ikatan kompleks antara kedua senyawa tersebut interaksi potein-protein. Interaksi tersebut menyangkut pemutusan ikatan antara arginin-isoleusin sehingga
menghambat bekerjanya enzim trypsin Muchtadi 1993. Akibatnya mempersulit pelepasan asam-asam amino dari ikatan proteinnya sehingga tidak dapat diserap
Prasetya 2007. Faktor yang menentukan daya hambat dari inhibitor trypsin adalah
konsentrasi enzim trypsin bebas yang terdapat dalam usus. Penurunan jumlah trypsin bebas dalam usus karena adanya interaksi dengan anti trypsin akan
menstimulir aktivitas pangkreas untuk memproduksi lebih banyak enzim untuk mencapai tujuan ini maka akan terjadi pembesaran. Sebaliknya bila konsentrasi
enzim dalam usus kembali normal, aktivitas pangkreas tersebut akan dihambat. Faktor yang menentukan daya hambat dari inhibitor trypsin adalah
konsentrasinya. Dinyatakan bahwa daya hambat suatu inhibitor terhadap aktivitas enzim typsin adalah berbanding lurus dengan jumlah inhibitor yang terdapat
Prasetya 2007.
2.5 Alfa-amylase Inhibitor
Inhibitor alfa-amylase adalah protein yang menghambat enzim amylase di dalam saluran pencernaan midgut serangga. Enzim amilase diperlukan
serangga, terutama serangga pemakan biji-bijian dan ubi yang kaya akan pati. Pati ini harus dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat yang lebih sederhana
kecil seperti disakarida dan monosakarida, agar dapat digunakan dalam sistem metabolisme serangga. Dengan dihambatnya pemecahan pati oleh inhibitor alfa-
amylase maka serangga tidak mendapatkan kebutuhan karbohidratnya, sehingga berakibat fatal bagi serangga tersebut Bahagiawati 2005.
2.6 Artificial Diet
Artificial diet adalah suatu makanan yang asing bagi serangga dimana proses pembuatannya mengacu pada pendekatan kimia. Di dalam makanan buatan
ini terdapat komponen kimia dan komponen alami. Komponen alami dapat dipenuhi oleh bagian tanaman seperti serbuk kayu, ekstrak biji, ekstrak daun dan
bunga sedangkann komponen kimia dapat dipenuhi dengan ascorbic acid, yeast extract dan bahan kimia lainnya Singh 1977.
Awal perkembangan makanan buatan yaitu pada tahun 1976 dimana Sande dan Knoke adalah orang pertama yang berhasil menakarkan hama kayu
Xyloborus ferrugineus dalam makanan buatan. Didalam makanan buatan tersebut terdapat berbagai macam bahan kimia maupun bahan alami, seperti serbuk kayu.
Komposisi bahan makanan yang dipakai terdiri dari sucrose 15 g, yeast extract 10 g, casein 10 g, wheat 15 g, salt 1,3 g, agar 40 g, sawdust 150 g, air
destilasi 1000 ml, ascorbic acidvitamin C 2 g dan streptomycin 0,7 g. Ascorbic acid merupakan sumber vitamin C yang sangat dibutuhkan serangga
dalam pertumbuhannya. Sedangkan yeast extract merupakan sumber protein untuk melengkapi kebutuhan nutrisinya dan meningkatkan aktivitas pembelahan
sel Listyorini 2007. Pada stadium larva, protein lebih dibutuhkan dalam pertumbuhannya.
Protein berguna bagi serangga untuk memproduksi sel jaringan dan pembentukan enzim yang berarti bagi pertumbuhan serangga dan juga merangsang metabolisme
dalam tubuh serangga Puspito 2002. Singh 1977 mengatakan bahwa agar dan selulosa mutlak diperlukan
dalam pembuatan artificial diet. Agar dipergunakan sebagai pembentuk tekstur ransum untuk menyesuaikan dengan kebutuhan larva dan mampu mengikat zat-
zat aditif secara sempurna. Selanjutnya ditambahkan zat gula sukrosa yang merupakan zat pembentuk tenaga dan proses kimia dalam serangga. Sementara
itu, zat pokok yang dibutuhkan adalah karbohidrat dan air. Karbohidrat diperoleh dari selulosa dan kebutuhan air diperoleh dari aquades.
Soediaoetama 1987 menguraikan fungsi bahan-bahan kimia sebagai nutrisi. Fungsi vitamin adalah sebagai zat pengatur proses fisiologis dan biokomia
tubuh melalui perannya sebagai koenzim dan kofaktor. Asam askorbik vitamin C mudah larut dalam air dan juga berfungsi sebagai penangkal racun. Fungsi
karbohidrat sebagai sumber utama energi, pengatur metabolisme lemak dan penghemat fungsi protein. Lemak berfungsi sebagai penghasil energi yang
dibutuhkan pembentuk struktur tubuh. Protein sebagai zat pembangun dan pertumbuhan jaringan tubuh, serta pengatur fisiologis dan biologis tubuh. Natrium
Na berfungsi sebagai pengatur volume darah dan 30-40 berada di dalm tulang. Klor Cl selalu mengikuti in Na dalam cairan tubuh. Na dan Cl ini merupakan
mineral makro yang sangat dibutuhkan makhluk hidup. Mg berfungsi untuk struktur tulang, transmisi impuls saraf dan regulasi enzim.
Streptomycin dalam artificial diet berfungsi untuk mencegah timbulnya jamur dan mikroorganisme lain yang dapat merusak makanan. Keberhasilan suatu
makanan buatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan akan nutrisi, komposisi kimia dan makanan alami, pengetahuan akan habitat dan perilaku
makanan feeding behavior dari spesies yang diamati Singh 1977. Menurut Singh 1977, ada empat prinsip yang harus diperhatikan untuk
mendapatkan artificial diet yang sempurna, yaitu: 1.
Faktor fisik: tekstur, kekerasan, kandungan air,dan ukuran artificial diet 2.
Faktor kimia: nutrisi dan kandungan bahan organik. 3.
Keseimbangan nutrisi: nutrisi-nutrisi dalam artificial diet harus mempunyai peran masing-masing dan mempunyai hubungan antar nutrisi.
4. Kontaminasi mikroba: adanya kontaminasi dapat memerusak artificial diet
dan mikroba tersebut akan menjadi parasit bagi serangga. Keuntungan dalam memelihara serangga dengan menggunakan makanan
buatan artificial diet, yaitu bisa mendapatkan gambaran yang jelas akan perilaku dan asal-usul serangga. Adanya artificial diet memungkinkan dan memudahkan
untuk menguji produk-produk serta bahan aktif tanaman yang bersifat anti- metabolik
terhadap serangan
hama Listyorini
2007.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium Entomologi Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian
ini terhitung mulai dari Agustus 2009 ‒ Desember 2009. Penelitian Tripsin
Inhibitor dan Alfa-amylase inhibitor dimulai dari Agustus 2009 - Juni 2010 di Laboratorium PAU Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan
Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian artificial diet yaitu serbuk kulit dan batang kayu sengon dari provenan Solomon dan Kediri. Serbuk batang
dan serbuk kulit provenan Solomon diperoleh dari Persemaian Permanen, di Pongpoklandak, KPH Cianjur. Sedangkan serbuk sengon provenan Kediri diambil
dari daerah Ngancar KPH Kediri, dengan kondisi masing-masing serbuk sengon sehat dan sengon sakit yang telah diproses freeze dry. Bahan campuran lain yang
digunakan adalah yeast extract, streptomycin, ascorbic acid vitamin C, natrium benzoat, agar, sukrosa dan aquades. Larva yang digunakan ada 2 macam, yaitu
larva boktor berukuran kecil 1 ‒ 1,5 cm dan larva boktor berukuran besar 1,5 ‒ 3 cm. Data aktivitas enzim trypsin inhibitor dan alfa-amylase inhibitor
didapatkan berupa data sekunder dari penelitian sebelumnya Saimima 2010 dan Yauvina 2010.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan digital, kompor listrik, kaliper digital, tabung reaksi dengan diameter 3×3 cm, gelas ukur,
refrigerator, oven, sendok pengaduk, sudip, cawan petri, toples, pinset, gunting, kain kasa, tisu, label, karet, piring, alat tulis dan kamera digital.
3.3. Metodologi Penelitian 3.3.1 Persiapan dan Pembuatan
Artificial Diet
Persiapan penelitian ini meliputi pengambilan serbuk kayu sengon yang telah melewati proses freeze dry, persiapan bahan kimia penyusun makanan