dan lebar 7 ‒ 9 mm. Lama stadium imago jantan 2 ‒ 13 hari sedangkan betina 2 ‒ 7 hari Suratmo 1974.
Seekor imago dapat meletakkan telurnya sampai 400 butir, telur diletakkan saling melekat, karena direkatkan oleh semacam zat perekat tak berwarna yang
dihasilkan serangga betinanya, sehingga membentuk kelompok-kelompok telur. Siklus hidup X. festiva pada makanan adalah 159 hari untuk kumbang jantan dan
193 hari untuk kumbang betina. Pada kondisi alami siklus hidup kumbang jantan 253 hari dan kumbang betina 250 hari Husaeni 2010.
2.2.3 Perilaku, cara penyerangan dan bentuk kerusakan
Larva instar pertama berwarna kuning gading yang keluar mulai menggerek kulit bagian dalam dan kayu muda secara bergerombolan ke arah
bawah. Bagian pohon yang digerek akan mengeluarkan cairan, sehingga akan terlihat berwarna hitam atau coklat. Larva-larva yang baru menetas akan segera
memakan kulit bagian dalam dan bagian luar dari kayu gubal, membentuk saluran sedalam 0,5 mm kearah bawah batang Ahmadi 2008.
Serangan X. festiva pada tegakan sengon sudah terjadi sejak tegakan berumur 3 tahun, yaitu pada saat diameter batang 10
‒ 12 cm dan tinggi pohon mencapai 16 m. Letak serangan lubang gerek pada pohon adalah mulai dari
pangkal batang sampai ketinggian lebih dari 10 m Ahmadi 2008. Tingkat serangan pada pohon ditandai dengan banyaknya lubang gerek,
lama kelamaan tajuk menguning dan pohon mati. Kerusakan pohon sengon sebagai akibat gerekan larva sehingga kulit batang berlubang-lubang. Adanya
lubang gerek pada batang menyebabkan pohon menjadi lemah sehingga mudah patah apabila ada tiupan angin yang kencang Hawiati 1994.
Bubuk-bubuk gerekan tertinggal dalam lubang gerek dan sebagian keluar dari lubang-lubang kulit atau kulit-kulit yang pecah. Saluran-saluran gerek ini
biasanya saling berhubungan kontinyu dan arahnya tidak beraturan biasanya vertikal. Semakin ke arah bawah saluran gerek ini semakin melebar, karena
ukuran larva yang memakannya semakin besar Ahmadi 2008.
2.2.4 Sistem pencernaan boktor
Saluran pencernaan serangga terdiri dari tiga saluran pokok, yaitu : usus depan atau stomodeum; usus tengah atau mesenteron; dan usus belakang atau
proktodaeum. Usus belakang dan usus depan berasal dari jaringan ektoderm dan dilapisi sebelah dalamnya oleh lapisan tipis kutikula yang disebut intima. Pada
saat pergantian kulit kutikula ini dikelupaskan bersama dengan bagian luar eksoskeleton, sedangkan usus tengah tidak punya intima, maka tidak terjadi
pergantian kulit Pasaribu 2008. Pencernaan alami dari makanan terjadi di usus tengah dimana lapisan epitel
usus tengah terlibat dua fungsi, sekresi enzim-enzim pencernaan ke dalam lumen- lumen dan penyerapan produk-produk penernaan ke dalam tubuh serangga. Usus
tengah merupakan tempat utama pencernaan dan penyerapan dalam saluran pencernaan. Proses pencernaan makanan pada serangga terutama terjadi di dalam
midgut di mana sel-sel epitelium menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan juga menyerap makanan yang sudah dicerna Pasaribu 2008.
2.2.5 Pengendalian Hama
Dalam Ahmadi 2008 pengendalian hama boktor dapat dilakukan secara fisik, mekanik, hayati, kimiawi dan pengendalian terpadu.
A.Pengendalian secara fisik 1.
Penangkapan kumbang dengan perangkap lampu terutama cahaya yang berwarna hijau dan biru. Ketertarikan ini dapat dimanfaatkan untuk
pengendalian hama. Penangkapan dimulai dari jam 6 sore hari sampai jam 12 malam, pada hari cerah.
2. Pemusnahan kelompok telur boktor dilakukan dengan cara memeriksa
setiap larikan tanaman pada tegakan mulai berumur 3 tahun. Peletakan telur boktor oleh kumbang betinanya dapat ditemukan pada celah-celah kulit atau
bagian-bagian batang pohon yang luka. Kesulitan utama dalam pemeriksaan dan pemusnahan telur boktor ini adalah kelompok telur yang dapat diperiksa
terletak paling tinggi 2 m dari permukaan tanah. 3.
Penyesetan kulit batang sengon yang terserang hama boktor dilakukan setiap 3 bulan sekali. Suatu keuntungan bagi pengendalian hama ini adalah
larva-larva tadi tidak mempunyai kaki tungkai. Bila kulit batang sengon yang terserang diseset dikelupas maka kumpulan larva boktor tadi akan
berjatuhan ke tanah.
B. Pengendalian secara mekanik 1. Penanaman pohon sengon resisten yaitu pohon sengon yang mempunyai
ketahanan yang tinggi terhadap serangan hama boktor, atau pohon itu tidak kurang disukai oleh hama boktor, yang diharapkan dapat mencegah
serangan hama boktor, atau kalau diserang, tingkat serangannya cukup rendah sehingga kerugian ekonomis dapat dihindarkan.
2. Pengaturan jarak tanam yang dapat dilakukan pada saat penanaman atau dengan cara penjarangan. Untuk mencegah persaingan yang terlalu awal
pada tanaman muda, maka jarak tanamnya perlu diperlebar, misalnya 3×3 m atau 4×3 m. Dari segi pengendalian hama boktor, jarak tanam yang lebih
lebar ini mempunyai keuntungan yaitu jumlah batang per hektar berarti jumlah makanan menjadi sedikit, dan peluang kumbang untuk memperoleh
tempat peletakan telur lebih kecil. 3. Pembuatan tanaman campuran dengan memenuhi persyaratan jenis tanaman
tersebut pertumbuhannya sama cepat dengan sengon, atau jenis pohon yang tahan naungan dan bertajuk rimbun. Sedangkan jenis pohon pencampur
mempunyai daur, kegunaan kayu yang sama dengan sengon, dan berperan sebagai penghalang mekanis bagi penerbangan kumbang boktor Ahmadi
2008. Kumbang boktor hanya mampu mencapai 3 ‒ 4 m dalam sekali
terbang dengan ketinggian terbang 0,5 ‒ 1 m, kadang-kadang juga mencapai 2 m dari permukaan tanah Husaeni 2001.
4. Penjarangan tegakan pohon sengon yang terserang hama boktor harus ditebang. Baik yang mengalami serangan awal larva masih berada di antara
kulit dan kayu maupun serangan lanjut larva sudah menggerek ke dalam kayu gubal atau larva telah berkepompong di dalam lubang gerek.
Bila penjarangan tegakan sengon dilaksanakan secara periodik sesuai dengan jadwal penjarangannya, maka tingkat serangan hama boktor akan
dapat ditekan Ahmadi 2008. C. Pengendalian secara hayati
Musuh-musuh alami hama boktor ada yang menyerang telur, larva, pupa dan imago kumbang. Musuh-musuh tersebut terdiri dari parasit, predator dan
patogen. Dua cara pengendalian hayati hama boktor telah dikaji keampuhannya adalah dengan menggunakan parasit telur boktor dan jamur patogen larva.
1. Pelepasan parasit telur
Serangga parasit yang menyerang telur boktor adalah Anagyrus sp. yang tergolong famili Encyrtidae, ordo Hymenoptera. Anagyrus sp. telah
terbukti cukup efektif dalam menekan serangan hama boktor. Secara alami Anagyrus sp. ini biasa memparasit kelompok telur boktor dengan tingkat
serangan tingkat parasitasi rata-rata 20 Kasno dan Haneda 2010. 2.
Penyemprotan dengan jamur pathogen Beauveria bassiana yaitu salah satu jamur patogen serangga yang dapat digunakan untuk pengendalian hama
yang tergolong bangsa kumbang, misalnya hama boktor Husaeni 2001. Pengendalian larva bokor dengan menggunakan B. bassiana sebaiknya
dilakukan saat serangan hama tahap awal gejala serangan awal. Pada saat itu larva boktor masih muda dan masih berukuran kecil Ahmadi 2008.
D. Pengendalian kimiawi Pengendalian dengan menggunakan insektisida yang pertama kali dilakukan
oleh De Yong pada tahun 1931, yaitu dengan cara menyemprotkan paradikhlorbensol diencerkan dalam petroleum dengan perbandingan 1 : 10
pada permukaan kulit batang sengon yang diserang, insektisida ini dapat mematikan larva yang masih berada di permukaan kayu gubal, tetapi tidak dapat
membunuh larva yang telah membuat lubang gerek pada kayu gubal. Walau hasilnya memuaskan namun penggunaan insektisida ini dapat mematikan
kambium pohon Ahmadi 2008. E. Pengendalian secara terpadu
Strategi pengendalian hama secara terpadu adalah dengan memanfaatkan cara-cara yang paling cocok dari semua metode pengendalian hama dalam suatu
kombinasi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah hama. Pengendalian hama terpadu tidak melarang atau meminimumkan penggunaan insektisida tetapi
hanya merubah cara, yaitu dari pemakaian untuk pencegahan atau penggunaan rutin, menjadi penggunaan menurut keperluan pemberantasan Ahmadi 2008.
2.3 Enzim dan Inhibitor