3.3.2.6 Perbandingan
Kualitas Data
dengan Parameter Statistika
Parameter statistika yang digunakan sebagai alat bantu penilaian perbandingan
kualitas kedua data adalah rasio, korelasi, MAE, dan RMSE.
Rasio
Stasiun Pengukuran
CH Data
Dugaan CH
Data
R
Rasio merupakan salah satu uji apakah data hasil dugaan mampu
mendekati data hasil pengukuran. Nilai rasio yang terbaik adalah mendekati 1
yang menggambarkan bahwa nilai kedua data sama. Selanjutnya nilai rasio
digunakan
sebagai bahan
dalam menentukan nilai faktor kalibrasi. Faktor
kalibrasi diperlukan agar data memiliki rasio mendekati 1.
Koefisien korelasi
n i
i i
n i
i i
n i
i y
y
y y
y y
y y
y y
r
i i
1 2
1 2
1 ˆ
ˆ ˆ
ˆ ˆ
Korelasi menunjukkan
keeratan hubungan antara data hasil dugaan
dengan data hasil pengukuran lapangan. Nilai korelasi berkisar antara -1 sampai
dengan 1. Korelasi yang terbaik antara kedua data adalah mendekati 1.
MAE Mean Absolute Error
n i
i i
y y
n MAE
1
| |
1
MAE merupakan nilai absolut galat rata-rata antara data dugaan dan data
pengukuran lapangan.
RMSE Root Mean Square Error
n y
y RMSE
n i
i i
1 2
RMSE merupakan nilai akar kuadrat galat rata-rata dari data curah hujan
dugaan dan pengukuran.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Hubungan Suhu Kecerahan
Awan dan Laju Hujan Rain Rate
Analisis data suhu kecerahan awan citra MTSAT IR1 dan nilai laju hujan rain rate
hujan dari data TRMM 2A12 dilakukan berdasarkan wilayah kajian dan waktu yang
sama atau berdekatan. Asumsi pengambilan kedua data ini adalah data yang hanya
memiliki nilai curah hujan pada waktu tertentu. Artinya beberapa data pada waktu
tertentu yang sedikit mempunyai nilai curah hujan tidak diikutkan dalam analisis.
Data suhu kecerahan awan dan curah hujan yang pada selang waktu berdekatan
untuk wilayah DAS Citarum diplotkan seperti terlihat pada Gambar 11 setelah
dilakukan proses cropping. Walaupun satelit MTSAT-1R dan TRMM mimiliki resolusi
spasial yang berdekatan antara 4-5 km, tetapi kedua data tersebut sedikit memiliki
titik piksel yang sinkron. Hal ini disebabkan oleh bentuk grid data TRMM 2A12 yang
tidak beraturan. Kurang sinkronnya grid MTSAT-1R dan TRMM menyebabkan
jumlah piksel yang dihasilkannya tidak sama. Untuk wilayah DAS Citarum terdapat
775 piksel MTSAT IR1 dan 462 piksel TRMM 2A12 seperti terlihat pada Gambar
11. Selanjutnya seleksi data dilakukan sesuai koordinat yang sama dan berdekatan antara
dua data. Jumlah piksel akhir sesuai dengan jumlah piksel TRMM, yaitu 462 piksel.
Data yang digunakan sebagai bahan analisis hubungan suhu kecerahan awan dan
curah hujan adalah data tanggal 2 02.00 UTC, 13 10.00 UTC, 14 09.00 UTC, 27
14.00 UTC, 30 12.00 UTC, dan 31 11.00 UTC Januari 2008. Pemilihan data
ini didasarkan oleh ada tidaknya curah hujan pada seri data bulan Januari. Oleh karena itu,
untuk data bulan Juli tidak diikutsertakan. Plotting data dilakukan secara berurutan
sesuai tanggal dapat dilihat pada Gambar 12.
Nilai suhu
kecerahan awan
pada beberapa waktu yang telah ditentukan di
bulan Januari berkisar antara 190 K sampai
292 K, dengan nilai suhu rata-rata sebesar
253 K. Selanjutnya nilai laju hujan TRMM
2A12 berkisar antara 0 sampai dengan 47 mmjam, dengan nilai rata-rata sekitar 1
mmjam. Berdasarkan Gambar 12 dapat dilihat bahwa terdapat pola laju hujan tinggi
pada suhu kecerahan awan rendah. Tetapi tidak semua suhu kecerahan rendah yang
memiliki laju hujan tinggi. Ketidaksamaan ini diantaranya disebabkan oleh waktu yang
tidak sama antara satelit MTSAT dan TRMM ketika melakukan snap shot dan
ketidakmampuan satelit dalam membedakan jenis awan. Kedua faktor tersebut sering
menyebabkan
Pasangan data suhu kecerahan awan dan laju hujan tidak terjadi pada waktu yang
sama sesuai yang diinginkan karena resolusi temporal antara kedua data tidak sama.