xlviii
Yahweh bertindak di luar dari-Nya. “Buku itu juga mengatakan ; mayoritas naskah-naskah Perjanjian Baru menyatakan Roh Allah sebagai sesuatu,
bukan seseorang; ini terutama terlihat dalam kesejajaran antara Roh dan kuasa Allah. Jadi “secara keseluruhan penjelasan Alkitab itu baik di perjanjian
lama maupun perjanjian baru dalam berbicara tentang Roh itu adalah sebagai suatu energi atau kuasa ilahi.”
47
Roh Kudus Kisah 2: 4 adalah intipati atau kuasa Allah yang Kristus janjikan akan utuskan kepada umat-
umat pilihan Yohanes 16: 7. Roh Kudus bukan suatu pribadi dan bukan bagian dari suatu Tritunggal, tetapi Roh Kudus adalah tenaga aktif Allah yang
I a gunakan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Roh Kudus tidak setara dengan Allah tetapi selalu dipakai oleh-Nya dan lebih rendah dari pada Dia.
B. Roh Kudus Secara Umum
Roh Kudus menurut doktrin Tritunggal adalah Pribadi ketiga dari keilahian setara dengan Sang Bapa dan Sang Anak, Seperti dikatakan buku
Our Ortodox Christian Faith: “Roh Kudus adalah Allah sepenuhnya,
48
Roh Kudus adalah Allah sendiri yang datang kepada kita dari luar “dari atas”,
yang menyatakan dirinya kepada kita serta bertindak terhadap kita
47
Internatiomal Bible Students Association, Haruskah Anda Percaya Tritunggal?, h. 22
48
Haruskah Anda Percaya kepada Tritunggal, h. 20
xlix
Kesaksian tentang pernyataan Allah ialah Alkitab. Apabila dalam Alkitab dibicarakan tentang Allah Bapa, maka dibicarakan pula tentang Yesus
dan tentang Roh Kudus. Demikianlah Allah menyatakan diriNya, demikian I a membuat kita mengenal Dia, yaitu dengan tiga nama yang menunjuk kepada
tiga “Cara Berada-Nya” sebagai “Allah Bapa”, sebagai “Allah Anak”, sebagai “Allah Roh Kudus”. Ketiganya ini bukanlah Tiga I lahi ataupun tiga Tuhan,
melainkan adalah Allah yang Satu dan Esa
49
. Dalam Diri Allah ada Tiga pribadi tapi Allah itu tetap satu, ada hubungan yang sangat erat antara ketiga
pribadi ini dan hubungannya tersebut terjadi karena daya kekuatan Allah Roh kudus yang mempersatukan antara Bapa dan Putra, keesaan itu atau satu
itu, tidak bertentangan dengan tiga pribadi. Pengudusan, karya ketiga pribadi, dilaksanakan oleh Roh Kudus yang
dianugerahkan kepada semua orang beriman Yoh 20: 22: 22; Rm 5: 5. ST. Atanasius dari Alexanderia 296-373 dan ST-Sirilius dari Alexanderia
meninggal 444 membela keilahian Roh, justru karena Roh itu membuat kita serupa dengan Allah dengan menguduskan atau mengilahikan kita. Keilahian
Roh dinyatakan pada konsili Konstatinopel pertama pada tahun 381
50
. Pengukuhan ini datangnya setelah Ketuhanan Yesus, berdasarkan rumusan
49
G.C. Van Niftrik, D.S. BJ. Boland, Dogmatika Masa Kini, h. 334-345
50
Gerald O’Collins S.J dan Edward G. Farruq S.J. Kamus Teologi, h. 279
l
Athanasius yang menyatakan bahwa: “Roh Kudus itu sehakekat dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Sebagaimana Bapa, demikian juga Anak demikian juga
Roh Kudus itu”
51
Penetapan Roh Kudus dalam pengolahannya sama dengan Tuhan Yesus yaitu keduanya adalah hasil dari ulama kristen dalam konsili Nicea
tahun 325 M. dan konsili Dikumenes 11 tahun 381 M. Pada akhirnya Van Niftrik mengambil kesimpulan dalam ketuhanan Roh Kudus sebagai berikut:
1. Sebagai Allah Tritunggal maka Allah itu satu dan Esa adanya, namun
demikian kita terpaksa membeda-bedakan antara Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus.
2. Dalam hakekatnya Allah Tritunggal, tidak ada yang lebih dahulu atau yang lebih kemudian, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Namun demikian, haruslah dikatakan, bahwa Bapa adalah I a asal yang kekal, daripada Roh Kudus, yang sudah datang di dunia ini
untuk menetap di antara kita sambil bekerja di dalam kita
52
. Sepanjang penyelidikan yang dilakukan oleh umat kristen. Ketuhanan
Roh Kudus itu benar-benar rumusan yang dibuat oleh gereja Kristen, sehingga mereka mengekang pikiran untuk mempersoalkannya, kecuali
51
G. C. Van Niftrik, D.S. BJ. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1967, h. 261
52
G.C. Van Niftrik, D.S. BJ. Boland, Dogmatika Masa Kini, h. 263
li
beberapa ahli teologi skolastik pada abad-abad pertengahan. Mereka itu yang diperkenankan untuk membahasnya, dan mereka tidak terikat oleh doktrin
gereja sebagaimana dikatakan oleh Van Niftrik bahwa pemikirannya tidak mau mengakui adanya batas apapun. Jadi, janganlah kita mencoba
menjelaskan soal-soal itu sampai masuk akal
53
. Dari awal teologia sudah terpaksa memikirkan pertanyaan-pertanyaan
demikian. Sebab itu perlulah kita mencurahkan perhatian kepada sejarah gereja. Pada abad-abad pertama dikalangan gereja kristen, yang
diperdebatkan mengenai soal siapakah Yesus Kristus? Pada konsili-konsili Nicea 325 dan konstatinopel 381 dirumuskan dogma, bahwasanya Anak
Allah adalah “Sehakekat dengan Bapa”. Dengan perumusan ini ditolak oleh ajaran Arius. Perkembangan ini adalah karena berkat usaha Athanasius lihat
bab 12,14. Athanasius juga menggunakan perumusan itu dalam berbicara tentang Roh Kudus: kata “
Homo–Usios” sama hakekat, sehakekat tidak saja berlaku mengenai Kristus, tetapi juga mengenai Roh Kudus. Maksudnya
adalah bahwa Roh Kudus bukanlah “sesuatu”, bukanlah salah satu “kekuatan” bukanlah salah satu “makhluk” melainkan bahwa Dia adalah
berpribadi, artinya bertindak sebagai “cara berada yang ketiga” di dalam hakekat Allah yang satu dan esa.
53
G.C. Van Niftrik, D.S. BJ. Boland, Dogmatika Masa Kini, h. 346
lii
Akan tetapi mengenai Roh Kudus, Konsili-konsili pertama hanya memberikan perumusan yang samar-samar. Rumusan Nicea 325
membicarakan tentang nisbah antara Allah Bapa dan kepada Yesus Kristus; setelah mengaku percaya kepada Allah Bapa dan kepada Yesus Kristus, lalu
mengenai Roh Kudus hanya bertulis “dan kepada Roh Kudus” tanpa tambahan apa-apa. Dalam bentuk semula
Pengakuan Nicea-Konstatinopel 381, sesudah pasal-pasal tentang Allah Bapa dan Yesus Kristus,
menyusullah : “dan kepada Roh Kudus, yang jadi Tuhan dan menghidupkan; yang keluar dari Sang Bapa; yang disembah dan dimuliakan bersama-sama
dengan Sang Bapa dan Sang Anak….” Dengan perumusan itu ditolaklah anggapan orang-orang yang sudah mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah
suatu makhluk, suatu oknum yang takluk kepada Allah, sama seperti misalnya para Malaikat.
54
Roh kudus adalah nama lain untuk kasih Allah yang pergi kepada manusia dan yang merubah serta membaharuinya. Roh kudus-seperti yang
kita katakan adalah kehadirat Allah yang menguatkan kita dan menatang kita, kehadiran Allah yang menghibur kita dan yang membuka perspektif-
perspektif baru untuk kita ke masa depan dan lain-lain. Kehadirat Allah ini bukan saja kita alami dalam hidup kita, tetapi kita juga lihat ”dalam hidup
54
G. C. Van Niftrik , D.S. BJ Boland, Dogmatika Masa Kin, h. 344
liii
orang-orang lain”, hidup mereka yang ditatang oleh cinta kasih, hidup mereka yang terbuka untuk sesama manusia mereka, dan sebagainya. Dan
juga dalam persekutuan percaya yang kita sebut Jemaat; kerukunan, perdamaian, solidaritas, yang kita “lihat” dan alami disitu, di tengah-tengah
cobaan, salah paham dan pergumulan. Semuanya itu hanya mungkin karena Allah berkenan hadir dan bertindak di dalam dan di tengah-tengah kita.
55
Dalam Ensiklopedi gereja Roh Kudus adalah pemberian di dalam “Allah Tritunggal itu sendiri yaitu cinta kasih yang secara bebas memberi diri.
Dengan kata lain: Roh Kudus adalah cinta kasih yang berpribadi. Jadi, Dialah bukan hanya pemberian, melainkan juga pemberi menurut hakekat ilahiNya,
maka Roh bukan anugerah yang diberikan bagi pribadi kristus dalam pembaptisan dan kebangkitanNya, melainkan sebagai anugerah dialah
terutama pribadi yang memberi Diri. Seandainya tidak demikian, Roh Kudus tidak dapat mewahyukan keilahian Allah seperti adanya, yakni sebagai Abadi,
melainkan hanya Allah sebagaimana I a menampakkan Diri dalam sejarah umat manusia. Hal ini diungkapkan S. Agustinus dengan mengatakan bahwa
Roh Kudus adalah Cinta kasih ilahi antara Bapa dan Putra yang Ber-Pribadi.
56
55
Dr. J. L. Ch. Abineno, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen,, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2003 Cet. Ke-6, h. 142.
56
A. Heuken, Ensiklopedi Gereja IV Ph-To, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1995 Cet Ke-3, h. 112
liv
Melalui Roh Kudus itulah Allah mengetahui segala-galanya dan tiada hal yang tersembunyi dari “mata” Allah. Dan melalui Roh Kudus itu pula Allah
hadir di segala tempat pada waktu yang bersamaan. Dua ciri atau sifat Allah ini disebut di dalam bahasa teologi dengan istilah
Omniscient “maha tahu” dan
Omnipresent “maha hadir”. Hal ini diungkapkan oleh banyak ayat dalam Alkitab. Misalnya dalam Yeremia 23: 23-24.
57
Roh Kudus diutus oleh Yesus Kristus, dari Bapa, kepada manusia, karena Yesus tidak menghendaki manusia itu hidup sendirian. Roh Kudus
turun ke dunia, yaitu kepada para Rasul dan murid-murid Yesus dan selanjutnya pada gereja Pantekosta, hari kelima puluh sesudah paskah atau
pada hari kesepuluh sesudah kenaikan Yesus ke surga. Dapat dikatakan bahwa yang bekerja di dunia sekarang ini adalah Roh Kudus. Pertama Roh
Kudus turun kepada para rasul dan murid-muridnya sehingga dalam seketika mereka menjadi memiliki keberanian, menjadi orang-orang yang sabar dan
gembira dalam penderitaan hidup karena iman mereka. Roh Kudus menjadi pendorong yang menyebabkan mereka giat bekerja karena keimanan mereka
terhadap apa yang pernah diberitakan oleh Yesus Kristus. Apabila seseorang telah dipenuhi Roh Kudus, maka ia akan memiliki
apa yang dalam gereja Roma Katolik disebut dengan “Kehidupan Berahmat”
57
Derek Prince, Roh Kudus dalam Diri Anda, Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil ‘Immanuel’ 1994, h. 8
lv
yaitu sebagai orang yang termasuk suci tanpa dosa-dosa kecil sekalipun. Orang tersebut telah memiliki suatu kehidupan adikodrati karena Roh Kudus
sudah ada dalam dirinya, bahkan Bapa dan Putra pun ada dalam diri orang tersebut. I nilah yang dimaksud oleh Paulus dengan perkataannya : ”Tidakkah
kamu tahu bahwa kamu itu bait Allah dan bahwa Roh Kudus tinggal di dalam hatimu”
1Kor, 316.
58
Roh Kudus merupakan satu-satunya sumber kekuatan dan kuasa Yesus dalam seluruh pelayanan-Nya. Bahkan Yesus menganjurkan untuk
selalu bergantung kepada Roh Kudus agar mendapatkan kuat kuasa yang diperlukan bagi mukjizat-mukjizat serta pengajaran-Nya. I a tak pernah
melakukan sesuatu tanpa pimpinan Roh Kudus.
59
Kalau kita lihat dalam I slam Roh Kudus adalah Malaikat Jibril atau dengan pengertian lain adalah bahwa Allah telah menjadikan jiwanya bersih
dari segala sifat-sifat yang tidak baik, dengan nikmat ini I sa dapat mengetahui bahwa I a lahir kedunia ini bukanlah dengan kejadian yang biasa,
sehingga dengan demikian ia dapat membuktikan kesucian dirinya dan kesucian ibunya. Karena Allah telah memperkuatnya dengan Ruhul kudus
tersebut, maka ia dapat berbicara ketika I a masih dalam buaian dan waktu
58
Djam’annuri, Agama Kita Perspektif Sejarah Agama-Agama, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2000 Cet. Ke-1, h. 85
59
Derek Prince, Roh Kudus Dalam Diri Anda, h.17
lvi
masih kecil. I a berbicara hanya untuk membela kesucian dan kehormatan ibunya terhadap tuduhan yang bukan-bukan dari kaum Yahudi. Kemudian
setelah I a dewasa, I a juga dapat berbicara dengan baik dan sempurna untuk menyeru manusia kepada agama Allah dengan pembicaraan yang jelas, lagi
penuh hikmah.
60
C. Roh Kudus Dalam Perspektif Saksi- Saksi Yehuw a