i ii
iii Gambar 14 Proses klasifikasi awan potensi hujan: i suhu kecerahan awan dari MTSAT IR1; ii
suhu kecerahan uap air dari MTSAT IR3; iii awan potensi hujan Suhu kecerahan awan yang terdeteksi
pada kanal IR1 dengan panjang gelombang 10.8 µm direpresentasikan sebagai suhu
puncak awan. Sedangkan pada gelombang 6.8 µm pada kanal IR3 mampu mendeteksi
suhu kecerahan uap air yang selanjutnya merepresentasikan jumlah butiran hujan.
Pada kanal IR1 dapat diklasifikasikan bahwa awan yang berpotensi menjadi hujan adalah
awan yang bersuhu rendah. Suhu puncak awan rendah menunjukkan bahwa awan
memiliki tingkat kondensasi tinggi dan siap turun menjadi hujan. Semakin cerah atau
semakin tinggi suhu uap airnya maka uap air yang terkandung dalam sebuah piksel citra
adalah semakin sedikit dan sebaliknya.
Penentuan awan yang berpotensi hujan didasarkan pada persamaan Kidder 2005
yang menggunakan perbedaan nilai suhu kecerahan awan dan uap air. Persamaan
tersebut diturunkan
berdasarkan hasil
observasi secara history. Proses klasifikasi awan potensi hujan ditunjukkan pada
Gambar 14.
4.4 Hasil Curah Hujan Dugaan
Luaran data curah hujan hasil dugaan dikelompokkan berdasarkan tingkatan waktu
dalam melakukan akumulasi jumlah hujan, yaitu, harian, 5-harian pentad, dan 10-
harian dasarian. Berdasarkan data curah hujan dasarian maka curah hujan dugaan
pada bulan Januari 2008 dapat dipetakan secara spasial seperti terlihat pada Gambar
15.
Secara spasial terdapat variasi pola hujan di DAS Citarum. Pada dasarian pertama
terlihat bahwa curah hujan tertinggi di dalam DAS Citarum berkisar antara 140 mm
sampai 160 mm dalam 10 hari. Curah hujan tertinggi tersebut secara merata terjadi di
bagian hilir DAS. Curah hujan pada dasarian kedua secara umum lebih tinggi dibanding
dasarian pertama dengan nilai tertinggi berkisar antara 200 mm sampai 220 mm.
i ii
iii Gambar 15 Distribusi spasial curah hujan dugaan bulan Januari 2008: i dasarian ke-1; ii
dasarian ke-2; iii dasarian ke-3 Berbeda
dengan dasarian
pertama, wilayah terjadinya hujan tinggi pada
dasarian kedua secara merata terletak pada bagian hulu DAS. Pola spasial curah hujan
dasarian ketiga memiliki nilai tertinggi 240 mm sampai 260 mm dan sebagian besar
terjadi pada bagian hulu serta tengah DAS. Nilai ini lebih tinggi jika dibanding dengan
nilai-nilai curah hujan pada dua dasarian sebelumnya. Kejadian hujan pada dasarian
kedua dan ketiga lebih banyak tejadi di bagian
hulu DAS
sehingga sangat
berpengaruh terhadap jumlah air yang tertampung pada tiga bendungan utama yang
terdapat di DAS Citarum, yaitu Saguling, Cirata, dan Jatiluhur. Curah hujan yang
berada di hulu DAS menjadi input utama dari ketiga bendungan tersebut.
4.5 Perbandingan Data Dugaan dan
Data Pengukuran
Pendugaan curah hujan metode ini adalah menduga data hujan setiap jam. Data
curah hujan setiap jam selama 24 jam dijumlahkan sehingga menjadi data harian.
Penurunan dimensi data setiap jam menjadi data harian dilakukan untuk mengikuti
dimensi data
pengukuran lapangan.
Perbandingan data dilakukan secara visual dengan melihat kedekatan nilai dan pola
time series di semua stasiun pengukuran. Gambar 16 menunjukkan letak geografis
stasiun
pengukuran berdasarkan
ketinggiannya. Contoh perbandingan antara data dugaan
dengan data pengukuran ditunjukkan oleh Gambar 17 yaitu untuk data di stasiun
pengukuran Bandung yang selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 2. Grafik tersebut
dibedakan berdasarkan perbandingan variasi temporal antara curah hujan harian, pentad,
dan dasarian. Secara umum kejadian hujan terdapat pada akhir bulan atau pada dasarian
ke-3. Pada beberapa hari di stasiun pengukuran Bandung terlihat bahwa nilai
curah hujan pengukuran lebih tinggi daripada curah hujan dugaan. Pada stasiun
pengukuran lainnya Lampiran 2 terlihat bahwa nilai curah hujan dugaan cenderung
overestimate terhadap nilai curah hujan pengukuran, namun pola temporal curah
hujan dugaan terhadap waktu cukup mendekati curah hujan pengukuran.
Gambar 16 Letak stasiun pengukuran berdasarkan ketinggiannya
0,0 20,0
40,0 60,0
80,0 100,0
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27 28
29 30
31
Hari ke- C
H m
m
i
50 100
150
1 2
3 4
5 6
Pentad ke- C
H m
m
ii
0,0 50,0
100,0 150,0
200,0 250,0
300,0
1 2
3
Dasarian ke- C
H m
m
iii
CH Dugaan CH Pengukuran
Gambar 17 Plot curah hujan dugaan dan pengukuran di stasiun Bandung pada Januari 2008: i harian; ii pentad; iii dasarian
4.6 Perbandingan Kualitas Data Dugaan