amylase inhibitor yang lebih tinggi pada pohon kondisi sehat dan Yauvina 2010 rata-rata aktivitas trypsin inhibitor pada pohon sehat lebih tinggi daripada aktivitas
trypsin inhibitor pada pohon sakit. Hasil rataan nilai aktivitas enzim inhibitor pada Tabel 4 menunjukkan
tingginya aktivitas inhibitor pada kondisi pohon sehat dibandingkan pada pohon kondisi sakit. Jika dilihat dari bagian pohon, nilai aktivitas trypsin inhibitor lebih
besar pada bagian kulit, sedangkan pada bagian batang memiliki nilai alfa- amylase inhibitor yang lebih tinggi.
Tabel 4 Rataan nilai aktivitas enzim inhibitor Trypsin Unit Inhibited dan alfa- amylase Unit Inhibited
Kondisi Bagian pohon
TUI AUI
Sehat Batang
511.517 30.865
Kulit 864.664
28.576 Sakit
Batang 126.996
26.401 Kulit
1282.450 23.541
Sumber : Saimima 2010 dan Yauvina 2010.
Perkembangan larva pada masing-masing parameter dikorelasikan dengan nilai aktivitas enzim inhibitor Trypsin Unit Inhibited dan alfa-amylase Unit
Inhibited pada tiap sampel pohon. Dari hasil penelitian ini, diharapkan setiap korelasi antara inhibitor dengan semua parameter perkembangan larva pada
artificial diet selalu negatif. Karena semakin tinggi aktivitas inhibitor akan menurunkan kesukaan larva boktor untuk menyerang pohon sengon.
4.1 Korelasi Antara Aktivitas Trypsin Inhibitor Pada Sengon Dengan
Pertumbuhan Larva Boktor Ukuran Kecil Dalam Artificial Diet
Berdasarkan Tabel 5 dilihat dari bagian pohon, antara aktivitas trypsin inhibitor TUI Trypsin Unit Inhibited dengan parameter perkembangan larva
kecil bagian batang dan kulit memiliki jumlah korelasi negatif dan positif yang sebandingsama. Batang dan kulit sama-sama memiliki 4 korelasi negatif,
sehingga tidak memperlihatkan pengaruh besar antara TUI dengan pertumbuhan larva. Jika dilihat dari kondisi pohon, pada sengon kondisi sehat memiliki jumlah
korelasi negatif lebih banyak dibandingkan dengan kondisi sakit. Sengon kondisi sehat terdapat 5 parameter yang menunjukkan korelasi negatif, sedangkan pada
kondisi sakit hanya ditemukan 3 korelasi negatif.
Tabel 5 Korelasi antara aktivitas
Trypsin inhibitor dengan parameter pertumbuhan larva kecil dalam artificial diet
Bagian Kondisi TUI vs
Berat Larva
TUI vs Diameter
Larva TUI vs
Panjang Larva
TUI vs Konsumsi
Diet Batang
Sehat -
+ -
+ Sakit
- -
+ +
Kulit Sehat
- +
- -
Sakit +
+ +
-
Keterangan :
+ = berkorelasi positif
- = berkorelasi negatif
Data ini membuktikan bahwa pada sengon sehat, bagian batang dan kulit sama-sama memiliki TUI yang tinggi yang menyebabkan larva boktor kecil tidak
menyukai pohon sengon sehat tersebut. Parameter yang memperlihatkan korelasi negatif pada sengon sehat adalah perbandingan TUI dengan diameter kepala larva
dan panjang larva serta konsumsi diet.
Gambar 1 Histogram korelasi antara aktivitas Trypsin inhibitor pada batang sehat dengan parameter pertumbuhan larva ukuran kecil pada batang
sehat. Pada batang sengon sehat Gambar 1 terdapat 2 perbandingan korelasi
yang memperlihatkan hubungan negatif, yaitu pada korelasi antara TUI dengan berat -0,150 dan TUI dengan panjang -0,219. Sedangkan pada 2 parameter
pertumbuhan larva lainnya berkorelasi positif, yaitu korelasi pada TUI dengan diameter kepala larva dan TUI dengan konsumsi diet. Walaupun perbandingan
kedua histogram parameter sama, namun pada parameter yang berkorelasi negatif memiliki nilai yang lebih besar sehingga parameter ini dapat dikatakan konsisten.
Gambar 2 Histogram korelasi antara aktivitas Trypsin inhibitor pada batang sakit dengan parameter pertumbuhan larva ukuran kecil pada batang
sakit. Bagian batang sakit yang diperlihatkan pada Gambar 2, juga terjadi hal
yang sama seperti histogram pada batang sehat. Namun perbandingan korelasi negatifnya berlaku berat larva -0,123 dan dengan diameter kepala larva TUI
0,213 dan korelasi posotinya berlaku pada parameter panjang 0,023 dan konsumsi larva 0,218. Berdasarkan data ini, trypsin inhibitor pada batang
berkorelasi negatif dengan pertumbuhan larva kecil dalam artificial diet.
Gambar 3 Histogram korelasi antara aktivitas Trypsin inhibitor pada kulit sehat dengan parameter pertumbuhan larva ukuran kecil pada kulit sehat.
Pada kulit sehat Gambar 3, korelasi TUI dengan 3 parameter perkembangan larva berat sebesar -0,127, panjang sebesar -0,201 dan konsumsi
diet sebesar -0,270 menunjukkan TUI berkorelasi negatif pada pertumbuhan larva kecil. Pada parameter diameter kepala larva histogramnya menunjukkan
korelasi positif sebesar 0,257. Korelasi negatif yang dimaksudkan adalah
semakin tingginya aktivitas trypsin inhibitor pada kulit sehat akan berbanding terbalik dengan 3 parameter pertumbuhan artificial diet larva tersebut.
Pada kulit sakit Gambar 4 memiliki bentuk histrogram yang sangat berbeda dari histogram sebelumnya, yaitu ada 3 parameter yang memperlihatkan
korelasi positif dan 1 parameter berkorelasi positif . Korelasi positif diperlihatkan pada parameter berat larva 0,632, diameter kepala larva 0,842 dan panjang
larva 0,517, sedangkan pada konsumsi larva nilai korelasinya negatif sebesar - 0,438. Histogram ini membuktikan tidak ada hubungan yang antara trypsin
inhibitor dengan pertumbuhan larva kecil pada kulit sehat.
Gambar 4 Histogram korelasi antara aktivitas Trypsin inhibitor pada kulit sakit
dengan parameter pertumbuhan larva ukuran kecil pada kulit sakit. Dari keempat histogram korelasi pada bagian kulit sehat yang paling kuat
menunjukkan hubungan aktivitas trypsin inhibitor dengan perkembangan larva kecil. Hal ini membuktikan bahwa pada pohon sehat, aktivitas trypsin inhibitor
yang tinggi akan meningkatkan kemampuan pohon untuk menghambat serangan hama boktor lebih besar. Dengan hasil ini, kulit sengon sehat dapat dijadikan
indikator tingginya aktivitas trypsin inhibitor pada pohon sengon. Aktivitas trypsin inhibitor tertinggi adalah kulit, sementara aktivitas trypsin inhibitor pada
bagian batang rendah Djati 2009.
4.2 Korelasi Antara Aktivitas Trypsin Inhibitor Pada Sengon Dengan