Tempat dan Waktu Analisis Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Entomologi Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian ini terhitung mulai dari Agustus 2009 ‒ Desember 2009. Penelitian Tripsin Inhibitor dan Alfa-amylase inhibitor dimulai dari Agustus 2009 - Juni 2010 di Laboratorium PAU Institut Pertanian Bogor. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian artificial diet yaitu serbuk kulit dan batang kayu sengon dari provenan Solomon dan Kediri. Serbuk batang dan serbuk kulit provenan Solomon diperoleh dari Persemaian Permanen, di Pongpoklandak, KPH Cianjur. Sedangkan serbuk sengon provenan Kediri diambil dari daerah Ngancar KPH Kediri, dengan kondisi masing-masing serbuk sengon sehat dan sengon sakit yang telah diproses freeze dry. Bahan campuran lain yang digunakan adalah yeast extract, streptomycin, ascorbic acid vitamin C, natrium benzoat, agar, sukrosa dan aquades. Larva yang digunakan ada 2 macam, yaitu larva boktor berukuran kecil 1 ‒ 1,5 cm dan larva boktor berukuran besar 1,5 ‒ 3 cm. Data aktivitas enzim trypsin inhibitor dan alfa-amylase inhibitor didapatkan berupa data sekunder dari penelitian sebelumnya Saimima 2010 dan Yauvina 2010.

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan digital, kompor listrik, kaliper digital, tabung reaksi dengan diameter 3×3 cm, gelas ukur, refrigerator, oven, sendok pengaduk, sudip, cawan petri, toples, pinset, gunting, kain kasa, tisu, label, karet, piring, alat tulis dan kamera digital. 3.3. Metodologi Penelitian 3.3.1 Persiapan dan Pembuatan Artificial Diet Persiapan penelitian ini meliputi pengambilan serbuk kayu sengon yang telah melewati proses freeze dry, persiapan bahan kimia penyusun makanan buatan artificial diet dan persiapan alat-alat yang akan digunakan, pembuatan stand penempatan tabung yang sesuai dengan tabung reaksi sebagai tempat ransum yang dilindungi dengan penutupan oleh kain kasa. Kemudian dilanjutkan dengan pencarian larva X. festiva, yang diasumsikan larvanya berasal dari satu induk. Adapun komposisi makanan buatan untuk larva boktor dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Komposisi Artificial Diet Komposisi Jumlah Bahan I : Aquades Yeast extract Streptomycin Natrium benzoat Vitamin C Ascorbic acid Serbuk sengon dengan proses freeze dry Bahan II : Aquades Sukrosa Agar 50 ml 0,75 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g 10 g 50 ml 5 g 0,75 g Komposisi artificial diet ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya Carvallo 2009, namun ada beberapa perubahan seperti penambahan dosis pada beberapa bahan dan pengurangan pada beberapa bahan. Komposisi kali ini tidak menggunakan NaCl, dolomit, minyak zaitun, vitamin B kompleks dan tambahan selulosa, hanya menggunakan serbuk sengon sebagai sumber selulosa utamanya sehinggga jumlah komposisinya dijadikan 2 kali lipat. Umumnya dosis pada masing-masing bahan yang digunakan lebih ditingkatkan. Pembuatan artificial diet ini dengan cara mencampurkan bahan I ke dalam bahan II dari komposisi artificial diet di atas. Bahan I dibuat dengan memasukkan yeast extract terlebih dahulu ke dalam aquades dan diaduk hingga terlarut sempurna. Kemudian menambahkan streptomycin, natrium benzoat, dan vitamin C dengan melarutkan unsur-unsur sebelumnya terlebih dahulu. Sebelum menambahakan serbuk sengon kedalam bahan I sebaiknya menyiapkan bahan II terlebih dahulu, yaitu dengan melarutkan sukrosa ke dalam aquades yang diikuti dengan melarutkan agar hingga tercampur sempurna. Kemudian bahan II tersebut dipanaskan pada kompor listrik hingga mendidih. Sementara itu, untuk bahan I ditambahkan dengan serbuk sengon dan diaduk sempurna agar bahan kimianya dapat diserap oleh serbuk sengon tersebut. Setelah kedua bahan siap, bahan II campuran sengon dan bahan kimia dituangkan ke dalam bahan I.

3.3.2 Percobaan dan Parameter Artificial Diet

Percobaan dilakukan dengan memasukkan satu persatu larva boktor ke dalam tabung yang berisi makanan buatan artificial diet, kemudian ditutup kain kasa. Tabung-tabung ini disimpan di rak dengan suhu kamar dan memperoleh sirkulasi udara yang baik. Parameter yang akan diamati selama 6 minggu yaitu berat larva, panjang larva, diameter kepala larva, berat makanan dan sisa makanan yang telah dikonsumsi oleh larva boktor. Pengukuran dan penggantian makanan dilakukan setiap 2 minggu.

3.4 Analisis Data

Jumlah sampel pohon yang digunakan sebagai unit percobaan disajikan dalam Tabel 2. Analisis korelasi Pearson digunakan untuk melihat hubungan antara parameter pertumbuhan larva pada setiap unit percobaan tersebut dengan aktivitas enzim inhibitor. Software yang digunakan adalah Microsoft Excel 2007. Dalam penelitian artificial diet ini setiap sampel pohon diulang sebanyak 3 kali pada masing-masing ukuran larva boktor. Banyaknya unit percobaan artificial diet adalah 79 masing-masing sampel × 3 ulangan = 237 unit percobaan untuk setiap ukuran boktor. Setiap sampel pohon unit percobaan yang dipakai untuk artificial diet, adalah sama dengan sampel yang digunakan untuk uji aktivitas inhibitor enzim trypsin dan enzim alfa-amylase. Tabel 2 Sampel yang digunakan dalam artificial diet Provenan Bagian Kondisi Jumlah Sampel Solomon Batang Sehat BSH Sakit BSK Sehat KSH Sakit KSK 26 pohon 3 pohon 5 pohon 3 pohon Kulit Kediri Batang Sehat BKH 23 pohon Sakit BKK 11 pohon Kulit Sehat KKH 5 pohon Sakit KKK 3 pohon

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan aktivitas inhibitor dengan pertumbuhan artificial diet larva boktor diamati pada dua provenan, yaitu Solomon dan Kediri. Namun dalam pengolahan data ini, indikator yang digunakan adalah bagian dan kondisi pohon sedangkan provenan tidak dicantumkan. Hal ini didasarkan pada penelitian sebelumnya, bahwa faktor provenan tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas trypsin inhibitor dan alfa-amylase inhibior Djati 2009. Tabel 3 Rata-rata pertumbuhan larva boktor dalam artificial diet Ukuran Larva Sampel Parameter pengamatan B gr DK mm P cm K gr Kecil ± 1,5 cm Batang sehat -0.003 0.02 0.04 2.480 Batang sakit -0.003 0.04 0.03 2.291 Kulit sehat 0.024 0.00 0.13 2.488 Kulit sakit 0.026 0.00 0.06 3.470 Besar ±3 cm Batang sehat -0.106 -0.06 -0.08 2.439 Batang sakit -0.072 0.03 -0.06 2.062 Kulit sehat 0.015 -0.06 0.09 2.751 Kulit sakit -0.016 -0.08 -0.02 2.455 Keterangan : B = Berat larva DK = Diameter kepala larva P = Panjang larva K = Konsumsi diet larva Hasil rataan pengukuran pengamatan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perkembangan larva boktor yang berbeda-beda pada masing-masing kondisi dan bagian pohon. Artificial diet dengan menggunakan serbuk kondisi sehat umumnya memberikan hasil pertumbuhan kurang baik dibandingkan penggunaan serbuk batang sakit, ada juga beberapa parameter yang memperlihatkan pertumbuhan yang meningkat. Pertumbuhan larva dilihat dari semakin tingginya positif selisih berat larva, diameter kepala larva, panjang larva dan konsumsi diet. Rata-rata pertumbuhan larva pada sengon sehat lebih menderita kecil dibandingkan pertumbuhan larva pada sengon sakit. Hal ini mengindikasikan bahwa, pada sengon sehat memiliki ketahanan lebih besar terhadap serangan hama boktor. Seperti yang disebutkan dalam Saimima 2010 bahwa rata-rata aktivitas α-