23
labu yang berisi toluen
tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetesan
perdetik, sampai sebagian air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan hingga 4 tetes perdetik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam
pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Setelah air
dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat
dalam bahan yang diperiksa.
3.7 Pembuatan Simplisia
Pembuatan simplisia dilakukan dengan cara daun daun bangun-bangun Plectranthus amboinicus Lour. Spreng yang telah dikumpulkan, dibersihkan
dari pengotor yang melekat, lalu dicuci bersih dengan air sampai bersih dan ditiriskan. Bahan tanaman dikeringkan dengan cara diangin-anginkan terlebih
dahulu, kemudian dikeringkan didalam lemari pengering sampai simplisia rapuh ketika diremas. Kemudian diblender sampai menjadi serbuk dan disimpan dalam
wadah plastik yang tertutup rapat. Serbuk ditimbang diperoleh berat kering 900 g.
3.8 Pembuatan Ekstrak Daun Bangun-Bangun
Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi bertingkat dengan menggunakan pelarut n-heksnana dan etilasetat. Sebanyak 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok dimasukkan kedalam sebuah bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari n-heksana, ditutup dan dibiarkan
selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil sering diaduk. Setelah 5 hari sari
Universitas Sumatera Utara
24 diserkai, ampas diperas dan dicuci dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian. Sari dipindahkan kedalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya selama 2 hari. Dienaptuangkan dan
disaring. Ampas kemudian diangin-anginkan dimasukkan kembali kedalam sebuah bejana dituangi dengan 75 bagian cairan penyari etilasetat, ditutup dan
dibiarkan selama 5 hari terlindungi dari cahaya, sambil sering diaduk. Selama 5 hari diserkai, ampas diperas dan dicuci dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian. Sari dipindahkan kedalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya selama 2 hari. Dienaptuangkan dan
disaring. Maserat kemudian disuling dan diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50
C menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental etilasetat Depkes RI., 1995.
3.9 Kromatografi Lapis Tipis
Fase gerak terbaik adalah fase gerak yang dapat menghasilkan bercak paling banyak yang digunakan untuk fase gerak pada kromatografi kolom. Hasil
ekstrak etilasetat dilakukan analisis secara KLT menggunakan fase diam silika gel GF
254
dan fase gerak campuran n-heksana-etilasetat dengan perbandingan 100:0, 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70, sebagai penampak
bercak digunakan sinar UV dengan panjang gelombang 366 nm dan 254 nm dan diamati bercak flouresensi yang timbul.
Cara Kerja : Ekstrak dilarutkan dalam metanol, kemudian ditotolkan dengan penotol pada
plat pra lapis sampai plat jenuh, kemudian dimasukkan kedalam chamber yang telah jenuh dengan uap fase gerak, ketika mencapai batas pengembang plat
Universitas Sumatera Utara
25 dikeluarkan dan dikeringkan, plat diamati dibawah sinar UV dengan panjang
gelombang 366 nm.
3.10 Pembuatan Fraksi Ekstrak Etilasetat