Perbandingan Kualitas Data Dugaan

Gambar 16 Letak stasiun pengukuran berdasarkan ketinggiannya 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Hari ke- C H m m i 50 100 150 1 2 3 4 5 6 Pentad ke- C H m m ii 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 1 2 3 Dasarian ke- C H m m iii CH Dugaan CH Pengukuran Gambar 17 Plot curah hujan dugaan dan pengukuran di stasiun Bandung pada Januari 2008: i harian; ii pentad; iii dasarian

4.6 Perbandingan Kualitas Data Dugaan

dengan Data Pengukuran Perbandingan kualitas dua data dilakukan dengan melihat nilai koefisien rasio, korelasi, MAE Mean Absolute Error, dan RMSE Root Mean Square Error. Data yang dilakukan uji adalah data pada bulan Januari saja karena semua data bulan Juli tidak memiliki nilai hujan. Perbandingan data dilakukan berdasarkan dimensi data yaitu harian, pentad, dan dasarian. Jumlah titik atau stasiun sampel pengukuran yang dilakukan uji kualitas data adalah 19 titik di DAS Citarum Hulu bagian dalam maupun luar DAS. Selain itu dilakukan juga uji pengaruh ketinggian terhadap nilai curah hujannya. Uji rasio bertujuan untuk melihat sejauh mana data dugaan mampu mendekati data pengukuran. Rasio yang diuji adalah perbandingan antara data dugaan terhadap data pengukuran. Nilai rasio yang terbaik adalah 1 merepresentasikan bahwa data dugaan sama dengan data pengukuran. Terdapat dua jenis rasio yang diplotkan pada Gambar 18, yaitu rasio data sebelum dikalikan dengan faktor kalibrasi dan sesudah dikalikan faktor kalibrasi. Faktor kalibrasi diperlukan untuk menurunkan nilai data dugaan. Proses kalibrasi yang dilakukan adalah dengan mengalikan data dugaan dengan 0.5. Nilai 0.5 didapat agar nilai rasio mendekati 1. Penggunaan faktor kalibrasi ini lebih cocok digunakan pada data bulanan karena pada data harian tidak bisa dihitung rasionya ketika kejadian bukan hari hujan. Rasio sebelum dikalikan faktor kalibrasi mayoritas lebih dari 1, sehingga dapat dikatakan bahwa secara umum data dugaan mengalami overestimate terhadap data pengukuran. Nilai rasio data yang sudah memperhitungkan faktor kalibrasi pada Gambar 24 lebih cenderung mendekati 1. Artinya pendugaan curah hujan metode ini cenderung overestimate dan lebih baik mengalikan data dugaan dengan faktor kalibrasi 0.5. Curah hujan bulanan yang sudah dikalikan dengan faktor kalibrasi 0.5 dapat ditunjukkan pada Gambar 19. Curah hujan pada bulan Januari yang merupakan perwakilan dari bulan basah secara umum bernilai tinggi. Curah hujan tertinggi menyebar secara merata dari hulu sampai bagian tengah DAS Citarum. Nilai tertinggi curah hujan bulanan pada Januari 2008 adalah berkisar antara 270 mm sampai 300 mm tiap bulan. Untuk bulan Juli secara merata di dalam DAS Citarum tidak terdapat nilai curah hujan. Tetapi terdapat satu titik di luar DAS yang bernilai curah hujan berkisar antara 5 mm sampai 10 mm, sehingga perbandingan data tidak dilakukan karena tidak tersedianya data pengukuran di titik tersebut. 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 M o n ta ya C iso m a n g S a g u li n g D a m C il il in S u ka w a n a C ip a n a s- P e n g a le n g a n C h in ch o n a K a yu A m b o n L e m b a n g B a n d u n g C ica le n g ka C ih e ra n g C isa m p ih C iso n d a ri C ib e u re u m U ju n g B e ru n g C ip a ra y C isa la k P a se h Stasiun R a s io rasio normal rasio FK 0.5 Gambar 18 Rasio untuk curah hujan bulanan dugaan terhadap pengukuran sebelum dan sesudah dikalikan dengan faktor kalibrasi 0.5 i ii Gambar 19 Distribusi spasial curah hujan bulanan: i Januari 2008; ii Juli 2008 Koefisien korelasi menunjukkan keeratan hubungan antar dua data. Nilai koefisien korelasi antara data curah hujan dugaan dan pengukuran harian, pentad, dan dasarian untuk data yang sudah dikoreksi lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 20. Nilai koefisien korelasi pada data sebelum dan sesudah dilakukan koreksi tidak jauh berbeda karena korelasi hanya memperhitungkan faktor hubungan pola keeratan antar dua data bukan nilai data. Selang nilai koefisien korelasi adalah -1 sampai +1. Nilai negatif menunjukkan jika data tersebut memiliki hubungan keeratan yang saling berkebalikan. Terlihat pada Gambar 20 jika korelasi curah hujan harian rata-rata kurang dari 0.5 dan meningkat pada curah hujan pentad serta dasarian. Curah hujan harian memiliki variasi nilai yang tinggi sehingga nilai korelasinya kecil. Semakin besar nilai dimensi waktunya maka koefisien korelasinya semakin besar. Sehingga pendugaan curah hujan ini baik digunakan pada data yang memiliki dimensi waktu besar seperti dasarian, bulanan, dan tahunan. 0,09 0,27 0,15 0,30 0,29 0,51 0,13 0,60 0,35 0,32 0,43 0,26 0,07 0,05 -0,07 -0,03 -0,13 -0,14 -0,03 -1 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0,2 0,4 0,6 0,8 1 M o n ta y a C is o m a n g S a g u lin g D a m C ili lin S u k a w a n a C ip a n a s - P e n g a le n g a n C h in c h o n a K a y u A m b o n L e m b a n g B a n d u n g C ic a le n g k a C ih e ra n g C is a m p ih C is o n d a ri C ib e u re u m U ju n g B e ru n g C ip a ra y C is a la k P a s e h Stasiun Cuaca K o e fi s ie n K o re la s i Korelasi i 0,28 0,69 0,42 0,29 0,62 0,53 0,73 0,10 0,90 0,26 0,79 0,48 0,36 0,49 0,03 0,22 -0,09 -0,04 -0,06 -1,00 -0,80 -0,60 -0,40 -0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 M o n ta y a C is o m a n g S a g u lin g D a m C ili lin S u k a w a n a C ip a n a s - P e n g a le n g a n C h in c h o n a K a y u A m b o n L e m b a n g B a n d u n g C ic a le n g k a C ih e ra n g C is a m p ih C is o n d a ri C ib e u re u m U ju n g B e ru n g C ip a ra y C is a la k P a s e h Stasiun Cuaca K o e fi s ie n K o re la s i Korelasi ii 0,24 0,92 0,75 0,49 0,56 0,94 0,78 1,00 0,99 0,98 0,82 0,41 0,98 0,97 0,98 0,62 -0,71 -0,97 -0,10 -1,00 -0,80 -0,60 -0,40 -0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 M o n ta y a C is o m a n g S a g u lin g D a m C ili lin S u k a w a n a C ip a n a s - P e n g a le n g a n C h in c h o n a K a y u A m b o n L e m b a n g B a n d u n g C ic a le n g k a C ih e ra n g C is a m p ih C is o n d a ri C ib e u re u m U ju n g B e ru n g C ip a ra y C is a la k P a s e h Stasiun Cuaca K o e fi s ie n K o re la s i Korelasi iii Gambar 20 Koefisien korelasi CH dugaan dan pengukuran: i harian; ii pentad; iii dasarian Selanjutnya adalah uji MAE dan RMSE data dugaan terhadap data pengukuran. Uji MAE bertujuan untuk mengetahui nilai rataan dari absolut galat, sedangkan RMSE untuk mengetahui akar dari rataan kuadrat galat. Nilai yang paling baik untuk MAE dan RMSE adalah mendekati 0. Perhitungan MAE dan RMSE dilakukan pada data bulan Januari sebelum dan sesudah dilakukan koreksi seperti yang terlihat pada Tabel 2 dan 3. Penggunaan faktor kalibrasi 0.5 mampu menurunkan MAE dan RMSE rata- rata setengahnya pada data harian, pentad, maupun dasarian. Tabel 2 Nilai korelasi, MAE, dan RMSE sebelum data dugaan dikalibrasi Harian Pentad Dasarian Korelasi 0,18 0,37 0,56 MAE 13,62 51,41 77,01 RMSE 21,48 70,59 97,83 Tabel 3 Nilai korelasi, MAE, dan RMSE sesudah data dugaan dikalibrasi Harian Pentad Dasarian Korelasi 0,18 0,40 0,56 MAE 8,70 30,82 42,48 RMSE 15,45 44,50 59,62 V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan eksponensial antara suhu kecerahan awan dan curah hujan ketika dilakukan analisis regresi. Klasifikasi awan potensi hujan dilakukan dengan menggunakan data suhu kecerahan awan pada MTSAT IR1 dan suhu uap air pada MTSAT IR3. Hasil dari persamaan regresi adalah laju hujan yang selanjutnya dimodifikasi menjadi curah hujan harian, pentad, dasarian, dan bulanan. Berdasarkan analisis curah hujan spasial, pada bulan Januari terjadi tiga pola spasial distribusi hujan, yaitu dasarian ke-1 kejadian hujan cenderung terjadi di daerah hilir, dasarian ke-2 hulu, dan dasarian ke-3 pada bagian tengah DAS. Selama bulan Juli tidak terjadi hujan karena pada bulan tersebut terjadi kemarau. Selanjutnya analisis ini diharapkan mampu membantu dalam pengelolaan DAS Citarum secara berkelanjutan. Nilai curah hujan yang didapat overestimate dan koefisien determinasi kecil karena beberapa faktor penghambat pendugaan, diantaranya adalah terjadi selang waktu ketika melakukan plot data suhu kecerahan awan dan curah hujan padahal awan bergerak mengikuti pergerakan angin serta mampu berpindah lebih dari 5 km dalam waktu kurang dari 1 jam, serta tidak dimasukkannya faktor-faktor stabilitas meteorologi seperti angin, titik dasar awan, dan topografi. Pada uji kualitas data ditunjukkan bahwa kualitas data menjadi lebih baik ketika terjadi peningkatan dimensi data dari harian, pentad, dan bulanan. Uji kualitas data yang dilakukan adalah dengan melihat nilai rasio, korelasi, MAE, dan RMSE. Faktor kalibrasi 0.5 ditentukan dari hasil uji rasio selanjutnya dapat menurunkan nilai curah hujan dugaan yang overestimate.

5.2 Saran