RANCANGAN FUNGSIONAL RANCANGAN STRUKTURAL

16

IV. ANALISIS RANCANGAN ALAT CETAK PUFFED

4.1 RANCANGAN FUNGSIONAL

Sebelum mendapatkan alat cetak yang diinginkan, perlu dilakukan perancangan desain alat cetak yang sesuai kebutuhan. Dalam proses perancangan tersebut, diperlukan bantuan software Computer Aided Design CAD agar lebih memudahkan dalam melakukan perubahan pada gambar desain yang dihasilkan jika diperlukan. Alat cetak puffed ini memiliki beberapa bagian dengan fungsi yang berbeda-beda. Bagian dan fungsi dari alat cetak ini diantaranya: a. Bagian utama cetakan, merupakan bagian yang memiliki ruang cetakan untuk menghasilkan bentuk dan ukuran puffed snack yang diinginkan. b. Bagian tutup cetakan, berfungsi untuk mengekang pengembangan adonan dasar saat proses puffing ketika pemanggangan berlangsung sehingga memenuhi seluruh lubang cetakan. c. Gagang cetakan, berfungsi sebagai pegangan agar bagian utama dan tutup cetakan dapat menutup rapat. d. Mekanisme engsel, berfungsi untuk menghubungkan antara bagian utama cetakan dengan bagian tutup cetakan. e. Lubang pengeluaran uap, terdapat pada bagian tutup cetakan yang berfungsi sebagai tempat pengeluaran uap air ketika proses pemanggangan berlangsung.

4.2 RANCANGAN STRUKTURAL

Bagi sebagian golongan masyarakat yang ada, dalam hal ini adalah kelompok masyarakat menengah keatas, mereka tidak terlalu mementingkan kuantitas ukuran dari cemilan atau snack yang mereka konsumsi. Ukuran tidaklah penting, tetapi kualitas rasa dari camilan yang lebih mereka utamakan. Oleh karena itu dalam pembuatan alat cetak ini, lubang cetakan dibuat tidak terlalu besar agar produk akhir yang dihasilkan bisa habis maksimal dalam dua kali suapan. Puffed produk yang dihasilkan memiliki diameter 40 mm sehingga ketika konsumen memakan produk tersebut mampu habis maksimal dalam dua kali suapan. Dengan diameter tersebut, maka dapat dicari ketebalan optimal yang diperoleh dari dimensi tebal lubang cetakan. Menurut literatur yang ada, nilai swelling power dari tapioka adalah 6.1-19.6 Indra, 2010. Nilai swelling power merupakan indeks pengembangan dari bahan dasar yang telah mengalami gelatinisasi saat terjadi proses puffing, nilai swelling power dapat juga disebut sebagai indeks puffing. Untuk menghitung volume cetakan yang diperlukan jika diasumsikan nilai swelling power yang digunakan adalah 13 dan bahan dasar berbentuk bola dengan diameter 8 mm, maka langkah dalam menentukan dimensi lubang cetakan adalah: a. Volume bahan dasar V b Untuk meenghitung volume bahan dasar, bahan dasar diasumsikan sebagai bola dengan diameter 8 mm, dimana rumus volume bola adalah: V b = 43 π r 3 = 43 3.14 4 3 = 267.94666667 mm 3 = 0.3 cm 3 17 b. Volume pengembangan puffed V pp Dengan asumsi nilai sweelling power tapioka adalah 13, maka: V pp = swelling power V b = 13 0.3 = 3.9 cm 3 ≈ 4 cm 3 c. Dimensi lubang cetakan Volume cetakan V c diasumsikan sebagai volume tabung karena produk akhir yang ingin dihasilkan berbentuk silinder dengan diameter puffed produk adalah 40 mm = 4 cm. Dengan demikian V c = V pp sehingga dimensi ruang cetakan yang belum diketahui adalah kedalaman ruang cetakan t. Kedalaman ruang cetakan dapat ditentukan dengan perhitungan: V c = π r 2 t V pp = π r 2 t 4 = 3.14 2 2 t t = 412.56 t = 0.3184713 cm t = 0.3 cm t ≈ 3 mm Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa demensi yang digunakan untuk membuat ruang cetakan dengan nilai swelling power 13, diameter bahan dasar 8 mm adalah: Diameter lubang cetakan = 40 mm Dalam lubang cetakan = 3 mm Dari hasil survey pasar di beberapa tempat perbelanjaan, diameter panci atau penggorengan yang biasa digunakan mulai dari ukuran 14 cm, 16 cm, 18 cm, dan 30 cm. Dalam penelitian ini diameter cetakan yang digunakan adalah 16 cm, sehingga untuk memaksimalkan plat cetakan yang ada, maka ruang cetakan yang dibuat sebanyak 7 buah melalui trial and error seperti tampak pada Gambar 8 dimana satuan yang digunakan adalah mm. Gambar 8. Banyaknya ruang cetakan dalam satu cetakan 18 Tutup cetakan memiliki tebal 5 mm dan diberi lubang pengeluaran uap air di setiap lubang cetakan yang ada dengan diameter 2 mm, seperti terlihat pada Gambar 9 dengan satuan yang digunakan adalah mm. Cetakan juga dilengkapi dengan gagang cetakan dengan panjang 150 mm agar tangan tidak terlalu dekat dengan api kompor pada saat proses pemanggangan dilakukan. Gambar 9. Tutup cetakan sesuai dengan dimensi yang ditentukan Cetakan tersebut terbuat dari bahan logam anti karat, dalam penelitian ini menggunakan aluminium dan stainless steel. Bahan tersebut dipilih karena termasuk logam anti karat yang biasa digunakan dalam industri pengolahan pangan di dunia. Karena seperti yang kita ketahui, bahwa dalam proses pengolahan pangan, bahan dasar untuk alat dan mesin yang akan digunakan dalam proses pengolahan harus terbuat dari bahan-bahan yang tidak berbahaya dan tidak bereaksi dengan bahan pangan yang diolah. 19

V. HASIL DAN PEMBAHASAN