25 dikeluarkan dan dikeringkan, plat diamati dibawah sinar UV dengan panjang
gelombang 366 nm.
3.10 Pembuatan Fraksi Ekstrak Etilasetat
Ekstrak etilasetat difraksinasi menggunakan KCV dengan fase diam silikagel 60H fase gerak dengan gradien kepolaran yang meningkat yaitu n-
heksana : etilasetat dengan perbandingan 100:0, 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70, 20:80, 10:100, 0:100 dan etilasetat :
metanol 80:20, 60:40, 40:60, 20:80, 0:100. Cara kerja :
Kolom yang digunakan adalah corong Buchner kaca masir, kedalam corong Buchner kaca masir dimasukkan silikagel 60 H yang dikemas dalam
keadaan kering. Lalu diatasnya ditutup kembali dengan kertas saring. Alat vakum dihidupkan untuk memperoleh kerapatan yang maksimum. Kemudian cuplikan
yang telah dicampur dengan silika gel 60H diletakkan pada bagian atas kolom yang disebar secara merata, lalu diatasnya diletakkan kertas saring. Alat vakum
dihidupkan kembali. Sampel dielusi dengan pelarut mulai dari kepolaran rendah lalu kepolaran ditingkatkan perlahan-lahan dan dihisap sampai kering pada setiap
pengumpulan fraksi. Fraksi etilasetat yang diperoleh dari 16 landaian fase gerak dan dikelompokkan menjadi 5 fraksi etilaseat berdasarkan bercak noda yang
sama.
3.11 Uji Sitotoksik
Uji sitotoksik dilakukan terhadap fraksi etilasetat menggunakan larva Artemia
salina Leach,
yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
26 Air laut buatan disiapkan dengan melarutkan 38 g garam tidak beriodium
dengan air suling dicukupkan hingga 1 L kemudian disaring Meyer, et al., 1982. Bejana penetasan disekat menjadi dua bagian, yaitu bagian yang besar dan bagian
yang kecil, lalu diberi lubang pada sekatnya. Air laut buatan dimasukkan ke dalam bejana, telur Artemia salina Leach ditaburkan ke dalam bagian yang kecil
kemudian bagian atasnya ditutup dengan aluminium foil sedangkan bagian yang besar dibiarkan terbuka menghadap lampu selama 48 jam, telur akan menetas
menjadi larva dan siap digunakan untuk hewan uji.
Sebanyak 0,5 g Na-CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi ±20 mL air suling panas, didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh massa
yang transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan dengan air suling, dihomogenkan dan dimasukkan ke labu tentukur 100 mL, dicukupkan volumenya
dengan air suling hingga 100 mL. Larutan uji yang terdiri dari fraksi etilasetat I, II, III, IV, V dengan
konsentrasi 1000, 100, 10 µgmL, disiapkan 5 vial untuk masing-masing konsentrasi larutan uji sehingga semuanya menjadi 75 vial dan vial untuk kontrol.
Masing-masing ekstrak ditimbang sebanyak 50 mg didalam vial, lalu dilarutkan dengan menggunakan Na-CMC 0,5 sebanyak 0,1 mL dan dicukupkan dengan
air laut buatan sampai garis tanda kalibrasi 5 mL pada vial. Larutan ini sebagai larutan induk baku I LIB I dengan konsentrasi 10.000 µgmL. Larutan induk I
masing-masing fraksi dipipet 0,5 mL lalu diencerkan sampai 5 mL sehingga diperoleh larutan induk II dengan konsentrasi 1.000 µgmL. Larutan induk II
masing-masing fraksi dipipet 0,5 mL lalu diencerkan sampai 5 mL sehingga diperoleh konsentrasi 100 µgmL. Konsentrasi 100 µgmL masing-masing fraksi
dipipet 0,5 mL lalu diencerkan sampai 5 mL sehingga diperoleh konsentrasi 10
Universitas Sumatera Utara
27 µgmL. Kontrol dibuat dengan menambahkan Na-CMC 0,5 ke dalam vial sesuai
jumlah yang digunakan untuk melarutkan fraksi, kemudian cukupkan dengan air laut buatan sampai 5 mL. Lalu ditambahkan 10 ekor larva Artemia salina Leach
ke dalam masing-masing vial yang telah berisi larutan uji dan kontrol. Tambahkan 1 tetes suspensi ragi 3 mg dalam 5 mL air laut buatan sebagai makanannya
kemudian semua vial diletakkan dibawah cahaya lampu. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dan dihitung jumlah persentase kematian larva tiap dosis dan
kontrol. Data dihitung menggunakan rumus Abbott : Kematian =
tes −kontro l
kontrol
x 100 . Meyer, et al., 1982
Data dianalisis dengan analisis variansi ANOVA menggunakan program SPSS versi 17 untuk melihat ada tidaknya perbedaan dari setiap konsentrasi pada
tiap larutan uji terhadap jumlah kematian nauplii, untuk mengetahui konsentrasi mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda antara satu konsentrasi dengan
konsentrasi yang lain dalam satu larutan dilakukan uji Post Hoc Tuckey dan untuk menentukan LC
50
digunakananalisis Probit. Perhitungan LC
50
fraksi etilasetat I, II, III, IV dan V dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 61.
Universitas Sumatera Utara
28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tanaman
Identifikasi sampel dilakukan di Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa
sampel termasuk suku Lamiaceae, spesies Plectranthus amboinicus, Lour
Spreng. Hasil dapat dilihat padaLampiran 1, halaman 41.
4.2 Karakteristik Simplisia
Hasil pemerikasan makroskopik Lampiran 2, halaman 42 dan 43 daun bangun-bangun segar menunjukkan daun berwarna hijau, helaian daun berbentuk
bundar telur, kadang-kadang agak membundar, panjang helaian daun 3,5 cm sampai 7 cm, lebar 4 cm sampai 7 cm, pinggir daun agak bergerigi atau berombak
tangkai daun panjang 1,5 cm sampai 3 cm. Pada keadaan segar helaian daun tebal, sangat berdaging dan berair, tulang daun bercabang-cabang dan menonjol
sehingga membentuk bangunan seperti jala, permukaan atas dan bawah berambut halus berwarna putih. Pada keadaan kering helaian daun tipis dan sangat berkerut,
permukaan atas kasar, warna coklat sampai coklat tua, permukaan bawah berwarna lebih muda dari permukaan atas, tulang daun kurang menonjol, pada
kedua permukaan terdapat rambut halus berwarna putih. Hasil pemeriksaan mikroskopik Lampiran 3, halaman 44 serbuk simplisia daun bangun-bangun
terlihat fragmen rambut penutup berbentuk uniseluler, rambut kelenjar berbentuk glandular, pembuluh kayu tipe spiral, kristal kalsium oksalat berbentuk prisma,
serta stomata tipe diasitik.
Universitas Sumatera Utara