Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

viii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kalau berbicara tentang agama Kristen, yang ada di dalam pandangan kita adalah konsep mengenai Tritunggal, konsep tersebut masih tetap menarik diperdebatkan dari dulu sampai sekarang, baik dikalangan tokoh-tokoh agama, pemuka gereja, para teolog maupun para intelektual. Sedang kalau berbicara tentang konsep Tritunggal maka yang muncul dibenak kita adalah tiga pribadi yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus atau secara bersamaan mereka adalah Allah. Doktrin Tritunggal juga mengatakan bahwa ketiganya, Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah setara, Maha Kuasa, dan tidak diciptakan, telah ada kekal selama-lamanya dalam keilahian. Roh Kudus dalam pandangan tradisi Kristen adalah merupakan pribadi Ketiga, yang disembah dan dimuliakan bersama dengan Bapa dan Putra sebagai yang satu dalam kodrat dan sama dalam keagungan pribadi pribadi dengan Bapa dan Putra 1 . Roh Kudus bukan suatu daya, tenaga atau kekuatan, melainkan salah satu Oknum dari tiga Oknum dalam satu Allah. Dia adalah pelipur Parakletos dalam bahasa Yunani, yang datang dari Allah untuk memberi nasehat dan penghiburan kepada kita Yoh. 14; 16 2 . Ia berperan sebagai penolong, penghibur bagi umat manusia. Meskipun sebenarnya bedasarkan hasil dari Konsili Nicea yang merupakan ajang perumusan doktrin ini sama sekali tidak menyinggung tentang posisi Roh Kudus. Dalam Konsili Nicea menyepakati bahwa Allah dan Yesus adalah sebuah pribadi Hypostasis dan Yesus merupakan sehakikat Houmoousius dengan Allah. Sementara status Roh Kudus dalam Konsili Nicea tidak dibicarakan begitu banyak dan tidak disepakati sebagai satu kesatuan Tritunggal. Kontroversi ini terus menyulut perseteruan antara Arius dan Athanasius yang sangat mendukung konsep di atas. Sedangkan Arius tetap pada pendirinnya bahwa Yesus tetap lebih rendah dari Allah karena Dia adalah ciptaan Allah. 3 1 Gerald O’Collins S J, dan Edward G. Farruq S J. Kamus Teologi, h. 279 2 G.C. Van Niftrik dan S.J. Boland, Dogmatika Masakini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976, Cet 5, h. 340 3 Di samping kedua pihak yang bertentangan itu masih ada pihak tengah yang merupakan mayoritas yang dipimpin oleh ahli sejarah gereja, yakni Eusebius dari Caesarea, dan juga dikenal sebagai pihak Origenistik dan landasan pandangannya adalah asas-asas yang dikemukakan Origen. Pihak ini condong kepada pihak Arius dan menentang doktrin bahwa anak sama substansinya dengan Bapa homoousios. Pihak ini mengajukan suatu pernyataan yang telah diketengahkan ix Roh Kudus diutus seperti dalam Yoh. 14;16, 26 Yesus mengatakan “Dan aku akan mohon kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu, seorang penolong yang lain, supaya ia menyertaimu selama-lamanya” yaitu “Roh kebenaran Roh Kudus Yoh. 14:17. Selanjutnya Yesus sebagai Anak Allah berkata dalam Yoh. 15:26 bahwa “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh kebenaran yang datang dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku”. Dalam ayat selanjutnya Yesus menegaskan kembali bahwa “Kamu juga harus bersaksi, karena dari awal Kamu telah bersamaKu”. Yoh. 15:27. Berawal dari pengalaman kegagalan dan kematian paska, Yesus yang tadinya mati tetap dipahami sebagai penghubung manusia dengan Allah. Pengalaman itu diartikan sebagai pertolongan “Roh Kudus”, yang dalam pengharapan bangsa Yahudi menjadi ciri khas akhir zaman. Maka dengan pembangkitan Yesus, yang disusul akan pengalaman Roh Kudus, Allah sudah memulai akhir zaman yang akan diselesaikan oleh Yesus juga. Karena itu Yesus bisa dikatakan Anak Manusia dan Mesias yang diharapkan, tokoh penyelamatan, wakil dan kuasa Allah. 4 Roh Kudus sendiri bekerja dalam Yesus Kristus Luk. 4:18; Mat. 12:28, dan Roh Kudus juga bekerja dalam diri orang yang percaya Yoh. 3:6; Mat. 10:20. Pernyataan penyatuan di antara tiga oknum tersirat tatkala Yesus dalam kandungan ibunya Maryam. Diawali dengan pertanyaan Maryam kepada malaikat tentang status kandungannya, karena dia belum bersuami, maka malaikat menjawab “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa dari yang Mahatinggi akan menaungi Engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut Kudus, Putra Allah” Luk.1:35. Selain itu yang juga menjadi dasar dalil penyatuan tiga oknum adalah proses pembaptisan Yesus Kristus oleh Yohanes Pembaptis, yang termuat dalam Mat. 3:16 redaksinya sebagai berikut “setelah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan Ia Eusebius, yang menyerahkan segala sesuatunya kepada pihak Aleksander dan Athanasius dengan satu pengecualian yakni doktrin di atas; dan menyatakan bahwa istilah homoousios hendaknya diganti dengan homoiousios; jadi mereka mengajarkan bahwa anak sama substansinya dengan Bapa. Setelah melalui perdebatan yang panjang akhirnya pihak Athanasius berhasil memenangkannya. Dewan Nicea akhirnya mengeluarkan pernyataan: Kita percaya kepada Tuhan Yang Esa, Bapa yang Mahabisa, Pencipta yang tampak maupun tidak tampak. Dan percaya pada satu Tuhan Yesus Kristus yang sama substansinya homoousios dengan Bapa dan seterusnya. Ini merupakan pernyataan yang tegas, dimana esensi anak dinyatakan identik dengan esensi Bapa; sama tingginya dengan Bapak serta mengakui Kristus sebagai autotheos. Selengkapnya, coba lihat dalam, L. Berkhof, Sejarah Perkembangan Trinitas terjemahan Thoriq A. Hindun diambil dari internet pada tanggal 14 Juli 2003, http:media.isnet.orgkristensejarah. 4 C. Groenen Sejarah Dogma Kristologi, Perkembangan Pemikiran Tentang Yesus Kristus Pada Umat Kristen, Yogyakarta: Kanisius, 1988, h. 67 x melihat langit terbuka dan Ia juga melihat turun seperti seekor burung merpati, Roh Allah datang atasNya”. Secara spesifik pembicaraan tentang Roh Kudus belum banyak mendapat perhatian dan pembahasan, walaupun telah muncul berbagai wacana yang masih simpang siur mengenai subjek tersebut. Arius berpendapat bahwa Roh Kudus adalah sesuatu yang pertama diciptakan oleh anak Yesus, suatu pendapat yang dalam banyak hal sesuai dengan pandangan Origenes. 5 Athanasius berpendapat bahwa esensi Roh Kudus sama dengan esensi Bapa. Tetapi pernyataan Nicea hanya mengeluarkan satu pernyataan yang tidak pasti tentang hal ini, Konsili Nicea sama sekali tidak membahas secara tuntas tentang status dan peran Roh Kudus dalam Tritunggal. Sementara Kelompok Kapadokian mengikuti atau menganut opini pandangan Athanasius dan dengan penuh semangat mempertahankan Roh Kudus adalah homoousios sehakikat dengan Yesus dan Bapa. Hilary dari Poitiers di 5 Pandangan Origenes mengenai Status Yesus sangat menggemparkan para kardinal dan Uskup Roma karena dianggap bersebrangan dengan kepercayaan dan keyakinan gereja. Origenes mengatakan bahwa Yesus bukan Allah yang Esa akan tetapi merupakan Allah Kedua yang kekuatannya ada dibawah Allah Bapa. Pandangan Origenes ini Subordinasi karena menempatkan Yesus pada posisi lebih rendah dari Allah Bapa. Berbeda dengan Arius yang juga sebagai sebab panasnya gaerah Teologi Kristen yang menyatakan bahwa Yesus adalah bukan Allah namun manusia yang diangkat derjatnya menjadi ilahi. Dengan demikian Yesus bukan Ilahi dari azalinya. Untuk lebih lengkapnya silahkan baca dalam bukunya L. Berkhof, yang berjudul, Sejarah Perkembangan Ajaran Trinitas, Bandung: Penerbit CV. Sinar Baru, 1992, h.11 xi Barat berpendapat bahwa Roh Kudus sebagai pencarian ke dalam Tuhan, bukanlah sesuatu yang di luar esensi kekal divine essence. 6 Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Macedonius, bishop Kota Konstantinopel, yang menyatakan bahwa Roh Kudus adalah suatu ciptaan yang lebih rendah subordinate daripada Anak tunduk terhadap Anak, akan tetapi pendapat ini pada umumnya dianggap heretik berbau bid’ah, dan para pengikutnya digelari aliran Pneumatokis pneuma = spirit, machomai = ucapan iblis. Pada waktu Dewan Umum Konstantinopel mengadakan pertemuan pada tahun 381, dewan ini mengumumkan bahwa mereka mengakui pernyataan Nicea, yang dipimpin oleh Gregory dari Nazianzus dengan menerima perumusan berikut tentang Roh Kudus: Dan kami percaya di dalam Roh Kudus, Tuhan Pemberi Kehidupan, yang berasal dari Bapak yang akan dimenangkan oleh Bapak dan anak, dan yang berbicara melalui para nabi. 7 Setelah Konsili Nicea perdebatan terus berlangsung selama puluhan tahun. Pertikaian teologi yang hebat dan lama ini mereda setelah Theodosius Agung yang anti-Arian, naik menjadi Kaisar pada tahun 379. Ia meneguhkan Kredo dari konsili Nicea sebagai standar untuk daerahnya dan mengadakan Konsili Konstantinopel pada tahun 381 M. 8 Pengudusan karya ketiga pribadi dilaksanakan oleh Roh Kudus dan 6 L. Berkhof, Sejarah Perkembangan Ajaran Trinitas, h. 12 7 L. Berkhof, Sejarah Perkembangan Ajaran Trinitas, h. 12 8 International Bible Students Association, Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal,New York: Wachtower Bible and Tract Society of New York, 1989, h. 8 xii dianugerahkan kepada semua orang beriman Yoh. 20:22; Rm. 5:5. ST Atanasius dan Aleksandria 296-373 dan ST. Sirilus dari Aleksandria meninggal 444 membela keilahian Roh justru karena Roh itu membuat kita serupa dengan Allah yaitu dengan menguduskan atau mengilahikan kita. Keilahian Roh dinyatakan pada Konsili Konstatinopel pertama tahun 381 9 Dari deskripsi di atas telah jelas mengenai status dan fungsi Roh Kudus dalam pandangan Kristen secara umumnya yaitu sebagai pribadi ketiga, setelah pribadi Bapa dan Anak. Berbeda halnya dengan pendapat Kristen Saksi-Saksi Yehuwa yang menganggap Roh Kudus bukan sebagai pribadi, melainkan sebagai tenaga aktif atau kekuatan yang dimiliki oleh Allah Yehuwa untuk melaksanakan berbagai maksud tujuan-Nya, sampai taraf tertentu, hal ini dapat disamakan dengan listrik, tenaga yang dapat digunakan untuk melakukan beragam fungsi. 10 Adapun bukti bahwa seseorang memiliki Roh Kudus adalah bisa dilihat Luk. 4: 18, 31-35 ketika Yesus membaca dari kitab nabi Yesaya bahwa Roh Tuhan Yehuwa ada pada-Ku, oleh sebab itu I a telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik. Kemudian Yesus pergi ke Kepernaum sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari Sabat.mereka takjub 9 Gerald O Collins S.J. Dan Edward G. Farruq S.J. Kamus Teologi, h. 279 10 Internatinal Bible Studens Association, Haruskah Anda Percaya Kepeda Tritunggal, h. 20 xiii mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Di dalam rumah ibadat itu ada seseorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras. Tapi Yesus menghardiknya, kata-Nya “Diam, keluarlah dari padanya Dan setan itupun menghempaskan orang itu dan sama sekali tidak menyakitinya”. Apa yang membuktikan bahwa Yesus memiliki Roh Allah? Kisah itu tidak mengatakan bahwa Yesus gemetar atau berteriak atau bergerak dengan penuh emosi. Sebaliknya, dikatakan I a berbicara dengan penuh kuasa. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada saat itu memang roh setan membuat orang itu berteriak dan terhempas ke tanah. 11 A. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Persoalan Roh Kudus adalah suatu hal yang urgen dalam agama Kristen. Perbedaan pandangan tentang Roh Kudus telah menjadi wacana aktual dalam setiap pembicaraan mengenai peran dan fungsinya dalam agama Kristen. Roh Kudus yang diyakini sebagai pribadi ketiga dalam Tritunggal sekaligus menjadi panutan iman bagi agama Kristen. Namun demikian pandangan ini tidak secara mutlak sebagai kebenaran ajaran agama Kristen. Kristen Saksi-Saksi Yehuwa Justru menganggap Roh Kudus sebagai pribadi adalah merupakan suatu kebodohan. Mereka meyakini 11 International Bible Students Association, Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab, New york, Wachtower Bible and Tract society Of Pennsylvania, 1989, h. 320 xiv bahwa Roh Kudus adalah suatu kekuatan atau tenaga yang dipergunakan oleh Allah dan Yesus sebagai Juruselamat dunia. Dari berbagai persoalan, maka penulisan skripsi ini lebih diarahkan pada persoalan-persoalan: Bagaimana Status dan Fungsi Roh Kudus menurut Pandangan Kristen Saksi-Saksi Yehuwa? B. C. C. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Untuk mengkaji permasalahan ini, pertama penulis melakukan penelitian kepustakaan Library Research yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi yaitu berupa data-data sumber ilmiah seperti buku-buku, ensiklopedi, majalah, diktat, artikel, dan data-data tertulis lainnya, yang diperoleh sebagai pendukung serta ditambah pula dengan konsultasi dan wawancara dengan penganut kristen Saksi-saksi Yehuwa sebagai penjelas dan pelengkap dalam tulisan ini. Agar lebih paham dan mencapai target dalam sasaran pembahasan ini, maka penulis menggunakan metode deskriptif-analitik, yaitu dengan menggambarkan Roh Kudus secara umum, Sejarah Saksi-Saksi Yehuwa, dan yang lebih penting mengenai Status dan Fungsi Roh Kudus menurut Saksi-Saksi Yehuwa dan kemudian penulis menganalisanya. Mengenai teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu sepenuhnya pada standar penulisan skripsi dengan buku, “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan xv Disertasi” yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Press tahun 2004.

D. Sistematika Penulisan