berumur 2 tahun. Penjarangan dilakukan setiap tahun dan sesudah umur 10 tahun penjarangan dilakukan 3 tahun sekali Husaeni 2010.
2.1.5 Kegunaan Kayu Sengon
Kayu sengon banyak digunakan oleh penduduk Jawa Barat untuk bahan perumahan papan, balok dan tiang. Selain itu dapat juga dipakai untuk
pembuatan peti, vener, pulp, papan serat, papan partikel, korek api, dan kayu bakar. Dahulu di Maluku kayu sengon biasa dipakai untuk perisai karena ringan
dan liat serta sukar ditembus Martawijaya et al. 1989.
2.2 Hama Penggerek Batang Boktor
X. festiva Pascoe 2.2.1 Taksonomi
X. festiva sering disebut uter-uter, boktor, wowolan kumbang serendang atau engkes-engkes, yang lebih umum adalah kumbang boktor. Hama ini adalah
hama yang paling merugikan pada tegakan pohon, yaitu menyerang jenis pohon daun lebar dan daun jarum konifer. Hama kulit pohon yang memakan bagian
dalam kulit pohon sering juga merusak kambium dan bagian luar kayu gubal. Apabila kerusakan pada pohon sampai melingkar batang, maka aliran nutrisi dari
daun ke akar terganggu dan pohon akan mati Puspitarini 2006. Survei yang dilakukan pada awal tahun 60 ‒ an menunjukkan bahwa hama
ini telah tersebar ke seluruh tegakan pohon di Pulau Jawa, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian ±1.000 mdpl, didaerah beriklim basah maupun kering.
Hama ini menyerang hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hama ini juga menyerang wilayah Malaysia dan Filipina Notoatmodjo 1963.
2.2.2 Morfologi
Telur berbentuk lonjong dengan ukuran 2x1 mm, berwarna hijau kekuning-kuningan sampai kuning, dilekatkan dengan zat perekat yang tak
berwarna. Lama stadium telur adalah 15 ‒ 20 hari Suratmo 1974. Larva berwarna kekuning-kuningan dan tidak bertungkai jelas. Larva yang baru keluar
dari telur berukuran 2x1 mm dan sewaktu akan menjadi pupa, larva tadi berukuran 50×9 mm Notoatmodjo 1963. Lama stadium larva adalah 5 ‒ 6 bulan.
Pupa berwarna putih kekuning-kuningan dengan ukuran 30×10 mm dan dilindungi oleh CaCO
3
sebagai dinding. Lama stadium pupa adalah 15 ‒ 21 hari. Imago berwarna kuning kemerah-
merahan, ukuran panjang badan 30 ‒ 38 mm
dan lebar 7 ‒ 9 mm. Lama stadium imago jantan 2 ‒ 13 hari sedangkan betina 2 ‒ 7 hari Suratmo 1974.
Seekor imago dapat meletakkan telurnya sampai 400 butir, telur diletakkan saling melekat, karena direkatkan oleh semacam zat perekat tak berwarna yang
dihasilkan serangga betinanya, sehingga membentuk kelompok-kelompok telur. Siklus hidup X. festiva pada makanan adalah 159 hari untuk kumbang jantan dan
193 hari untuk kumbang betina. Pada kondisi alami siklus hidup kumbang jantan 253 hari dan kumbang betina 250 hari Husaeni 2010.
2.2.3 Perilaku, cara penyerangan dan bentuk kerusakan
Larva instar pertama berwarna kuning gading yang keluar mulai menggerek kulit bagian dalam dan kayu muda secara bergerombolan ke arah
bawah. Bagian pohon yang digerek akan mengeluarkan cairan, sehingga akan terlihat berwarna hitam atau coklat. Larva-larva yang baru menetas akan segera
memakan kulit bagian dalam dan bagian luar dari kayu gubal, membentuk saluran sedalam 0,5 mm kearah bawah batang Ahmadi 2008.
Serangan X. festiva pada tegakan sengon sudah terjadi sejak tegakan berumur 3 tahun, yaitu pada saat diameter batang 10
‒ 12 cm dan tinggi pohon mencapai 16 m. Letak serangan lubang gerek pada pohon adalah mulai dari
pangkal batang sampai ketinggian lebih dari 10 m Ahmadi 2008. Tingkat serangan pada pohon ditandai dengan banyaknya lubang gerek,
lama kelamaan tajuk menguning dan pohon mati. Kerusakan pohon sengon sebagai akibat gerekan larva sehingga kulit batang berlubang-lubang. Adanya
lubang gerek pada batang menyebabkan pohon menjadi lemah sehingga mudah patah apabila ada tiupan angin yang kencang Hawiati 1994.
Bubuk-bubuk gerekan tertinggal dalam lubang gerek dan sebagian keluar dari lubang-lubang kulit atau kulit-kulit yang pecah. Saluran-saluran gerek ini
biasanya saling berhubungan kontinyu dan arahnya tidak beraturan biasanya vertikal. Semakin ke arah bawah saluran gerek ini semakin melebar, karena
ukuran larva yang memakannya semakin besar Ahmadi 2008.
2.2.4 Sistem pencernaan boktor