak. Bila dilihat dari pengolahan gabah menjadi beras dapat dipastikan serat kasarnya tinggi
Rasyaf, 1992.
8
Tabel 3. Kandungan nilai nutrisi dedak padi Zat Nutrisi
Kandungan Berat kering
89,6 Protein kasar
13,8 Lemak kasar
7,2 Serat kasar
8 TDN
67 Sumber : Laboratorium Ilmu Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU 2005
2.10 Bungkil Kelapa
Tanaman kelapa Cocos nucifera L. termasuk jenis tanaman palma yang memiliki multi fungsi karena hampir semua bagian dari tanaman tersebut dapat
dimanfaatkan. Tanaman ini banyak dijumpai di Indonesia yang merupakan penghasil kopra terbesar kedua di dunia, sesudah Phillipina. Usaha budi daya tanaman kelapa
melalui perkebunan terutama dilakukan untuk memproduksi minyak kelapa yang berasal dari daging buahnya dengan hasil samping berupa ampas kelapa Miskiah,
2006. Pada proses pembuatan minyak kelapa murni Virgin Coconut Oil, daging
kelapa segar yang telah diparut kemudian dikeringkan dan dipres hingga minyaknya terpisah. Hasil samping dari proses pembuatan minyak kelapa murni ini adalah
ampas kelapa. Ampas kelapa hasil samping pembuatan minyak kelapa murni masih memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan ampas kelapa
berpotensi untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi pakan ternak. Protein kasar yang terkandung pada ampas kelapa mencapai 23, dan kandungan seratnya yang mudah
dicerna merupakan suatu keuntungan tersendiri untuk menjadikan ampas kelapa sebagai bahan pakan pedet calf, terutama untuk menstimulasi rumen Miskiah,
2006. Hasil analisis proksimat terhadap bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Proksimat Bungkil Kelapa dalam bahan kering.
Komposisi Kadar
Protein kasar 21,6
Serat Kasar 12,10
Lemak kasar 10,20
Abu 6,40
BETN 49,70
9
Sumber : Wahyuni 2008.
2.11 Bungkil Kedelai